[04] BAB IV. MONOHYBRID HEREDITY

  • Sampul Tahun 2013
  • MATERI POKOK BAHASAN   :
    1. Sifat Kuantitatif dan Kualitatif dalam Genetika ………………………..
    2. Percobaan Mendel ……………………………………………………………..
    3. Hukum Mendel ………………………………………………………………….
    4. Contoh Soal Persilangan Monohybrid ……………………………………
    5. Multiple Aleles (Alela Ganda) ……………………………………………….
    6. Sex Linked Gene (Rangkai Kelamin) …………………………………….
    7. Sex Influenced Heredity ………………………………………………………
    8. Incomplete Dominance (Dominan tidak lengkap) ……………………
    9. Silang Balik (Back cross) dan Silang Uji (Test cross) ………………
    10. Umpan Balik ………………………………………………………………………
  • BAB IV. MONOHYBRID HEREDITY
  • 4.1. Sifat Kuantitatif dan Kualitatif dalam Genetika
  • Dalam ilmu Genetika terdapat dua golongan besar sifat yang penting diketahui untuk mendasari pengetahuan kita dalam mempelajari persilangan monohybrid, didybrid, trihybrid maupun polyhybrid.
  • Dua sifat tersebut yaitu :
    1. Sifat Kualitatif.
      • Adalah sifat dalam bidang genetika yang memiliki ciri-ciri : tidak terdapat variasi (Variation discontinuous) misalnya panjang dan pendek, tinggi dan rendah, baik dan buruk, tidak terpengaruh atau kurang terpengaruh oleh lingkungan serta biasanya ditentukan oleh beberapa pasang gen saja (1 pasang atau 2 pasang gen saja)
    2. Sifat Kuantitatif
      • Adalah sifat dalam genetika yang merupakan kebalikan dari sifat kualitatif, dengan ciri-ciri sebagai berikut : terdapat variasi yang bertingkat (variation continuous) misalnya Merah, Merah muda, agak merah dan putih, biasanya dipengaruhi oleh banyak gen.
  • Lokus sifat kuantitatif, lebih dikenal luas sebagai QTL dari singkatan bahasa Inggrisnya : Quantitative Trait Locus (jamak Loci), dalam genetika mengacu pada suatu bagian kromoson atau peta genetik yang terkait secara statistik dengan suatu variasi yang ditunjukkan oleh suatu sifat kuantitatif.
  • Penentuan QTL ditentukan melalui suatu studi asosiasi antara variasi genotipe yang ditunjukkan oleh sejumlah penanda pada peta genetik dan variasi fenotipe yang terukur.
  • Kajian yang melibatkan QTL banyak ditemukan dalam bidang kedokteran untuk mencari gen penyebab penyakit, dalam bidang pertanian untuk membantu pekerjaan pemuliaan, serta dalam beberapa cabang biologi, terutama evolosi dan taksonomi.
  • Kajian penentuan QTL mulai marak sejak 1990-an. Dasar teori dan perangkat lunak analisisnya dipublikasi oleh Lander dan Botstein pada tahun 1989, meskipun dasar-dasar pemikirannya telah diletakkan sejak 1923 oleh Karl Sax serta menggunakan formula klasik dari Sewall Wright (1936).
  • Kemajuan ini harus menunggu lama karena harus menunggu tersedianya penanda genetik yang melimpah (pada waktu itu adalah RFLP) dan adanya perangkat keras komputer yang sanggup membantu penghitungannya. Analisis QTL menjadi awal bagi semakin berperannya bioinformatika secara pesat dalam genetika molekular.
  • Sifat kuantitatif merupakan lawan dari sifat kualitatif atau sifat Mendel. Pada kenyataannya hanya sebagian kecil dari sifat yang teramati pada organisme yang bersifat kualitatif: dapat dibedakan dengan jelas ekspresinya, seperti biji berpermukaan halus vs. kasar atau warna mahkota bunga putih vs. merah, sebagaimana dalam percobaan klasik oleh Mendel. Banyak sifat yang bervariasi secara halus, seperti tinggi badan atau warna kulit. Sifat yang demikian disebut sifat kuantitatif atau dikenal pula sebagai sifat rumit (complex trait), dan dibatasi sebagai sifat pada organisme yang tidak dapat dipisahkan secara jelas variasinya. Perbedaan itu hanya bisa dilihat melalui pengukuran (karena itu disebut “kuantitatif”).
  • Dalam genetika kuantitatif, konsep poligen (polygenes, berarti “banyak gen”) digunakan untuk menjelaskan terbentuknya sifat kuantitatif.
  • Ronald Fisher (1918) dapat menjelaskan bahwa sifat kuantitatif terbentuk dari banyak gen dengan pengaruh kecil, yang masing-masing bersegregasi menuruti teori Mendel  Karena pengaruhnya kecil, fenotipe yang diatur oleh gen-gen ini dapat dipengaruhi oleh lingkungan.
  • Meskipun demikian, penjelasan Fisher ini tetap menempatkan “gen-gen” yang mengatur sifat kuantitatif sebagai sesuatu yang abstrak karena hanya merupakan konsep. Langkah pembuktian mengenai adanya gen-gen yang mengatur sifat kuantitatif mulai terbuka setelah tersedianya banyak penanda genetik sehingga memungkinkan orang membuat peta pautan genetik yang dapat menjangkau sebagian besar kromosom. Penanda-penanda genetik digunakan sebagai titik rambu (flanking markers) yang menunjukkan situasi alelik pada bagian kromosom tertentu. Variasi alel pada suatu penanda menjadi genotipe bagi kromosom atau kelompok pautan (apabila kromosomnya belum teridentifikasi).
  • Dalam genetika terdapat dua istilah yang penting yaitu Genotip dan Fenotip. Sifat keturunan yang dapat kita amati seperti warna, bentuk, ukuran dinamakan fenotip, sedangkan sifat-sifat dasar yang membawakan suatu sifat disebut genotip. Misalnya pasangan gen TT dan Tt berbeda genotipnya, tetapi mempunyai fenotip yang sama yaitu menimbulkan sifat tinggi pada tanaman.
  • g-4-1
  • Dua genotip yang sama dapat menunjukkan fenotip yang berlainan apabila kedua lingkungan bagi kedua fenotip itu berlainan. Contohnya anak kembar satu telur tentunya memiliki genotip yang sama, tetapi jika kedua anak itu dibesarkan dalam lingkungan yang berbeda, maka mereka masing-masing akan memiliki fenotip yang berlainan.
  • Beberapa contoh sifat yang penurunannya dipengaruhi oleh sepasang gen adalah
    1. Sapi
      1. Sifat Tak Bertanduk (Prucul/Polled) dominan terhadap sifat bertanduk (Horned)
      2. Pada Sapi Friesian Holstein (FH), warna belang hitam-putih dominan terhadap warna belang Merah – Putih.
    2. Domba : Warna bulu putih dominan terhadap warna bulu hitam.
    3. Babi
      1. Telinga Tegak dominan terhadap telinga menggantung
      2. Warna bulu putih dominan terhadap warna bulu hitam
      3. Kaki normal dominan terhadap “Mule foot” (Mule adalah hasil perkawinan antara kuda dan keledai)
    4. Ayam : Pada ayam leghorn, warna bulu putih dominan terhadap warna bulu hitam
    5. Manusia
      1. Warna mata coklat dominan terhadap warna mata biru
      2. Tangan normal dominan terhadap tangan kidal.
  • 4.2. Percobaan Mendel
    g-4-2Seorang biarawan dari Austria, bernama Gregor Johann Mendel, menjelang akhir abad ke-19 melakukan serangkaian percobaan persilangan pada kacang ercis (Pisum sativum). Dari percobaan yang dilakukannya selama bertahun-tahun tersebut, Mendel berhasil menemukan prinsip-prinsip pewarisan sifat, yang kemudian menjadi landasan utama bagi perkembangan genetika sebagai suatu cabang ilmu pengetahuan. Berkat karyanya inilah, Mendel diakui sebagai Bapak Genetika.
  • g-4-3Langkah-langkah yang dilakukan Mendel dalam percobaannya adalah :
    1. Menyilangkan beberapa strain murni kacang polong dan mempelajari besarnya perbedaan tipe diantara anak-anak (keturunan) hasil persilangan tersebut.
    2. Mencatat jumlah dan perbandingan tipe diantara hasil keturunan tersebut selama beberapa generasi.
    3. Menentukan dan Menetapkan imbangan beberapa tipe tersebut pada point (2) pada suatu generasi.Langkah-langkah yang dilakukan Mendel dalam percobaannya adalah :
  • Pada salah satu percobaannya Mendel menyilangkan tanaman kacang ercis yang tinggi dengan yang pendek. Tanaman yang dipilih adalah tanaman galur murni, yaitu tanaman yang kalau menyerbuk sendiri tidak akan menghasilkan tanaman yang berbeda dengannya. Dalam hal ini tanaman tinggi akan tetap menghasilkan tanaman tinggi. Begitu juga tanaman pendek akan selalu menghasilkan tanaman pendek.  Dengan menyilangkan galur murni tinggi dengan galur murni pendek, Mendel mendapatkan tanaman F1 yang semuanya tinggi. Selanjutnya, tanaman tinggi hasil persilangan ini dibiarkan menyerbuk sendiri (Intersemating yaitu perkawinan antar individu-individu dalam F1). Ternyata keturunannya memperlihatkan nisbah (perbandingan) tanaman tinggi terhadap tanaman pendek sebesar 2,99 : 1 atau 3 : 1.
  • Secara skema, percobaan Mendel dapat dilihat pada Gambar sebagai berikut
  • g-4-4
  • Dari Hasil percobaan tersebut didapat Fenotipe Ratio = 3 : 1 dan Genotipe Ratio = 1 : 2 : 1. Dan disimpulkan Tanaman Batang tinggi dominan terhadap Batang rendah.
  • Individu tinggi dan pendek yang digunakan pada awal persilangan dikatakan sebagai tetua (parental), disingkat P.  Hasil persilangannya merupakan keturunan (filial) generasi pertama, disingkat F1.  Persilangan sesama individu F1 menghasilkan keturunan generasi ke dua, disingkat F2.  Tanaman tinggi pada generasi P dilambangkan dengan DD, sedang tanaman pendek dd.  Sementara itu, tanaman tinggi yang diperoleh pada generasi F1 dilambangkan dengan Dd.
  • Pada diagram persilangan monohibrid tersebut di atas, nampak bahwa untuk menghasilkan individu Dd pada F1, maka baik DD maupun dd pada generasi P membentuk gamet (sel kelamin). Individu DD membentuk gamet D, sedang individu dd membentuk gamet d. Dengan demikian, individu Dd pada F1 merupakan hasil penggabungan kedua gamet tersebut. Begitu pula halnya, ketika sesama individu Dd ini melakukan penyerbukan sendiri untuk menghasilkan F2, maka masing-masing akan membentuk gamet terlebih dahulu. Gamet yang dihasilkan oleh individu Dd ada dua macam, yaitu D dan d.  Selanjutnya, dari kombinasi gamet-gamet tersebut diperoleh individu-individu generasi F2 dengan nisbah DD : Dd : dd = 1 : 2 : 1.  Jika DD dan dd dikelompokkan menjadi satu (karena sama-sama melambangkan individu tinggi), maka nisbah tersebut menjadi D- : dd = 3 : 1.
  • Dari diagram itu pula dapat dilihat bahwa pewarisan suatu sifat ditentukan oleh pewarisan materi tertentu, yg dalam contoh tersebut dilambangkan dengan D atau d.
  • Mendel menyebut materi yang diwariskan ini sebagai faktor keturunan (herediter), yang pada perkembangan berikutnya hingga sekarang dinamakan gen.
  • Ada beberapa istilah yang perlu diketahui untuk menjelaskan prinsip-prinsip pewarisan sifat.  Seperti telah disebutkan di atas, P adalah individu tetua, F1 adalah keturunan generasi pertama, dan F2  adalah keturunan generasi ke dua. Selanjutnya, gen D dikatakan sebagai gen atau alel dominan, sedang gen d merupakan gen atau alel resesif. Alel adalah bentuk alternatif suatu gen yang terdapat pada lokus (tempat) tertentu.  Gen D dikatakan dominan terhadap gen d, karena ekpresi gen D akan menutupi ekspresi gen d jika keduanya terdapat bersama-sama dalam satu individu (Dd). Dengan demikian, gen dominan adalah gen yang ekspresinya menutupi ekspresi alelnya. Sebaliknya, gen resesif adalah gen yang ekspresinya ditutupi oleh ekspresi alelnya. Individu Dd dinamakan individu heterozigot, sedang individu DD dan dd masing-masing disebut sebagai individu homozigot dominan dan homozigot resesif. Sifat-sifat yang dapat langsung diamati pada individu-individu tersebut, yakni tinggi atau pendek, dinamakan fenotipe.  Jadi, fenotipe adalah ekspresi gen yang langsung dapat diamati sebagai suatu sifat pada suatu individu. Sementara itu, susunan genetik yang mendasari pemunculan suatu sifat dinamakan genotipe.  Pada contoh tersebut di atas, fenotipe tinggi (D-) dapat dihasilkan dari genotipe DD atau Dd, sedang fenotipe pendek (dd) hanya dihasilkan dari genotipe dd.  Nampak bahwa pada individu homozigot resesif, lambang untuk fenotipe sama dengan lambang untuk genotipe.
  • 4.3. Hukum Mendel
  • Dari hasil-hasil persilangan, maka Mendel telah membuat suatu Hukum yang dinamakan dengan Hukum Mendel. Namun Hukum Mendel yang terkenal adalah Hukum Mendel I yaitu Segregasi dan Hukum Mendel II yaitu Pemilihan bebas. secara garis besar hukum mendel berbunyi :
    1. UNIFORMITAS. Artinya semua individu hasil keturunan F1 dari persilangan adalah seragam.
    2. DOMINANSI. Artinya Semua individu hasil keturunan pada F1 memiliki sifat yang sama dengan salah satu orang tuanya (tetuanya). Misalnya : Persilangan tanaman Batang Tinggi dengan Pendek, maka akan diperoleh hasil keturunan F1 semuanya berbatang Tinggi.
    3. TIMBAL BALIK (RESIPROKS). Artinya hasil persilangan dari dua individu dengan sifat berbeda akan selalu sama meskipun ditukar pejantan maupun betinanya.
      • g4-5
    4. PEMISAHAN GEN SEALELA (Segregation of allelic gene)
      • g4-6Sebelum melakukan suatu persilangan, setiap individu menghasilkan gamet-gamet yang kandungan gennya separuh dari kandungan gen pada individu. Sebagai contoh, individu DD akan membentuk gamet D, dan individu dd akan membentuk gamet d.  Pada individu Dd, yang menghasilkan gamet D dan gamet d, akan terlihat bahwa gen D dan gen d akan dipisahkan (disegregasi) ke dalam gamet-gamet yang terbentuk tersebut.  Prinsip inilah yang kemudian dikenal sebagai hukum segregasi atau hukum Mendel I.
      • Hukum Segregasi : Pada waktu berlangsung pembentukan gamet, tiap pasang gen akan disegregasi ke dalam masing-masing gamet yang terbentuk
    5. PENGGABUNGAN/PEMILIHAN BEBAS DARI GAMET (Free assortment of gene)
      • Persilangan yang hanya menyangkut pola pewarisan satu macam sifat seperti yang dilakukan oleh Mendel tersebut di atas dinamakan persilangan monohibrid.  Mendel melakukan persilangan monohibrid  untuk enam macam sifat lainnya, yaitu warna bunga (ungu-putih), warna kotiledon (hijau-kuning), warna biji (hijau-kuning), bentuk polong (rata-berlekuk), permukaan biji (halus-keriput), dan letak bunga (aksial-terminal).
      • Selain persilangan monohibrid, Mendel juga melakukan persilangan dihibrid, yaitu persilangan yang melibatkan pola perwarisan dua macam sifat seketika. Salah satu di antaranya adalah persilangan galur murni kedelai berbiji kuning-halus dengan galur murni berbiji hijau-keriput. Hasilnya berupa tanaman kedelai generasi F1 yang semuanya berbiji kuning-halus. Ketika tanaman F1 ini dibiarkan menyerbuk sendiri, maka diperoleh empat macam individu generasi F2, masing-masing berbiji kuning-halus, kuning-keriput, hijau-halus, dan hijau-keriput dengan nisbah 9 : 3 : 3 : 1.
      • Jika gen yang menyebabkan biji berwarna kuning dan hijau masing-masing adalah gen G dan g, sedang gen yang menyebabkan biji halus dan keriput masing-masing adalah gen W dan gen w, maka persilangan dihibrid tersebut dapat digambarkan secara skema seperti pada diagram berikut ini :
      • g4-7
      • Dari diagram persilangan dihibrid tersebut di atas dapat dilihat bahwa fenotipe F2 memiliki nisbah 9 : 3 : 3 : 1 sebagai akibat terjadinya segregasi gen G dan W secara independen. Dengan demikian, gamet-gamet yang terbentuk dapat mengandung kombinasi gen dominan dengan gen dominan (GW), gen dominan dengan gen resesif (Gw dan gW), serta gen resesif dengan gen resesif (gw). Hal inilah yang kemudian dikenal sebagai hukum pemilihan bebas (the law of independent assortment) atau hukum Mendel II
      • Hukum Pemilihan Bebas : Segregasi suatu pasangan gen tidak bergantung kepada segregasi pasangan gen lainnya, sehingga di dalam gamet-gamet yang terbentuk akan terjadi pemilihan kombinasi gen-gen secara bebas.
      • Diagram kombinasi gamet ♂ dan gamet ♀ dalam menghasilkan individu generasi F2 seperti pada Gambar 2.2 dinamakan diagram Punnett. Ada cara lain yang dapat digunakan untuk menentukan kombinasi gamet pada individu generasi F2, yaitu menggunakan diagram anak garpu (fork line). Cara ini didasarkan pada perhitungan matematika bahwa persilangan dihibrid merupakan dua kali persilangan monohibrid. Untuk contoh persilangan sesama individu GgWw, diagram anak garpunya adalah sebagai berikut :
      • g4-8
      • Ternyata penentuan nisbah fenotipe F2 menggunakan diagram anak garpu dapat dilakukan dengan lebih cepat dan dengan risiko kekeliruan yang lebih kecil daripada penggunaan diagram Punnett. Kelebihan cara diagram anak garpu ini akan lebih terasa apabila persilangan yang dilakukan melibatkan lebih dari dua pasang gen (trihibrid, tetrahibrid,dan seterusnya) atau pada persilangan-persilangan di antara individu yang genotipenya tidak sama.
      • Dengan semakin majunya ilmu pengetahuan maka sekarang ini diketahui bahwa Kesimpulan dan Hukum Mendel tidak sepenuhnya benar. Untuk kesimpulan Mendel tentang Uniformitas, Dominansi dan Timbal Balik tidak selalu benar, misalnya pada Kejadian Multiple Alele (Alela Ganda), Sex Linked gene, Sex influenced Heredity dan Sifat-sifat dominan tidak lengkap (Incomplete dominance).
      • Sedangkan pada Hukum Mendel I tentang Hukum Segregasi dan Hukum Mendel II tentang Free assortment of gene (pemilihan secara bebas gene) meskipun masih banyak berlaku namun pada peristiwa crossing over dan interaksi gen akan terjadi penyimpangan semu hukum Mendel tersebut. Pembahasan tentang Crossing Over dan Interaksi Gen akan diulas pada bab Dihybrid.
  • 4.4. Contoh Soal Persilangan Monohybrid
  • g4-9
  • 4.5. Multiple Aleles (Alela Ganda)
  • Di muka telah disinggung bahwa alel merupakan bentuk alternatif suatu gen yang terdapat pada lokus (tempat) tertentu. Individu dengan genotipe AA dikatakan mempunyai alel A, sedang individu aa mempunyai alel a. Demikian pula individu Aa memiliki dua macam alel, yaitu A dan a.  Jadi, lokus A dapat ditempati oleh sepasang (dua buah) alel, yaitu AA, Aa atau aa, bergantung kepada genotipe individu yang bersangkutan.
  • Apabila suatu genotipe Mm, maka m merupakan alel daripada M, dan biasanya gen memiliki alel satu buah. Apabila gen mengalami mutasi berkali-kali maka menimbulkan alel lebih dari satu. Namun, kenyataan yang sebenarnya lebih umum dijumpai adalah bahwa pada suatu lokus tertentu dimungkinkan munculnya lebih dari hanya dua macam alel, sehingga lokus tersebut dikatakan memiliki sederetan alel. Fenomena semacam ini disebut sebagai alel ganda (multiple alleles). Sedangkan pola penurunan sifatnya disebut dengan Alelomorphism.
  • g4-10
  • Beberapa Contoh Alel Ganda
    1. Alel ganda pada lalat Drosophila
      • Lokus w pada Drosophila melanogaster mempunyai sederetan alel dengan perbedaan tingkat aktivitas dalam produksi pigmen mata yang dapat diukur menggunakan spektrofotometer. Tabel dibawah ini memperlihatkan konsentrasi relatif pigmen mata yang dihasilkan oleh berbagai macam genotipe homozigot pada lokus w.
      • g4-11
    2. Alel ganda pada tanaman
      • Contoh umum alel ganda pada tanaman ialah alel s, yang berperan dalam mempengaruhi sterilitas.  Ada dua macam sterilitas yang dapat disebabkan oleh alel s, yaitu sterilitas sendiri (self sterility) dan sterilitas silang (cross sterility). Mekanisme terjadinya sterilitas oleh alel s pada garis besarnya berupa kegagalan pembentukan saluran serbuk sari (pollen tube) akibat adanya semacam reaksi antigen – antibodi antara saluran tersebut dan dinding pistil.
      • g4-12
    3. Alel ganda pada Bulu kelinci
      1. Bila kita mengawinkan kelinci warna hitam atau coklat dengan kelinci warna putih, maka pada F1 diperoleh semua individu berwarna dan pada F2 diperoleh perbandingan individu warna : putih = 3 : 1.
      2. Bila kita mengawinkan kelinci berwarna chinchilla (abu-abu) dengan kelinci putih, maka F1 semua abu-abu dan F2 intersemating (Individu sesama F1) diperoleh Individu abu-abu : putih = 3 : 1.
      3. Bila kita mengawinkan kelinci Himalaya (warna putih dan warna hitam pada telinga, hidung, ekor dan kaki) dengan kelinci putih maka F1 = semua Himalaya dan F2 diperoleh Himalaya : Putih = 3 : 1
        • Kesimpulannya adalah bahwa sifat berwarna pada bulu kelinci dominan terhadap warna puitih. Padahal diketahui bahwa sifat berwarna bulu kelinci tidak hanya hitam atau coklat tetapi juga warna chinchilla serta Himalaya. Dengan demikian bahwa chinchilla serta Himalaya juga dominan terhadap putih. Dari keadaan tersebut maka dapat diambil sebuah kesimpulan bahwa sifat warna bulu kelinci disebabkan oleh sebuah gen dengan alel lebih dari satu (Alela ganda)
        • Berdasarkan hal diatas, maka kemungkinan genotip-genotip dari sifat tersebut adalah :
          • Warna Hitam/Coklat memiliki Genotip = CC; Ccch; Cch dan Cc.
          • Warna Chinchila (abu-abu) memiliki Genotip = cchcch; cchch dan cchc
          • Warna Himalaya memiliki genotip = chch; chc
          • Warna Putih (albino) memiliki genotip = cc
        • g4-14
    4. Golongan darah sistem ABO pada manusia
      • g4-15
      • Lokus ABO mengatur tipe glikolipid pada permukaan eritrosit dengan cara memberikan spesifikasi jenis enzim yang mengatalisis pembentukan polisakarida di dalam eritrosit tersebut. Glikolipid yang dihasilkan akan menjadi penentu karakteristika reaksi antigenik tehadap antibodi yang terdapat di dalam serum darah. Antibodi adalah zat penangkal terhadap berbagai zat asing (antigen) yang masuk ke dalam tubuh.
      • Dalam tubuh seseorang tidak mungkin terjadi reaksi antara antigen dan antibodi yang dimilikinya sendiri.  Namun, pada transfusi darah kemungkinan terjadinya reaksi antigen-antibodi yang mengakibatkan terjadinya aglutinasi (penggumpalan) eritrosit tersebut sangat perlu untuk diperhatikan agar dapat dihindari. Tabel dibawah ini memperlihatkan kompatibilitas golongan darah sistem ABO pada transfusi darah.
      • g4-16
      • Selain tipe ABO, K. Landsteiner, bersama-sama dengan P.Levine, pada tahun 1927 berhasil mengklasifikasi golongan darah manusia dengan sistem MN. Sama halnya dengan sistem ABO, pengelompokan pada sistem MN ini dilakukan berdasarkan atas reaksi antigen – antibodi seperti dapat dilhat pada tabel di bawah ini.
      • g4-17
      • Namun, kontrol gen pada golongan darah sistem MN tidak berupa alel ganda, tetapi dalam hal ini hanya ada sepasang alel, yaitu IM dan IN , yang bersifat kodominan. Dengan demikian, terdapat tiga macam fenotipe yang dimunculkan oleh tiga macam genotipe, masing-masing golongan darah M (IMIM), golongan darah MN (IMIN), dan golongan darah N (ININ).
      • Sebenarnya masih banyak lagi sistem golongan darah pada manusia. Saat ini telah diketahui lebih dari 30 loki mengatur sistem golongan darah, dalam arti bahwa tiap lokus mempunyai alel yang menentukan jenis antigen yang ada pada permukaan eritrosit. Namun, di antara sekian banyak yang dikenal tersebut, sistem ABO dan MN merupakan dua dari tiga sistem golongan darah pada manusia yang paling penting. Satu sistem lainnya adalah sistem Rh (resus).
      • Sistem Rh pertama kali ditemukan oleh K. Landsteiner, bersama dengan A.S. Wiener, pada tahun 1940. Mereka menemukan antibodi dari kelinci yang diimunisasi dengan darah seekor kera (Macaca rhesus). Antibodi yang dihasilkan oleh kelinci tersebut ternyata tidak hanya menggumpalkan eritrosit kera donor, tetapi juga eritrosit sebagian besar orang kulit putih di New York. Individu yang memperlihatkan reaksi antigen-antibodi ini disebut Rh positif (Rh+), sedang yg tidak disebut Rh negatif (Rh).
      • Pada mulanya kontrol genetik sistem Rh diduga sangat sederhana, yaitu R untuk Rh+ dan r untuk Rh. Namun, dari temuan berbagai antibodi yang baru, berkembang hipotesis bahwa faktor Rh dikendalikan oleh alel ganda. Hal ini dikemukakan oleh Wiener. Sementara itu, R.R. Race dan R.A. Fiescher mengajukan hipotesis bahwa kontrol genetik untuk sistem Rh adalah poligen.
      • Menurut hipotesis poligen, ada tiga loki yang mengatur sistem Rh. Oleh karena masing-masing lokus mempunyai sepasang alel, maka ada enam alel yang mengatur sistem Rh, yaitu C, c D, d, E, dan e. Kecuali d, tiap alel ini menentukan adanya antigen tertentu pada eritrosit, yang diberi nama sesuai dengan alel yang mengaturnya. Jadi, ada antigen C, c, D, E, dan e. Dari lokus C dapat diperoleh tiga macam fenotipe, yaitu CC (menghasilkan antigen C), Cc (menghasilkan antigen C dan c), serta cc (menghasilkan antigen c). Begitu juga dari lokus E akan diperoleh tiga macam fenotipe, yaitu EE, Ee, dan ee. Akan tetapi, dari lokus D hanya dimungkinkan adanya dua macam fenotipe, yaitu D- (menghasilkan antigen D) dan dd (tidak menghasilkan antigen D). Fenotipe D- dan dd inilah yang masing-masing menentukan suatu individu akan dikatakan sebagai Rh+ dan Rh. Secara keseluruhan kombinasi alel pada ketiga loki tersebut dapat memberikan 18 macam fenotipe (sembilan Rh+ dan sembilan Rh).
      • Bertemunya antibodi Rh (anti D) yang dimiliki oleh seorang wanita dengan janin yang sedang dikandungnya dapat mengakibatkan suatu gangguan darah yang serius pada janin tersebut. Hal ini dimungkinkan terjadi karena antibodi Rh (anti D) pada ibu tadi dapat bergerak melintasi plasenta dan menyerang eritrosit janin. Berbeda dengan antibodi anti A atau anti B, yang biasanya sulit untuk menembus halangan plasenta, antibodi Rh mudah melakukannya karena ukuran molekulnya yang relatif kecil.
      • Penyakit darah karena faktor Rh terjadi apabila seorang wanita Rh (dd) menikah dengan pria Rh+ (DD) sehingga genotipe anaknya adalah Dd. Pada masa kehamilan sering kali terjadi percampuran darah antara ibu dan anaknya, sehingga dalam perkawinan semacam itu ibu yang Rh akan memperoleh imunisasi dari anaknya yang Rh+. Apabila wanita tersebut mengandung janin Dd secara berturut-turut, maka ia akan menghasilkan antibodi anti D. Biasanya tidak akan terjadi efek yang merugikan terhadap anak yang pertama akibat reaksi penolakan tersebut. Akan tetapi, anak yang lahir berikutnya dapat mengalami gejala penyakit yang disebut eritroblastosis fetalis.  Pada tingkatan berat penyakit ini dapat mengakibatkan kematian.
      • Dengan adanya peluang reaksi antigen – antibodi dalam golongan darah manusia, maka dilihat dari kompatibiltas golongan darah antara suami dan istri dapat dibedakan dua macam  perkawinan, masing-masing
        1. Perkawinan yang kompatibel, yaitu perkawinan yang tidak memungkinkan berlangsungnya reaksi antigen-antibodi di antara ibu dan anak yang dihasilkan dari perkawinan tersebut.
        2. Perkawinan yang inkompatibel, perkawinan yang memungkinkan berlangsungnya reaksi antigen-antibodi di antara ibu dan anak yang dihasilkan dari perkawinan tersebut.
      • Kegunaan dari pengetahuan tentang penurunan sifat golongan darah pada manusia :
        1. Berguna dalam trasfusi darah
        2. Berguna dalam memutuskan sengketa orang tua berdasarkan garis silsilah.
      • Sebenarnya masih banyak sifat dengan pola penurunan alela ganda misalnya pada Kucing yaitu sifat Full Colour, Silver dan Siamase.
  • 4.6. Sex Linked Gene (Rangkai Kelamin)
  • Sex Linked gene artinya gen-gen yang terikat pada kromosom kelamin. Setiap makhluk mempunyai jumlah kromosom yang berbeda antara satu dengan lainnya. Sepasang diantaranya adalah kromosom kelamin. Perlu diketahui bahwa kromosom kelamin tidak hanya terdapat pada sel kelamin tetapi juga terdapat pada sel tubuh.
  • Pada mammalia dengan pemeriksaan secara mikroskopis diketahui bahwa kromosom kelamin betina adalah homogametic (diberi symbol XX) dan kromosom kelamin jantan adalah Heterogametic (diberi symbol XY), sedangkan pada unggas memiliki kromosom kelamin kebalikan dari mammalian, dimana Betina (Heterogametic/ ZW) dan Jantan (Homogametic/ ZZ).
  • Sex ratio dari anak-anak hewan yang baru dilahirkan umumnya diasumsikan sama yaitu 1 : 1, hal ini berasal dari pemikiran bila kita mengawinkan individu jantan dan betina, maka skemanya adalah sebagai berikut :
  • g4-18
  • Contoh sifat-sifat yang sex linked adalah :
    1. Kelainan Dan Penyakit Karena Alel Resesif Tertaut Kromosom Sex “X”
      • 1a. Hemofilia pada Manusia
      • Hemofilia merupakan gangguan koagulasi herediter atau suatu keadaan dimana darah manusia sulit sekali membeku apabila penderita terluka. Hemofilia disebabkan oleh mutasi gen faktor VIII atau faktor IX sehingga dapat dikelompokkan menjadi hemofilia A dan hemofilia B. Kedua gen tersebut terletak pada kromosom X, sehingga termasuk penyakit resesif terkait –X, yang disebabkan karena tidak adanya protein tertentu yang diperlukan untuk penggumpalan darah, atau kalaupun ada kadarnya rendah sekali. Dengan demikian sifat hemofilia adalah resesif dan normal adalah dominan.
      • Umumnya luka pada orang normal akan menutup (darah akan membeku) dalam waktu 5 – 7 menit. Tetapi pada penderita hemofilia, darah akan membeku 50 menit sampai 2 jam, sehingga mudah menyebabkan kematian karena kehilangan terlalu banyak darah. Misalnya hemofilia diberi symbol h dan normal diberi symbol H, maka Perempuan yang homozigot resesif untuk gen ini merupakan penderita (XhXh), sedangkan perempuan yang heterozigot (XHXh) pembekuan darahnya normal namun ia hanya berperan sebagai pembawa / carier. Seorang laki – laki normal adalah XHY dan laki-laki penderita hanya mempunyai satu genotip yaitu (XhY).
      • Hemofilia dibedakan atas 3 macam :
        1. Hemofilia A, karena penderita tidak memiliki zat anti hemofili globulin (faktor VIII). Tipe ini terdapat ± 80 % dari penderita hemofilia. Seorang yang normal mampu membentuk anti hemofili globulin (AHG) dalam serum darahnya karena mempunyai gen dominan H, sedangkan alel yang resesif tidak dapat membentuk zat tersebut. Karena gennya terangkai X Perempuan yang homozigot resesif untuk gen ini merupakan penderita (XhXh), sedangkan perempuan yang heterozigot (XhXH) pembekuan darahnya normal namun ia hanya berperan sebagai pembawa / carier dan laki – laki penderita hanya mempunyai satu genotip yaitu (XhY).
        2. Hemofilia B (Cristmast), karena penderita tidak memiliki komponen plasma tromboplastin (KTP atau faktor IX). Diberi nama Christmas karena mengacu pada nama seorang anak laki – laki yang terluka pada waktu Inggris dibom oleh Jerman selama Perang Dunia ke II. Terdapat ± 20 % dari penderita hemofili.
        3. Hemofili C, karena penderita tidak mampu membentuk zat plasma tromboplastin anteseden (PTA).Penyakit ini tidak disebabkan oleh gen resesif yang terangkai-X, melainkan oleh gen resesif yang jarang dijumpai pada autosom. Hanya terjadi sedikit dari penderita. Tidak lebih dari 1 %
      • Secara keseluruhan hemofili terjadi karena tidak terbentuknya tromboplastin. Dimana tromboplastin ini pada tubuh yang normal berguna sebagai zat aktivasi protrombin saat luka, sehingga protrombin dapat diubah menjadi trombin.
      • Hemofilia diklasifikasikan sebagai :
        1. Berat, dengan kadar aktivitas faktor yang tersedia kurang dari 1%
        2. Sedang, dengan kadar aktivitas faktor yang ada antara 1% – 5%
        3. Kecil, dengan kadar aktivitas faktor yang tersedia kurang dari 5 %
      • Secara teoritis wanita hemofilia dihasilkan dari perkawinan wanita carrier (XHXh) dengan pria hemofilia (XhY). Tetapi kenyataannya jumlah wanita hemophilia meskipun pernah juga dilaporkan tetapi populasinya sangat sedikit bahkan lebih sedikit dari frekuensi yang diharapkan. Hal ini bukan berarti bahwa hemofilia selalu lethal bagi wanita, namun karena wanita kromosom kelaminnya adalah homogametic dan gen hemofilia adalah resesif maka hal itu mungkin disebabkan oleh diturunkannya gen tersebut dari pembawa hemofilia (heterozigot) kepada anak/cucunya yang mana semuanya normal. Berbeda kalau menghasilkan anak laki-laki, maka separuh bagian akan menderita hemofilia.
      • 1b. Buta Warna pada Manusia
      • Penderita tidak dapat membedakan warna hijau dan merah , atau semua warna. Individu yang buta terhadap warna hijau (tipe deutan) dan merah (tipe protan) dikarenakan individu tersebut tidak mempunyai reseptor yang dapat mendeteksi cahaya pada panjang gelombang hijau atau merah. Buta warna merupakan penyakit yang disebabkan oleh gen resesif c (color blind) yang terdapat pada kromosom X.
      • Sifat buta warna adalah resesif dan mata normal adalah dominan. Apabila mata normal diberi symbol C (Colour blind), maka Perempuan normal mempunyai genotip homozigotik dominan CXCX dan heterozigotik CXcX, sedangkan yang buta warna adalah homozigotik resesif cXcX. Laki – laki hanya mempunyai sebuah kromosom-X, sehingga hanya dapat normal CXY atau buta warna XcY. Wanita Heterozigotik (CXcX) disebut dengan buta warna carrier (pembawa) sebab wanita tersebut memiliki fenotip mata normal tetapi genotip heterozigotik yang dapat menyebabkan buta warna pada keturunannya.
      • 1c. Distrofi Otot
      • Kelainan tersebut ditandai dengan makin melemahnya otot – otot dan hilangnya koordinasi. Kelainan ini terjadi karena tidak adanya satu protein otot penting yang disebut distrofin, yang terletak pada lokus yang spesifik pada kromosom X
      • 1d. Sindrom Fragile X
      • Nama sindrom fragile diambil dari penampakan fisik kromosom X yang tidak normal. Bagian kromosom X yang mengalami konstriksi (pelekukan) dibagian ujung lengan kromosom yang panjang. Dari semua bentuk keterbelakangan mental yang disebabkan oleh faktor genetik, bentuk yang paling umum adalah fragile.
      • 1e. Sindrom Lesch-Nyhan
      • Penyakit ini timbul karena adanya pembentukan purin yang berlebihan. Sebagai hasil metabolisme purin yang abnormal ini, penderita memperlihatkan kelakuan yang abnormal, yakni kejang otak yang tidak disadari serta menggeliatkan anggota kaki dan jari – kari tangan. Selain dari itu penderita juga tuna mental, menggigit serta merusak jari – jari tangan da jaringan bibir. Semua penderita adalah laki – laki dibawah umur 10 tahun, dan belum pernah ditemukan pada perempuan. Penyakit yang jarang dijumpai ini disebabkan oleh gen resesif dalam kromosom-X.
    2. Kelainan Genetik Karena Tertaut Kromosom “Y” atau “W” pada Unggas
      • Gen tertaut kromosom Y untuk mamalia dan W untuk Unggas merupakan gen tertaut kelamin sempurna, artinya kelainannya hanya terjadi pada laki – laki.
      • 2a. Hypertrichosis
      • Hypertrichosis, tumbuh rambut pada bagian bagian tertentu ditepi dan telinga. Pada laki laki normal, akan memiliki gen dominan H. Gen resesif h menyebabkan hypertrichosis.
      • 2b. Weebed Toes
      • Disebabkan oleh gen resesif wt sehingga tumbuh kulit diantara tangan atau kaki mirip dengan kaki katak atau burung air. Alel dominan Wt menentukan keadaan normal.
      • 2c. Hystrixgravier
      • Gen resesif hg menyebabkan pertumbuhan rambut panjang dan kaku dipermukaan tubuh, sehingga terlihat menyerupai hewan landak yang tubuhnya berduri. Alel dominan Hg menentukan pertumbuhan rambut normal.
      • 2d. Sifat Mata Merah pada Lalat Buah
      • Mata Merah dominan terhadap mata putih, mata merah diberi symbol R dan mata putih diberi symbol r. Jadi genotip untuk lalat jantan bermata merah adalah RXY dan mata putih rXY. Sedangkan lalat betina mata merah RXRX dan RXrX, untuk lalat buah betina mata putih adalah rXrX.
      • 2e. Sifat Warna Lurik pada Bulu Ayam
      • Warna lurik pada bulu ayam dominan terhadap warna hitam. Lurik umumnya diberi notasi B (Barred) dan hitam adalah b. Jadi genotip ayam jantan berbulu lurik adalah BZBZ dan BZbZ dan Ayam jantan bulu hitam adalah bZbZ. Sedangka Ayam betina berbulu lurik adalah BZW dan berbulu putih adalah bZW.
  • Manfaat nyata dari pengetahuan terhadap sifat-sifat yang terikat pada kromosom kelamin ini diantaranya adalah untuk keperluan sexing (menentukan jenis kelamin), khususnya pada peternakan ayam dapat dilihat dari warna bulunya.
  • g4-19
  • 4.7. Sex Influenced Heredity
  • Sex Influenced Heredity adalah Sifat yang tidak terikat pada sex kromosom / kromosom kelamin melainkan pada kromosom tubuh (Autosom), akan tetapi pada penampilannya atau fenotipenya dipengaruhi oleh Jenis Kelamin. Sifat ini pada homozigot dominan dan resesif memberikan fenotipe yang sama baiknya pada hewan jantan atau betina, namun memberikan fenotipe yang berbeda jika genotipenya heterozigot. Pada hewan jantan yang genotypenya heterozigot akan menampakkan sifat yang dominan dan resesif.
  • Perbedaan sex influenced heredity dengan sex linkage heredity yaitu :pada sex influenced heredity genenya terikat pada kromosom tubuh sehingga sifat ini tidak dapat menentukan jenis kelamin, sedangkan pada sex linkage heredity dapat menentukan jenis kelamin (karena genenya terikat pada kromosom kelamin baik X maupun Y).
  • g4-20
  • 4.8. Incomplete Dominance (Dominan tidak lengkap
  • Incomplete dominance atau Dominan Tak lengkap, ada yang menyebut dengan Lack of Dominance atau sifat Intermedier adalah merupakan percampuran antara 2 sifat atau lebih yang membentuk sifat baru diantara kedua sifat tersebut.
  • Berdasarkan hasil penemuan Mendel, maka orang mengira bahwa apabila terjadi persilangan antara 2 individu yang salah satu menunjukkan sifat dominan dan yang lain adalah resesif, maka hasil persilangan (hasil keturunan) tersebut pada F1 mempunyai sifat yang sama dengan individu yang dominan, sedangkan pada F2 didapatkan perbandingan antara sifat dominan : resesif = 3 : 1. Kondisi demikian disebut dengan Dominan Lengkap atau Complete Dominant.
  • Namun ternyata pada beberapa kasus ditemui kondisi yang tidak menunjukkan dominan lengkap atau disebut Incomplete Dominant. Contoh Kasus persilangan antara Sapi Shorthorn berkulit Merah dengan Putih diperoleh F1 berwarna Roan (dawuk/ merah ke abu-abuan), Persilangan antara ayam Andalusian Hitam dengan Putih maka diperoleh F1 berwarna Biru (Blue Andalusian).
  • g4-21
  • Melihat kenyataan yang ada sekarang ini banyak sekali kemungkinan terjadinya Incomplete dominant, misalnya : Kemungkinan terbentuknya sapi urap-urap dimana warna kulitnya yang merupakan pencampuran dari warna-warna sapi yang sudah ada
  • 4.9. Silang Balik (Back cross) dan Silang Uji (Test cross
  • Silang balik (back cross) ialah persilangan suatu individu dengan salah satu tetuanya. Sebagai contoh, individu Aa hasil persilangan antara AA dan aa dapat disilangbalikkan, baik  dengan AA maupun aa.  Silang balik antara Aa dan AA akan menghasilkan satu macam fenotipe, yaitu A-, atau dua macam genotipe, yaitu AA dan Aa dengan nisbah 1 : 1. Sementara itu, silang balik antara Aa dan aa akan menghasilkan dua macam fenotipe, yaitu A- dan aa dengan nisbah 1 : 1,   atau dua macam genotipe,  yaitu Aa dan aa  dengan nisbah 1 : 1.
  • Manfaat praktis silang balik adalah untuk memasukkan gen tertentu yang diinginkan ke dalam suatu individu.  Melalui silang balik yang dilakukan berulang-ulang, dapat dimungkinkan terjadinya pemisahan gen-gen tertentu yang terletak pada satu kromosom sebagai akibat berlangsungnya peristiwa pindah silang. Hal ini banyak diterapkan di bidang peternakan, misalnya untuk memisahkan gen yang mengatur daya simpan daging dan gen yang menyebabkan rasa daging kurang enak. Dengan memisahkan dua gen yang terletak pada satu kromosom ini, dapat diperoleh varietas daging sapi yang dagingnya tahan simpan dan rasanya enak.
  • Apabila suatu silang balik dilakukan dengan tetuanya yang homozigot resesif, maka silang balik semacam ini disebut juga silang uji (Test Cross). Akan tetapi, silang uji sebenarnya tidak harus terjadi antara suatu individu dan tetuanya yang homozigot resesif.  Pada prinsipnya semua persilangan yang melibatkan individu homozigot resesif (baik tetua maupun bukan tetua) dinamakan silang uji.
  • Istilah silang uji digunakan untuk menunjukkan bahwa persilangan semacam ini dapat menentukan genotipe suatu individu. Sebagai contoh, suatu ternak yang fenotipenya PBB tinggi  (D-) dapat ditentukan genotipenya (DD atau Dd) melalui silang uji dengan tanaman homozigot resesif (dd).
  • Kemungkinan hasilnya dapat dilihat pada diagram berikut ini.
  • Jadi, apabila ternak tahan penyakit yang disilang uji adalah homozigot (DD), maka hasilnya berupa satu macam fenotipe, yaitu tahan penyakit. Sebaliknya, jika ternak tahan penyakit tersebut heterozigot (Dd), maka hasilnya ada dua macam fenotipe, yaitu tahan penyakit dan tidak tahan penyakit dg nisbah/perbandingan fenotipe 1 : 1.
  • Contoh Soal :
    1. Pada suatu kasus sengketa orang tua dimana perlu ditentukan siapa orang tua atau ayah yang sejati dari seorang anak.
    2. Seorang Ibu mempunyai golongan darah B sedangkan anaknya O, pria yang dicurigai ada 2 orang yang masing-masing memiliki darah tipe A dan AB.
    3. Seorang Ibu yang memiliki golongan darah B mempunyai anak yang bergolongan darah AB. Pria yang dicurigai ada 2 orang yang masing-masing memiliki darah tipe A dan B.
    4. Maka tentukan ayah yg sebenarnya dari masing-masing anak pada soal point a & b.
      • Jawab.
      • 1. Diketahui : Golongan darah Ibu = B sehingga Genotipenya = ABAB dan ABa. Golongan darah anak = O sehingga genotipenya = aa. Ayah 1 = A, Genotipe = AA dan Aa. Ayah 2 = AB, Genotipe = AAB
        • Dari hasil persilangan tersebut dapat disimpulkan bahwa Seorang Ibu mempunyai golongan darah B sedangkan anaknya O, pria yang  sebagai ayahnya bergolongan darah A
      • 2. Diketahui : Golongan darah Ibu = B sehingga Genotipenya = ABAB dan ABa
      •  Golongan darah anak = AB sehingga genotipenya = AAB
        1. Ayah 1 = A, Genotipe = AA dan Aa
        2. Ayah 2 = B, Genotipe = ABAB dan ABa
        3. Dengan Prinsip yang sama dari cara di atas, maka
          • Ayah Aa dengan Ibu ABAB, anaknya = 2 AAB, 2 ABa atau AB dan B
          • Ayah AA dengan Ibu ABa, anaknya = 2 AAB dan 2 Aa atau AB dan A
          • Ayah Aa dengan Ibu ABAB, anaknya = 2 AAB, 2 ABa atau AB dan B
        4. Sedangkan perkawinan dengan Ayah no 2, maka hasilnya sbb :
          • Ayah ABAB dengan Ibu ABAB, anaknya seluruhnya ABAB atau B
          • Ayah ABAB dengan Ibu ABa , anaknya  2 ABAB dan 2 ABa atau semuanya B
          • Ayah ABa dengan Ibu ABAB, anaknya seluruhnya B (2 ABAB dan 2 ABa)
          • Ayah ABa dengan Ibu ABa  , anaknya ABAB, 2ABa, aa atau B dan O
        5. Dari hasil persilangan tersebut dapat disimpulkan bahwa Seorang Ibu mempunyai golongan darah B sedangkan anaknya AB, pria yang  sebagai ayahnya bergolongan darah A
  • Seorang laki-laki normal menikah dengan wanita normal. Mereka mempunyai 2 orang anak yang semuanya laki-laki. Satu dari dua anak tersebut menderita Hemofili. Tentukan Genotipe dari kedua orang tuanya ?.
  • Jawab.
  • Diketahui :  Genotipe Laki-laki normal adalah HXY
  •                       Genotipe wanita normal adalah HXHX dan HXhX
  • Persilangan.
    1. Laki-laki HXY dengan Wanita HXHX, maka anaknya 2 HXHX dan 2 HXY
      • Jadi anaknya Wanita Normal dan Laki-laki normal
    2. Laki-laki HXY dengan Wanita HXhX, maka anaknya HXHX; HXhX; HXY; hXY
      • Jadi anaknya 2 Wanita Normal (HXHX;  HXhX), 1 Laki-laki normal (HXY) dan 1 Laki-laki Hemofili (hXY)
    3. Dengan demikian Genotipe kedua orangtuanya adalah Ayah HXY dan Ibu HXhX
  • 4.10. Umpan Balik
    1. Apa perbedaan sifat kualitatif dengan sifat kuantitatif dalam ilmu genetika.
    2. Bagaimana hubungan antara Lingkungan dan Genetika dalam menciptakan sifat Fenotipe.
    3. Mengapa seorang anak kembar identik (dari 1 telur) apabila diasuh pada tempat yang berbeda akan memiliki FENOTIPE yang berbeda.
    4. Mengapa seorang anak adakalanya memiliki bentuk wajah dan Karakter seperti kedua orang tuanya, tetapi ada juga yang hanya salah satu dari kedua orang tuanya. Jelaskan.
    5. Bagaimanakah kemungkinan anak-anak yang dilahirkan dari seorang wanita normal dengan pria penderita Hemofili.
    6. Pada perkawinan dua jenis ayam (K dan L) yang masing-masing tahan penyakit, maka didapatkan 985 ayam tidak tahan penyakit dan 3128 tahan penyakit. Berdasarkan data di atas, maka menunjukkan persilangan yang bagaimana (Homozigot/Heterozigot). Jelaskan.
    7. Ada suatu garis hitam pada kucing yang mengandung gen warna bulu hitam dan putih. Jika kucing berbulu hitam dikawinkan dengan kucing berbulu putih maka semua keturunannya berbulu abu-abu. Bagaimana hasil keturunan F2 jika dilakukan perkawinan intersemating.
    8. Pada unggas Gen C akan menghasilkan creeper dalam keadaan Heterozigotik tetapi letal (mati) dalam keadaan Homozigotik. Gen untuk bulu keriting F dominan terhadap bulu yang lurus f. Pada perkawinan ayam Jantan Creeper berbulu keriting dengan betina creeper berbulu lurus menghasilkan keturunan 12 creeper berbulu keriting dan 6 normal berbulu keriting. Bagaimana genotype dari ayam-ayam yang dikawinkan tadi.
    9. Apa yang saudara ketahui tentang alela, Back cross dan Test cross, tetua dan Filial
    10. Albino atau bule disebabkan oleh gen autosomal resesif, maka bila ibu dan ayah keduanya berpigmen normal, mungkinkah memiliki anak yang albino. Jelaskan.
  • Trims

Tinggalkan komentar