(3) Tesis 2012. Analisis Produktivitas Usaha Peternakan Ayam Pedaging Pola Kemitraan Perusahaan Pengelola di Kec. Kandat Kab. Kediri Jawa Timur

  • tesis-1
  • tesis-2
  • DAFTAR RIWAYAT HIDUP
    • tesis-17 bruPenulis dilahirkan di Desa Podorejo Kecamatan Sumbergempol Kabupaten Tulungagung pada Tanggal 23 Juli 1969, merupakan anak kedua dari empat bersaudara dari seorang ayah bernama Djanab dan Ibu Mukayah.
  • Pada Tahun 1982 penulis menamatkan Pendidikan Sekolah Dasar di SDN Podorejo I Kecamatan Sumbergempol Kabupaten Tulungagung. Setelah Lulus dari SD melanjutkan ke SMPN Sumbergempol lulus pada Tahun 1985, kemudian melanjutkan ke SMAN 2 Tulungagung dan Lulus pada Tahun 1988.
    • Pada Tahun 1988 penulis diterima menjadi Mahasiswa Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya Malang, lulus pada Tahun 1994. Selama menjadi Mahasiswa penulis aktif di Organisasi Badan Perwakilan Mahasiswa (BPM), Senat Mahasiswa Fakultas Peternakan, Unit Aktivitas Forum Diskusi Mahasiswa Penalaran (FORDIMAPELAR), Sebagai Asisten Dosen untuk Praktikum Mata Kuliah Biologi, Kimia Dasar dan Biokimia di Fakultas Peternakan UNISMA dan Fakultas Peternakan UNIBRAW Malang serta pernah mendapatkan Beasiswa dari PT. Djarum dan Yayasan Supersemar.
    • Pada Tahun 1994-1995 penulis diterima bekerja di PT. Wonokoyo Jaya Farm, selanjutnya mulai pada tahun 1995 sampai sekarang menjadi Tenaga Dosen di Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian UNISKA Kediri. Selama Tahun 1995-1999 penulis juga bekerja di CV. Satwa Jati Manunggal dan CV. Indo Horti Media Kediri yang bergerak dibidang Peternakan-Pertanian.
    • Pada Tahun 2009 terdaftar sebagai Mahasiswa Pasca Sarjana Program Studi Magister Manajemen Agribisnis (MMA) Universitas Islam Kadiri (UNISKA) Kediri.
  • MOTTO
    • Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. Al-Mujadalah 58:11)
    • Sesunguhnya Allah, para malaikat, penduduk langit dan bumi, sampai semut dan ikan mendoakan kebaikan kepada orang yang mengajar kebaikan kepada manusia.(HR Tirmidzi dan Thabrani)
    • Tesis ini kupersembahkan kepada :
    • Istriku Nanik dan Anak-anakku Alfanda – Alkaufan
      serta kedua orangtuaku tercinta
    • ROHMAD. NIM. 09.2.11.001. Analisis Produktivitas Usaha Peternakan Ayam Pedaging Pola Kemitraan Perusahaan Pengelola di Kecamatan Kandat Kabupaten Kediri, dibawah Pembimbing Prof. Dr. Ir. H. Zaenal Fanani, MS dan Prof. Dr. Sumarji, SP. MP.

  • RINGKASAN

    • Penelitian ini dilaksanakan di wilayah Usaha Peternakan Ayam Pedaging  Kecamatan Kandat Kabupaten Kediri Propinsi Jawa Timur, mulai Tanggal 3 Oktober sampai dengan 26 Nopember 2011.

    • Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan Faktor Produksi : Skala Usaha, Luas Lahan, Lama Usaha, Jumlah Tenaga Kerja dan Penyuluhan dengan Produktivitas Usaha Peternakan Ayam Pedaging Pola Kemitraan Perusahaan Pengelola di Kecamatan Kandat Kabupaten Kediri.. Diharapkan hasil Penelitian ini dapat membantu para peternak ayam pedaging Pola Kemitraan  Perusahaan Pengelola di Kecamatan Kandat Kabupaten Kediri dalam menganalisis produktivitas usaha untuk perbaikan keberhasilan usahanya serta Sebagai tambahan wacana dalam perkembangan dunia ilmu pengetahuan sebagai sumbangan konsep untuk peningkatan keberhasilan kerja dan teori-teori produktivitas yang masih terasa asing bagi sebagian pengusaha kecil

    • Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah 30 Sampel Peternak Ayam Pedaging Pola Kemitraan Perusahaan Pengelola PT. Pesona Ternak Gemilang (PT. PTG), serta 10 peternak Mandiri di Kecamatan Kandat Kabupaten Kediri. Jenis Penelitian yang digunakan adalah Jenis penelitian Survey. Penentuan Lokasi Penelitian dan Rumah Tangga Petani Peternak yang digunakan sebagai Sampel atau responden menggunakan metode Purposive Sampling. Variabel hasil survey dalam penelitian ini diklasifikasikan ke dalam variabel bebas (Independent Variable) dan variabel tak bebas (Dependent variable).

    • Variabel bebas terdiri dari Skala Usaha, Luas Lahan, Lama Usaha, Jumlah Tenaga Kerja dan Frekuensi Penyuluhan. Variabel tak bebas adalah produktivitas usaha yang diukur dengan skor menggunakan indikator bobot badan jual, tingkat kematian (mortalitas), Angka FCR, tingkat pendapatan dan B/C Ratio, kemudian data yang diperoleh akan dicari korelasi atau hubungan antara variabel tak bebas dengan variabel bebas. Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari para peternak (responden) dengan berpedoman pada daftar pertanyaan yang telah disiapkan. Sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh dari catatan yang ada pada Kantor Kecamatan, Kantor Desa, Kelompok Peternak, Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Kediri serta Perusahaan Pengelola. Data yang diperoleh pertama dianalisis secara diskriptif dan dilakukan Editing, Pra Koding, Koding, Frekuensi dan Tabulasi. Selanjutnya untuk mempertajam analisis hubungan variable bebas dengan variable terikat (tidak bebas) maka dilakukan Uji Statistik dengan menggunakan Analisis Korelasi Spearman.
    • Wilayah Kecamatan Kandat mayoritas tanah berupa tanah tegal atau tanah kering (42%) dan Sawah (35%) sehingga mata pencaharian utama penduduk adalah dalam bidang pertanian. Organisasi produksi usaha peternakan ayam pedaging pola kemitraan perusahaan pengelola menunjukkan bahwa perusahaan pengelola sebagai INTI menyalurkan sarana produksi yang berupa DOC, pakan, obat dan vaksin kepada PLASMA /Peternak sebagai barang pinjaman yang akan dibayar dengan angsuran setelah panen. Sedangkan Plasma berkewajiban menyediakan lahan, Kandang, Peralatan, Tenaga Kerja dan Brooder (Pemanas).

    • Hasil Penelitian tentang Struktur Biaya dan Pendapatan Usaha Peternakan Ayam Pedaging per ekor menunjukkan bahwa pendapatan Pola Swadaya atau Mandiri lebih tinggi 171,5 % dibandingkan dengan Pola Kemitraan Perusahaan Pengelola. Sedangkan distribusi produktivitas usaha peternakan ayam pedaging pola kemitraan perusahaan pengelola adalah 6,67 % peternak mempunyai Skala Produktivitas Usaha Tinggi (Skor rata-rata : 13,50), 60 % mempunyai Skala Produktivitas Usaha Sedang (Skor rata-rata : 9,39) dan 33,33 % mempunyai Skala Produktivitas Usaha Rendah (Skor rata-rata : 6,10).

    • Berdasarkan Hasil Penelitian dan Pembahasan maka dapat disimpulkan Ada hubungan antara Variabel Skala Usaha, Luas Lahan, Lama Usaha, Jumlah Tenaga Kerja dan Penyuluhan dengan produktivitas Usaha Peternakan Ayam Pedaging Pola Kemitraan Perusahaan Pengelola di Kecamatan Kandat Kabupaten Kediri Jawa Timur. Variabel Skala Usaha, Lama Usaha dan Jumlah Tenaga Kerja menunjukkan adanya perbedaan yang sangat nyata dengan produktivitas usaha, dengan koefisien korelasi masing-masing 0,785; 0,797 dan 0,793 yang berarti adanya hubungan positif yang kuat. Sedangkan  Variabel Luas Lahan dan Penyuluhan menunjukkan adanya perbedaan yang nyata dengan produktivitas usaha, dengan koefisien korelasi masing-masing 0,417 dan 0,442, yang berarti adanya hubungan positif yang kurang kuat.

    • Berdasarkan kesimpulan di atas, maka disarankan kepada peternak yang mampu dan memiliki modal dalam pengadaan sapronak untuk melakukan usaha pola swadaya, secara umum diharapkan usaha peternakan ayam pedaging pola kemitraan perusahaan pengelola dilakukan secara kontinyu atau terus menerus karena Lama Usaha memberikan Koefisien Korelasi yang paling tinggi yaitu sebesar 79,70 % serta Kepada Pihak Perusahaan Pengelola harus diperhatikan peningkatan kualitas SDM Penyuluhan sehingga target hasil program transfer keilmuan bisa terwujud serta mampu meningkatkan produktivitas usaha.

  • THE PRODUCTIVITY ANALYSIS OF BROILER FARM
  • PARTNERSHIP MANAGEMENT COMPANY
  • IN KANDAT SUBDISTRICT KEDIRI REGENCY
  • SUMMARY
  • By:
  • R O H M A D
    • The research was conducted in Kandat Sub district Kediri Regency, East Java, begun in October 3 until 26 November 2011. The purpose of this research is to determine the relationship between The Production Factors of Business Scale, The Width of Land, The Periods of Business, The Amount of Employment and Counseling with the Business Productivity of Broiler Farm Partnership Management in Kandat Sub district Kediri Regency. With the result of this research it is expected can help the broiler breeders Partnership Management Company in Kandat Sub district Kediri Regency in analyzing the productivity of business by improving the success of his business, as a addition of discourse in the development of scientific world as well as donations to increase the success of the concept of work and productivity theory that still unusual for many small entrepreneur.
    • The materials used in this research were 30 broiler breeders Partnership Management Company of PT. Pesona Ternak Gemilang (PT. PTG), and 10 independent breeders in Kandat Sub district Kediri. The type of the research used survey research type. The determination of Research Location and Broiler Breeders that used as a sample or respondent using Purposive Sampling Method. Survey result variable in the research were classified into the independent variable and dependent variable.
    • The independent variable consists of The Business Scale, The Width of Land, The Periods of Business, The Amount of Employment and Counseling Frequency. Dependent variable is the business productivity measured by the score using selling weight indicator, mortality rate, FCR rate, income rate, and B/C ratio. The collected data consists of primary and secondary data. Primary data is the data that directly obtained from the breeders (respondent) with the reference of Questionnaire List. Secondary data is data from Kandat Sub district Office, Village Office, Breeders Groups, Kediri Regency Livestock and Fisheries Department and Management Company. Obtained data were first analyzed by descriptive through the Editing, Pre-Coding, Coding, Frequency and Tabulation Phase. Spearman Correlation Analysis is used to statistical test to sharpen the relationship analysis of independent variable and dependent variable.
    • The majority land in Kandat Sub district is moor land or dry land (42%) and rice field (35%) so agriculture is the main livelihood of the population. The Cost Structure and The Income of Broiler Farm per item indicates that The Income of independent pattern 171,5% higher than partnership pattern. While the productivity distribution of broiler farm with the partnership management company is 6,67%, breeders have a high Business Productivity Scale (Average Score : 13,50), 60% has medium Business Productivity Scale (Average Score : 9,39) and 33,3% has low Business Productivity Scale (Average Score : 6,10).
    • Based on The Result and Discussion of Research we can conclude that Cost Structure and The Income of Broiler Farm per item indicates that the income with the independent pattern 171,5% higher than partnership pattern. There is a relationship between The Business Scale, The Width of Land, The Periods of Business, The amount of Employment and Counseling Variable with The Productivity of Partnership Management Company broiler farm in Kandat Sub district Kediri, East Java. The Business Scale, The Periods of Land, and The Amount of Employment Variables indicates a very real difference to the business productivity with each correlation coefficient 0,785; 0,797 and 0,422 which means has a strong positive relationship. While The Width of Land and Counseling Variable indicates a very real difference with the business productivity, with each correlation coefficient 0,417 and 0,442 which means has a less strong positive relationship.
    • It is recommended to the breeders who are able and have the financial capital in Sapronak supplying to do the business with the dependent pattern, and it is expected to the broiler farm partnership management company to performed continuously because the period of business give the highest correlation coefficient that is 79,70% and for the management company it must be considered in improving the quality of human resources so the target of the transfer of knowledge program can be realized as well as to improve the business productivity.
  • KATA PENGANTAR
    • Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala limpahan Rahmad, Taufik serta hidayah-Nya, sehingga Thesis kami yang berjudul “ANALISIS PRODUKTIVITAS USAHA PETERNAKAN AYAM PEDAGING POLA KEMITRAAN PERUSAHAAN PENGELOLA DI KECAMATAN KANDAT KABUPATEN KEDIRI”  ini dapat terselesaikan dengan baik.
    • Pada  kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada Yth :
      1. Prof. Dr. H. Zaenal Fanani, MS, selaku Asisten Direktur I sekaligus Dosen Pembimbing Utama.
      2. Bapak Prof. Dr. Sumarji, SP. MP, selaku Dosen Pembimbing Kedua.
      3. Para Peternak, Technical Servise Personal dari PT. Pesona Ternak Gemilang, yang telah mengijinkan kami untuk melakukan penelitian di lokasi peternakannya.
      4. Semua pihak yang telah membantu baik moril maupun materiil, sehingga Penelitian ini dapat terlaksana dan terselesaikan dengan baik.
    • Penulis menyadari bahwa isi laporan ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan dari para pembaca serta semua pihak yang peduli terhadap usaha peternakan ayam petelur.
    • Harapan kami semoga Skripsi ini dapat memberikan manfaat dan tambahan informasi tentang tata laksana pemeliharaan ayam pedaging bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.
    • Kediri,   April    2012
    • Penyusun
    • tesis-3
    • tesis-4
    • tesis-5
  • BAB I. PENDAHULUAN
  • 1.1. Latar Belakang
    • Sub Sektor peternakan sebagai salah satu bagian dari pembangunan sektor pertanian merupakan bagian integral dari pembangunan Nasional. Untuk mencapai tujuan pembangunan seperti yang telah digariskan dalam GBHN, maka diperlukan adanya suatu upaya dengan cara meningkatkan pembangunan dalam bidang Politik, Ekonomi, Sosial Budaya dan Hankam. Dalam bidang Ekonomi, maka upaya yang dapat dilakukan salah satunya dengan meningkatkan pembangunan sub sektor peternakan sendiri menyangkut hal yang sangat luas karena mempunyai banyak komoditi.
    • Industri perunggasan di Indonesia hingga saat ini berkembang sesuai dengan kemajuan perunggasan global yang mengarah kepada sasaran mencapai tingkat efektifitas (produktivitas) dan efisiensi usaha yang optimal, namun upaya pembangunan industri perunggasan tersebut masih menghadapi tantangan global yang mencakup kesiapan daya saing produk, utamanya bila dikaitkan dengan lemahnya kinerja penyediaan bahan baku pakan yang merupakan 60-70 % dari biaya produksi karena sebagian besar masih sangat tergantung dari impor (Departemen Pertanian, 2008). Seperti halnya yang dikemukan oleh Santoso (2008) bahwa efisiensi usaha peternakan unggas adalah hal yang sangat penting agar kualitas produk unggas bisa bersaing di pasar bebas, dan upaya yang harus dilakukan antara lain adalah substitusi bahan pakan, peningkatan mutu produk, peningkatan produktivitas ternak, pembinaan sumberdaya manusia dan membentuk koperasi mandiri. Salah satu komoditi perunggasan yang memiliki prospek yang sangat baik untuk dikembangkan adalah peternakan ayam ras pedaging karena didukung oleh karakteristik produknya yang dapat diterima oleh semua masyarakat Indonesia
    • Peranan ayam pedaging sangat penting dalam ikut memenuhi kebutuhan masyarakat akan daging sebagai bahan pangan yang bergizi, hal ini mengingat populasi ayam tersebut yang cukup besar dan pemeliharaannya hampir berada di seluruh pelosok tanah air. Meningkatnya permintaan daging ayam memerlukan sistem produksi yang melibatkan pemilik modal dan masyarakat, kaitan antara dua komponen ini muncul karena adanya ketimpangan pada penguasaan sumber daya ekonomi. Di satu pihak tersedia modal, akan tetapi kekurangan tenaga kerja dan lahan, sedangkan pihak lain tersedia tenaga manusia atau tersedia lahan akan tetapi penguasaan terhadap modal kecil. Untuk menjembadani ketimpangan tersebut diperlukan suatu bentuk usaha yang dapat mendekatkan mereka, yaitu kemitraan dengan tujuan saling memperoleh manfaat.
    • Anjuran pemerintah kepada masyarakat industri sarana produksi ayam pedaging untuk bermitra dengan masyarakat pedesaan dapat menimbulkan dilema. Satu sisi kemitraan merupakan salah satu jalan untuk mengatasi kurangnya sumber daya (dana/modal, teknologi dan sumber daya manusia) dalam pengembangan sub sektor peternakan, akan tetapi disisi lain kemitraan yang selama ini diterapkan telah menimbulkan beberapa permasalahan, diantaranya : (1) gejala ketergantungan yang cukup besar pada pihak plasma terhadap inti atau petani peternak terhadap perusahaan pengelola, (2) posisi tawar menawar yang lemah dari pihak plasma terhadap inti, (3) sistim distribusi dan pemasaran sarana distribusi ayam pedaging tidak selalu dapat diterima oleh masyarakat pedesaan, (4) diperlukan kesiapan yang memadai dari peternak skala kecil dalam berhadapan dengan pasar produk ayam pedaging.
    • Menurut Sutawi (2007), bahwa secara teoritis, hubungan kerja di dalam pola kemitraan ayam pedaging berpeluang bagus untuk menyambung Up-stream (industry Sapronak) dengan down-stream (aktivitas budidaya ayam pedaging dan pemasaran produk).  Keadaan demikian hanya dapat terjadi apabila pola kemitraan yang dilaksanakan saling menguntungkan kedua belah pihak, utamanya jika hubungan kerja tidak memberatkan petani peternak atau plasma.
    • Dengan posisi yang lemah dari pihak petani peternak atau plasma dalam pola kemitraan ayam pedaging, maka produktivitas usaha menjadi suatu yang sangat bernilai dalam keberhasilan usahanya, dan akan menjadi semakin tidak menguntungkan jika usaha tersebut tidak mempunyai nilai produktivitas usaha yang tinggi. Mengetahui faktor-faktor produksi yang mempengaruhi produktivitas usaha merupakan salah satu informasi penting untuk menilai efisiensi serta efektifitas pelaksanaan suatu usaha. Hasil yang di dapat dari mengetahui faktor-faktor produksi yang mempengaruhi produktivitas usaha dengan arah pengembangan di masa yang akan datang dan sumber daya manusia sebagai pelaku utama mempunyai peranan yang sangat penting untuk meningkatkan produktivitas usaha.
    • Dewasa ini berbagai pola kemitraan telah berkembang, tidak terkecuali kemitraan pada sub sektor peternakan, yang salah satu diantaranya adalah pola kemitraan Perusahaan Pengelola yang terjadi di Kecamatan Kandat Kabupaten Kediri Propinsi Jawa Timur. Dalam pola ini ada dua pihak yang telibat, yakni Petani Peternak yang termasuk dalam Peternak Ayam Pedaging dan Perusahaan Pengelola. Walaupun kelihatan bahwa dalam pola kemitraan ini peternak sangat tergantung pada Perusahaan Pengelola, tetapi keberhasilan usaha tetap akan ditentukan oleh kemampuan peternak tersebut untuk mengelola faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas usahanya. Adapun faktor-faktor yang mungkin bisa mempengaruhi produktivitas usaha peternakan ayam pedaging di Kecamatan Kandat Kabupaten Kediri Propinsi Jawa Timur adalah Skala Usaha, Luas Lahan, Lama Usaha, Jumlah Tenaga Kerja yang digunakan dan penyuluhan/bimbingan teknis yang diberikan kepada peternak.
    • Kecamatan Kandat Kabupaten Kediri propinsi Jawa Timur merupakan Wilayah Kabupaten Kediri yang berada di selatan Ibukota Kabupaten Kediri menghubungkan antara Kabupaten Kediri dengan Kabupaten Blitar. Di Kecamatan Kandat Kabupaten Kediri Propinsi Jawa Timur hampir 80 % wilayahnya merupakan lahan pertanian baik irigasi teknis maupun non teknis. Penggunaan tanah tegalan dengan irigasi non teknis untuk areal pengembangan peternakan ayam pedaging merupakan salah satu alternatif pemecahan, karena lahan tegalan tersebut kurang potensial untuk persawahan. Ada sekitar 110 peternak ayam pedaging dan 90 % peternak adalah beternak dengan pola kemitraan. Sedangkan perusahaan kemitraan ada sekitar 3 perusahaan pengelola dengan masing-masing plasma berkisar 10 – 40  peternak.
    • Dengan permasalahan di atas dan Kecamatan Kandat merupakan wilayah sentra pengembangan ayam pedaging, maka Peneliti mencoba menelaah apakah ada hubungan antara faktor produksi (Skala Usaha, Luas Lahan, Lama Usaha, Jumlah Tenaga Kerja dan  Penyuluhan) dengan produktivitas usaha peternak ayam pedaging pola kemitraan Perusahaan Pengelola di Kecamatan Kandat Kabupaten Kediri Propinsi Jawa Timur.
    • Perusahaan Pengelola adalah Perusahaan yang menyediakan sarana produksi peternakan, bimbingan teknis dan manajemen, menampung dan mengolah serta memasarkan hasil produksi peternakan ayam pedaging, sedangkan Peternak adalah pelaku usaha budidaya ayam pedaging yang harus menyediakan Lahan, Kandang dan Peralatan serta Tenaga Kerja.
  • 1.2. Perumusan Masalah
    • Pada dasarnya suatu produktivitas usaha sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor produksi yang ada. Menurut Rahardi, (2011) bahwa komponen faktor-faktor produksi pada usaha peternakan ayam pedaging sistem kemitraan antara lain : Jumlah ternak yang dipelihara, Luas Lahan Usaha, Lama beternak, Jumlah Tenaga Kerja dan Frekuensi Penyuluhan atau Kunjungan Technical Servise, sedangkan Produktivitas biasanya diukur dari Jumlah Produksi berdasarkan Berat, Jumlah kematian dan Pendapatan Usaha.
    • Kemampuan para peternak untuk berinteraksi dengan pasar sarana produksi maupun produksi usaha peternakan ayam pedaging adalah tidak sama. Cara mengorganisasikan sumber daya yang ada pada peternak berpengaruh langsung pada produktivitas usaha. Pengorganisasian sumber daya yang kurang baik akan menghasilkan produktivitas usaha yang rendah.
    • Pertanyaan Peneliti yang akan dicarikan jawabannya dapat dirumuskan seabagai berikut : Apakah Ada hubungan antara Faktor Produksi Skala Usaha, Luas Lahan, Lama Usaha, Jumlah Tenaga Kerja yang digunakan dan Penyuluhan dengan Produktivitas Usaha Peternakan Ayam Pedaging Pola Kemitraan Perusahaan Pengelola di Kecamatan Kandat Kabupaten Kediri.
  • 1.3. Tujuan Penelitian
    • Untuk mengetahui hubungan Faktor Produksi Penguasaan Ternak, Luas Lahan, Lama Usaha, Jumlah Tenaga Kerja yang digunakan dan Penyuluhan dengan Produktivitas Usaha Peternakan Ayam Pedaging Pola Kemitraan Perusahaan Pengelola.
  • 1.4. Kegunaan Penelitian
    1. Membantu para peternak ayam pedaging Pola Kemitraan dengan Perusahaan Pengelola di Kecamatan Kandat Kabupaten Kediri dalam menganalisis produktivitas usaha untuk perbaikan keberhasilan usahanya.
    2. Sebagai tambahan wacana dalam perkembangan dunia ilmu pengetahuan sebagai sumbangan konsep untuk peningkatan keberhasilan kerja dan teori-teori produktivitas yang masih terasa asing bagi banyak pengusaha kecil.
    3. Sebagai sumbangan pemikiran bagi Pemerintah untuk mengambil Kebijakan-Kebijakan yang berkaitan dengan Usaha Peternakan Ayam Pedaging Pola Kemitraan Perusahaan Pengelola.
  • BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
  • 2.1. Penelitian Terdahulu
    1. Menurut Penelitian Fanani, Z., (1993), yang berjudul Evaluasi Usaha Peternakan Ayam Pedaging di Kabupaten Malang, menyimpulkan bahwa semakin besar penguasaan ternak atau skala usaha pada usaha peternakan ayam pedaging, maka dari segi zooteknis semakin kurang baik dalam pengawasan, dari segi analisis ekonomis bahwa usaha tersebut layak untuk dikembangkan dan dari segi tenaga kerja dapat berperan dalam penyerapan tenaga kerja.
    2. Menurut Penelitian Haryono, D., (1999), yang berjudul Organisasi Produksi Usaha Ternak Ayam Pedaging Pola Kemitraan dan Non Kemitraan di Kecamatan Mojowarno Kabupaten Jombang, menyimpulkan bahwa organisasi pola kemitraan variabel-variabel yang berhubungan dengan produktivitas usaha adalah penguasaan ternak, luas lahan, lama usaha, tenaga kerja dan penyuluhan.
    3. Menurut Sofyan, A., (2006) yang berjudul Analisa Resiko Finansial Usaha Peternakan Ayam Pedaging Pada Peternak Plasma  Kemitraan Kud Sari Bumi Di Kecamatan Bululawang Kabupaten Malang menyimpulkan bahwa Besarnya keuntungan atau pendapatan dan tingkat efisiensi usaha yang diperoleh selama 1 tahun dan tiap periode produksi diukur dengan menggunakan analisa resiko financial yang meliputi Farm Financial Effeciency atau Operating Expense Ratio, Rasio Likuiditas (Current Ratio), Rasio Solvabilitas (Debt to Assets Ratio), Rasio Profitabilitas (Return on Assets and Return on Equity), Debt Coverage Ratio dan Analisa secara statitik, dimana besarnya pendapatan kotor yang paling tinggi baik selama 1 tahun maupun tiap periode pemeliharaan adalah pada strata III yang nilainya masing-masing sebesar Rp 424.477.675,- dan Rp 76.542.403,- sedangkan yang paling rendah adalah pada strata I yang masing-masing sebesar Rp 106.222.045,- dan Rp 20.883.791,-. Nilai pendapatan bersih selama 1 (satu)  tahun dan tiap periode pemeliharaan yang paling tinggi adalah pada strata III (lebih dari 3.208 ekor) yang nilainya masing-masing sebesar Rp 119.813.794,- dan Rp 20.761.226,- sedangkan nilai pendapatan yang paling rendah baik selama 1 tahun maupun tiap periode pemeliharaan adalah pada strata I yang nilainya masing-masing sebesar Rp 2.793.356,- dan Rp 898.132,- .Hasil perhitungan efisiensi usaha berdasarkan nilai Operating Expenses Ratio selama 1 (satu) tahun dan tiap periode menunjukkan bahwa skala usaha yang paling efisien adalah pada strata III yaitu sebesar 84,7% selama 1 tahun dan 84,8% rata-rata tiap periodenya, sedangkan yang paling tidak efisien yakni pada strata I yaitu sebesar 86,7% selama 1 tahun dan 86,5% rata-rata tiap periodenya. Berdasarkan nilai Coefficient of Variation maka strata I mempunyai tingkat resiko finansial yang paling tinggi yaitu sebesar 49% selama 1 (satu) tahun dan 51% rata-rata tiap periode pemeliharaan sedangkan strata III mempunyai tingkat resiko finansial yang paling rendah yaitu sebesar 31% selama 1 tahun dan 30% rata-rata tiap periode pemeliharaan.
    4. Menurut penelitian Yunus, R., (2009) yang berjudul Analisis Efisiensi Produksi Usaha Peternakan Ayam Ras Pedaging Pola Kemitraan Dan Mandiri Di Kota Palu Provinsi Sulawesi Tengah, menyimpulkan bahwa para peternak ayam ras pedaging mandiri memiliki tingkat pendapatan rata-rata yang berbeda dibanding para peternak pola kemitraan, hal ini ditunjukkan dengan nilai R/C ratio peternak mandiri sebesar 1,26 lebih tinggi dibanding peternak pola kemitraan yang hanya sebesar 1,06.  Dalam hal ini peternak yang berusaha secara mandiri lebih menguntungkan daripada peternak yang menjadi anggota pola kemitraan. variabel bibit ayam (DOC) dan pakan berpengaruh nyata (significant) pada α=1% dan berhubungan positif dengan produksi, dengan nilai koefisien yang cukup besar, yang artinya bahwa pertambahan bibit ayam (DOC) atau pakan akan meningkatkan produksi, sedangkan variabel vaksin, obat dan vitamin juga berpengaruh nyata namun menunjukkan hubungan yang negatif terhadap produksi, artinya bahwa perlu adanya pembatasan penggunaan vaksin, obat dan vitamin agar produksi bisa optimal. Selain itu variabel lain yang juga berpengaruh nyata pada α=5% dan berhubungan positif dengan produksi adalah tenaga kerja dan bahan bakar, karena kemampuan peternak dalam manajemen usaha memang sangat menentukan tingkat keberhasilan peternakannya, demikian pula dengan faktor produksi bahan bakar karena merupakan sumber pemanas indukan ayam “brooder” agar bibit ayam (DOC) bisa tumbuh dan menghasilkan daging dengan sempurna. Namun listrik dan luas kandang tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap peningkatan produksi ayam ras pedaging.
    5. Menurut Lestari, M., (2009) yang berjudul Analisis Pendapatan dan Tingkat Kepuasan Peternak Plasma Terhadap Pelaksanaan Kemitraan Ayam Broiler (Studi Kasus: Kemitraan PT X di Yogyakarta) menyimpulkan bahwa Sebagian besar peternak memperoleh keuntungan dalam melakukan usaha ternak ayam broiler. Peternak dengan skala besar mendapatkan nilai rasio R/C sebesar 1,066, sedangkan peternak skala sedang memperoleh nilai rasio R/C sebesar 1,069. Peternak skala sedang mendapatkan pendapatan sedikit lebih tinggi, sehingga skala usaha tidak menjadi jaminan akan mendapatkan keuntungan yang lebih besar. Analisis korelasi rank spearman didapatkan korelasi yang lemah antara tingkat pendapatan peternak dengan tingkat kepuasan peternak. Kepuasan peternak terhadap pelaksanaan kemitraan PT X tidak hanya ditentukan oleh pendapatan yang diperoleh peternak plasma.
  • 2.2. Landasan Teori
  • 2.2.1. Usaha Peternakan Ayam Pedaging
    • Menurut  pendapat Yuwanta, T., (2004) bahwa Ayam peliharaan (Gallus gallus domesticus) adalah unggas yang biasa dipelihara orang untuk dimanfaatkan untuk keperluan hidup pemeliharaanya. Ayam peliharaan/domestikasi (selanjutnya disingkat “ayam” saja) merupakan keturunan langsung dari salah satu subspesies ayam hutan yang dikenal sebagai ayam hutan merah (Gallus gallus) atau ayam bangkiwa (bankiva fowl).
    • Sistematika atau Klasifikasi Ilmiah dari Ayam adalah sebagai berikut :
      • Kerajaan          : Animalia
      • Filum               : Chordata
      • Kelas                : Aves
      • Ordo                : Galliformes
      • Famili               : Phasianidae
      • Genus              : Gallus
      • Spesies             : G. gallus
      • Upaspesies       : G. g. domesticus
      • Nama Tradisional: Gallus gallus domesticus
    • Menurut Rahardi, F., (2011) bahwa oleh karena ayam termasuk kelompok unggas peliharaan yang sangat populer dan murah, maka muncul berbagai istilah teknis akibat kegiatan penangkaran dan peternakan ayam. Salah satu istilah yang berdasarkan fungsinya yaitu : Ayam pedaging atau ayam potong (broiler), untuk dimanfaatkan dagingnya; Ayam petelur (layer), untuk dimanfaatkan telurnya; Ayam hias atau ayam timangan (pet, klangenan), untuk dilepas di kebun/taman atau dipelihara dalam kurungan karena kecantikan penampilan atau suaranya (misalnya ayam katai dan ayam pelung; ayam bekisar dapat pula digolongkan ke sini meskipun bukan ayam peliharaan sejati); Ayam sabung, untuk dijadikan permainan sabung ayam.
    • Ayam Pedaging adalah ayam yang berumur di bawah delapan minggu. Dagingnya memiliki tekstur yang lembut, empuk dan gurih, dengan bobot hidup antara 1,5 sampai 2,0 Kg. Menurut Murtidjo, B., (2009), ayam pedaging adalah ayam yang dipelihara dengan tujuan pokok produksi daging, umur pemeliharaannya singkat antara enam sampai delapan minggu untuk mencapai berat sekitar 2 Kg dengan kualitas daging yang bagus tanpa membedakan jantan dan betina. Lebih lanjut Rasyaf (2002), menyatakan bahwa ayam pedaging adalah ayam jantan dan betina muda yang berumur di bawah delapan minggu ketika dijual dengan bobot tubuh tertentu, mempunyai pertumbuhan yang cepat serta mempunyai dada yang lebar dengan timbunan daging yang baik dan banyak. Ayam pedaging dipasarkan pada bobot hidup antara 1,3 sampai 1,6 Kg per ekor ayam dan dilakukan pada umur ayam lima hingga enam minggu karena ayam pedaging yang terlalu berat sulit dijual.
    • Murtidjo, B. (2009), menyatakan bahwa ayam pedaging adalah istilah untuk menyebut strain ayam hasil budidaya eknologi yang memiliki karakteristik ekonomis, dengan cirri khas pertumbuhan pesat sebagai penghasil daging, konversi pakan lebih baik, siap potong pada umur relatif muda serta menghasilkan kualitas daging berserat lunak.
    • Mengingat tujuan pemeliharaan ayam pedaging adalah untuk memproduksi daging maka faktor yang harus diperhatikan dalam menentukan bangsa ayam penghasil daging antara lain: Sifat dan kualitas daging yang dihasilkan; Laju pertambahan bobot bahan selama pertumbuhan; Warna kulit (lebih disukai yang kuning); Warna bulu (disukai berwarna putih); Konversi pakan; Bebas kanibalisme; Sehat dan kuat, kaki tak mudah bengkak; Temperamen lamban; Daya pembentukan karkas; Daya hidup ayam. Dari faktor-faktor di atas maka dapat dipilih sifat ayam pedaging yang baik, yaitu meliputi: Bentuk badan segiempat dan dalam; Bahu luas dan lebar dengan alas dada bulat; Bulu lebat dan agak longgar; Gerak lamban; Shank bulat. Pada saat ini telah banyak perusahaan pembibitan yang memproduksi DOC. Berikut ini beberapa perusahaan pembibitan dan nama strainnya: PT. Anputraco, strainnya Bromo; PT. Cipendawa, strainnya Hubbard; PT. Charon Pokphan, strainnya AA; PT. Galur Palasari, strainnya Cobb; PT. Hybro, strainnya Hybro; PT. Missouri, strainnya Tegel; PT. Multi Breeder, strainnya Lohman dan PT. Central Avian Pertiwi, strainnya Avian. Dari sekian macam strain DOC yang ada masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangannya, semua ini tergantung kecocokan wilayah dan iklim masing-masing.
    • Ternak unggas terutama ayam pedaging merupakan ternak yang umum dipelihara dan dapat dijumpai diseluruh wilayah Indonesia terutama di daerah pertanian. Ayam pedaging termasuk jenis ternak yang usia produksinya pendek, tidak membutuhkan banyak tempat dan sarana produksi serta merupakan sumber protein hewani yang bernilai gizi tinggi. Oleh Karena itu usaha peternakan ayam pedaging mempunyai alasan yang kuat untuk dikembangkan (Atmadilaga, 2008).
    • Perunggasan di Indonesia didominasi oleh usaha ayam pedaging sebagai kegiatan agroindustri yang merupakan sumber baru bagi pertumbuhan ekonomi rakyat dengan prospek yang cerah, yang diharapkan dapat meningkatkan pendapatan rakyat khsususnya petani ternak. Harapan ini akan sulit direalisasikan sepanjang fluktuasi yang sangat tinggi intensitasnya tidak segera dikendalikan (Anonymous, 2008). Adanya fluktuasi harga dikarenakan adanya peternak musiman yang kurang pengetahuannya mengenai pasar sehingga mengakibatkan jumlah ayam pedaging di pasaran tidak konstan. Dampak dari banyaknya ayam pedaging di pasar adalah turunnya harga secara drastis yang bukan saja merugikan peternakan, tetapi juga pedagang perantara yang umumnya dilakukan pengepul atau Poultry Shop.
    • Salah satu Usaha meningkatkan jumlah ayam pedaging dilakukan dengan jalan mengembangkan ayam pedaging di daerah pedesaan, yaitu dengan jalan menyediakan bibit unggul, peningkatan usaha pengadaan makanan, peningkatan pengetahuan dan ketrampilan yang mendukung tercapainya usaha ternak ayam pedaging yang baik dan efisien. 
  • 2.2.2.Pola Kemitraan
    • Menurut Dewanto, A., (2005) bahwa Konsep demokrasi ekonomi dalam Pancasila tidak membiarkan adanya free fight antara pihak yang kuat dan yang lemah, akan tetapi lebih diarahkan kepada keserasian dan saling mendukung antar pelaku ekonomi, hal itu menimbulkan kewajiban bagi pemerintah untuk mengatur dan menetapkan perundang-undangan, yang menuju pada: (1) Meningkatkan kerja sama sesama usaha kecil dalam bentuk koperasi, asosiasi dan himpunan kelompok untuk memperkuat posisi tawar usaha kecil, (2) Mencegah pembentukan struktur pasar yang dapat melahirkan persaingan yang tidak wajar dalam bentuk monopoli, oligopoly dan monopsoni yang merugikan usaha kecil, (3) Mencegah terjadinya penguasaan pasar dan pemusatan usaha oleh orang perseorangan atau kelompok-kelompok tertentu yang merugikan usaha kecil. Untuk mewujudkan tujuan-tujuan tersebut, maka salah satunya dengan cara melakukan upaya kemitraan usaha antara usaha besar dengan usaha kecil dalam berbagai pola hubungan. Pola hubungan kemitaraan ini ditujukan agar pengusaha kecil dapat lebih aktif berperan bersama-sama dengan penguaha besar, karena bagaimanapun juga usaha kecil merupakan bagian yang integral dari dunia usaha nasional dan mempunyai eksistensi, potensi, peranan yang sangat penting dan strategis dalam mewujudkan pembangunan ekonomi pada khususnya.
    • Menurut Suharno, B., (2000), pola kemitraan merupakan kerjasama antara pengusaha dengan peternak dalam upaya pengelolaan usaha peternakan. Dalam SK Mentan No. 472/96 mengatur pola kemitraan antara perusahaan peternak atau perusahaan bidang peternakan (perusahaan pakan, bibit dan pengolahan ayam) dengan peternak dan dapat dibedakan menjadi tiga (3) pola, yaitu:
      1. Pola Perusahaan Inti Rakyat (PIR).
        • Pola Perusahaan Inti Rakyat (PIR) adalah kemitraan antara Perusahaan inti (perusahaan peternakan) dan peternak, yang mana perusahaan inti berkewajiban menyediakan lahan, sarana produksi, bimbingan teknis, manajemen, menampung, mengolah dan memasarkan hasil produksi peternakan rakyat berupa ayam hidup, mengusahakan permodalan serta melaksanakan budidaya ayam sendiri.
      2. Pola Perusahaan Pengelola
        • Pola Perusahaan Pengelola adalah kemitraan perusahaan di bidang peternakan (perusahaan pengelola) dengan peternak ayam, yang mana perusahaan pengelola berkewajiban menyediakan sarana produksi, bimbingan teknis dan manajemen, menampung, mengolah dan memasarkan hasil produksi peternakan berupa ayam hidup, mengusahakan permodalan, tetapi tidak melaksanakan budidaya ayam sendiri.
      3. Pola Perusahaan Penghela
        • Pola Perusahaan Penghela adalah kemitraan antara perusahaan di bidang peternakan (perusahaan penghela) dengan peternak ayam, yang mana perusahaan penghela berkewajiban melakukan bimbingan teknis, menampung, mengolah dan memasarkan hasil produksi, tetapi tidak mengusahakan permodalan dan tidak melaksanakan budidaya ayam sendiri.
        • Peternakan ayam adalah usaha kecil budidaya ayam yang dilakukan oleh perorangan warga Negara Indonesia atau kelompok yang jumlahnya tidak lebih 65.000 ekor ayam pedaging per siklus atau 45.000 ekor induk ayam petelur. (SK. Mentan No. 472/1996).
        • Dalam menentukan mitra, pihak perusahaan melakukan seleksi peternak yang akan menjadi mitra usahanya. Peternak yang dipilih adalah peternak yang memiliki pengalaman beternak dan mau serta mampu beternak secara baik. Apabila persyaratan ini dipenuhi, biasanya kemitraan akan langgeng dan kedua belah pihak memperoleh hasil yang diharapkan.
    • Menurut Wahyudin, E., (1999), sistem kemitraan dapat dibagi menjadi beberapa tahap, yaitu :
      1. Tahap Pra Kemitraan
        • Tahap Pra Kemitraan merupakan tahapan penting untuk menyamakan persepsi mengenai sistem kemitraan yang akan berjalan. Perbedaan latar belakang maupun wawasan bisnis yang cukup tajam antara kedua belah pihak dapat disamakan. Pada masa Pra Kemitraan kedua pihak harus beradaptasi dengan perbedaan-perbedaan tersebut. Pasa sistem kemitraan formal antara inti dan plasma, tahap ini digunakan untuk menyeleksi plasma mana yang tepat untuk diajak bermitra. Seleksi ini mencakup ketrampilan, ketekunan, kejujuran dan bakat.
      2. Tahap Proses Kemitraan
        • Dalam tahap proses Kemitraan ini terjadilah kerjasama yang sesungguhnya antara kedua belah pihak. Aneka ragam masalah sering terjadi pada tahap ini, jika tahap pra Kemitraan tidak benar-benar matang. Pada Tahap Proses Kemitraan ini masing-masing pihak dituntut untuk menjalankan Hak dan Kewajiban dengan penuh tanggung jawab sesuai dengan perjanjian yang telah dibuat sebelumnya.
      3. Tahap Pasca Kemitraan
        • Pada tahap Pasca Kemitraan ini pihak Inti maupun Plasma bisa saling mengevaluasi sejauhmana masing-masing pihak telah berperan dalam sistem kemitraan, serta seberapa jauh kedua belah pihak telah memenuhi kewajiban dan mendapatkan haknya. Dengan cara demikian keharmonisan hubungan Inti dan Plasma bisa terus terjaga, dan usaha keduanya terus berkembang. Untuk perkembangan usaha peternakan maka pada tahap Pasca kemitraan, plasma terus dibina sehingga dalam jangka panjang akan bisa berkembang menjadi Inti baru bagi Peternak di wilayahnya.
    • Jika ditinjau lebih lanjut, sedikitnya ada dua dasar pertimbangan dikeluarkannya peraturan-peraturan yang menyangkut kemitraan usaha peternakan ayam, yaitu : (1) Untuk meningkatkan kesempatan berusaha dan kesejahteraan peternak, (2) untuk menciptakan iklim usaha yang mendorong pengembangan peternakan ayam dan pemerataan usaha. Menurut Sutawi (2007), dari kajian yang dilakukan usaha peternakan ayam pedaging dengan pola kemitraan lebih menguntungkan dibandingkan dengan peternak mandiri, dengan skala pemeliharaan yang sama peternak plasma memerlukan modal probadi yang lebih sedikit daripada peternak mandiri. Peternak plasma hanya mempersiapkan modal untuk biaya tenaga kerja, gas dan listrik, sekam, sewa kandang dan alat-alat kandang, sedangkan biaya DOC, pakan, vaksin dan obat-obatan disediakan perusahaan Inti. Secara kualitatif rehabilitas modal pribadi yang diperoleh peternak plasma lebih besar daripada peternak mandiri. Peternak plasma tidak menghadapi resiko kerugian yang akibat penurunan harga jual, karena sudah kesepakatan harga jual dengan pihak Inti, asalkan peternak plasma bisa mencapai konversi pakan sama dengan atau di bawah standart ketetapan perusahaan Inti, dapat dijamin peternak plasma akan memperoleh keuntungan.
  • 2.2.3. Faktor-Faktor Produksi Usaha Ayam Pedaging
    • Menurut Sutawi (2007) bahwa Produksi dalam artian yang umum didefinisikan sebagai segala kegiatan yang ditujukan untuk menciptakan atau menambah guna atas suatu benda untuk memenuhi kebutuhan kepuasan manusia. Setiap proses untuk menghasilkan barang dan jasa dinamakan “Proses Produksi”. Produksi dalam artian lebih “operasional” adalah suatu proses dimana satu atau beberapa barang dan jasa yang di sebut “input” diubah menjadi barang dan jasa yang di sebut “output”. Sumber yang adanya bersifat mutlak untuk menghasilkan produk dinamakan “Faktor Produksi”. Keadaan jumlah dan kualitas faktor produksi menentukan jumlah dan kualitas produk yang dihasilkan dalam proses produksi. Dalam keadaan teknologi tertentu, hubungan antara faktor produksi dengan produknya tercermin dalam spesifikasi fungsi produksinya.
    • Setiap kegiatan usaha membutuhkan faktor-faktor produksi. Faktor produksi tersebut merupakan input agar bisa menghasilkan suatu output. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Yunus, R., (2009), dalam usaha ternak ayam ras pedaging, faktor-faktor produksi yang digunakan antara lain sebagai berikut :
      1. Lahan
        • Lahan dalam peternakan berupa kandang. Berdasarkan jenisnya, kandang dibagi menjadi dua, yaitu kandang tertutup dan kandang terbuka. Yang membedakan dari kedua jenis ini adalah mengenai sirkulasi udaranya. Sirkulasi udara akan mempengaruhi suhu udara di dalam kandang. Luas kandang untuk ayam ras pedaging adalah 10 ekor/meter2. Dengan demikian, ruas ruang yang akan disediakan tinggal dikalikan dengan jumlah ayam yang akan dipelihara dalam kandang tersebut. Dari hasil penelitian yang dilakukan di Indonesia diketahui bahwa antara kepadatan 8, 9, 10, 11, dan 12 ekor ayam tidak menunjukkan perbedaan yang nyata (Rasyaf, 2002). Hal ini dapat diartikan bahwa untuk dataran rendah atau dataran pantai, kepadatan yang lebih baik adalah 8-9 ekor ayam/m2. Sedangkan untuk dataran tinggi atau pegunungan kepadatannya sekitar 11-12 ekor ayam/m2, atau dengan rata-rata 10 ekor ayam/m2.
      2. Modal
        • Setelah lahan atau tanah untuk lokasi usaha dan berdirinya kandang, modal merupakan faktor produksi yang tidak kalah pentingnya dalam produksi peternakan. Dalam arti kelangkaannya bahkan peranan faktor modal lebih menonjol lagi. Itulah sebabnya kadang-kadang orang mengatakan bahwa modal satu-satunya milik peternak adalah tanah di samping tenaga kerjanya yang dianggap rendah. Pengertian modal dalam hal ini bukanlah suatu pengertian kiasan. Menurut Sutawi (2007) modal mempunyai arti yaitu barang atau apapun yang digunakan untuk memenuhi atau mencapai suatu tujuan. Dalam pengertian demikian, tanah dapat dimasukkan pula sebagai modal. Bedanya adalah bahwa tanah tanah tidak dibuat oleh manusia tetapi diberikan atau disediakan langsung oleh alam sedangkan faktor produksi yang lain dapat dibuat oleh manusia. Dengan demikian kelompok modal terdiri dari dua golongan, yaitu ; Barang yang tidak habis dalam sekali produksi. Misalnya, peralatan pertanian, bangunan, yang dihitung biaya perawatan dan penyusutan selama 1 tahun dan Barang yang langsung habis dalam proses produksi seperti bibit, pupuk, obat-obatan dan sebagainya.
        • Dalam peternakan ayam pedaging, modal dikelompokkan menjadi dua (Rasyaf, 2002) yaitu modal untuk pengadaan lokasi peternakan dan pembangunan kandang serta modal untuk keperluan operasional. Modal operasional ini antara lain pembelian alat-alat peternakan, pakan ayam, bibit ayam, obat-obatan dan keperluan rutin operasional lainnya.
          1. Bibit ayam :
            • Bibit ayam (DOC) merupakan faktor utama dalam usaha peternakan ayam ras pedaging, dan di antara bibit ayam ras pedaging terdapat perbedaan yang turut diakukan oleh peternak atau lembaga yang mengembangkannya. Pertumbuhan ayam ras pedaging pada saat masih bibit tidak selalu sama, ada bibit yang pada awalnya tumbuh dengan cepat, tetapi di masa akhir biasa-biasa saja, atau sebaliknya. Perbedaan pertumbuhan ini sangat bergantung pada perlakuan peternak, pembibit atau lembaga yang membibitkan ayam tersebut, sehingga peternak harus memperhatikan konversi pakan dan mortalitasnya (Rasyaf, 2002). Biaya penggunaan bibit merupakan biaya terbesar kedua. Kaitannya pegangan berproduksi secara teknis karena bibit akan mempengaruhi konversi ransum dan berat badan ayam. Dengan demikian Jumlah ayam yang dipelihara akan sangat menentukan produktivitas usaha karena selalu berkaitan dengan tingkat penerapan manajemen, dimana semakin tinggi skala usaha biasanya manajemennya lebih baik dibandingkan dengan skala yang lebih rendah.
          2. Pakan ayam :
            • Biaya pakan merupakan biaya variabel terbesar yaitu sekitar 60% dari total biaya produksi. Demikian pula dalam penelitian Sumartini dalam Yunus, R., (2009), bahwa biaya pakan mencapai 58,13% – 66,22% dari seluruh biaya operasional, dan penelitian Sutawi (1999) juga menyimpulkan bahwa biaya produksi terbesar digunakan adalah biaya pakan yaitu 61,75% – 82.14%.
          3. Vaksinasi :
            • Vaksinasi perlu diberikan untuk menanggulangi dan mencegah penyakit menular, tapi minimnya pengetahuan akan berpengaruh terhadap proses vaksinasi. Obat atau antibiotik dapat didefinisikan sebagai antibakteri yang diperoleh dari metabolit fungsi dan bakteri, sedangkanvitamin merupakan komponen organik yang berperan penting dalam metabolisme tubuh, walaupun ayam dalam jumlah sedikit, vitamin tetap dibutuhkan dan berperan cukup besar
          4. Bahan bakar Pemanas :
            • Faktor usaha bahan bakar dalam usaha peternakan ayam ras pedaging dikaitkan dengan penggunaan indukan atau brooder. Alat ini berfungsi menyerupai induk ayam ketika baru menetas.sumber panas yang isa digunakan bermacam-macam, mulai dari kompor, minyak, gas, lampu pijar atau air panas. Tujuan utama indukan adalah memberikan kehangatan bagi ayam, agar dapat menunjang keberhasilan pemeliharaan.
      3. Tenaga kerja
        • Faktor produksi selanjutnya adalah tenaga kerja sebagai pengelola dalam peternakan. Manusia sebagai pengelola peternakan dibedakan berdasarkan ilmu dan keteramilan yang dimilikinya (Rasyaf, 2002). Tanpa ilmu dan ketrampilan manusia itu biasanya disebut tenaga kasar yang umumnya bertugas di kandang sebagai pelaksana tugas rutin.
        • Pada umumnya peternakan tidak mempekerjakan tenaga kasar, sehingga harus ada tenaga yang mempunyai ilmu beternak yang biasanya diperoleh dari pendidikan formal dan biasa dikenal sebagai sarjana peternakan. Selain kedua tenaga kerja tersebut terdapat tenaga terampil yang memiliki ketrampilan beternak. Biasanya ketrampilan mereka diperoleh dari kebiasaan beternak. Mereka biasanya berupa tenaga kerja yang telah lama berkecimpung dalam peternakan. Selain ketiga kategori tersebut, ada pula tenaga kerja berilmu peternakan secara formal yang dilengkapi dengan pengalaman dan belajar sendiri, serta terampil dalam bekerja. Tenaga kerja inilah yang disebut tenaga kerja ideal untuk suatu peternakan.
        • Khususnya pada Usaha Peternakan ayam Pedaging maka peranan tenaga kerja dari perusahaan sebagai tenaga “Technical Servise” dalam rangka transfer ilmu dan teknologi  sangat berpengaruh terhadap keberhasilan usaha. Di Lapang para peternak seringkali menyebut dengan Tenaga Penyuluh. Dengan demikian jumlah kehadiran atau frekuensi kunjungan akan membantu dalam proses usaha dan keberhasilan usaha serta sebagai jembatan hubungan antara pihak perusahaan dengan peternak.
  • 2.2.4. Produktivitas
    • Konsep produktivitas sudah ada sejak peradapan manusia, karena makna produktivitas pada hakekatnya adalah keinginan dan upaya manusia untuk selalu meningkatkan kualitas di segala bidang.
    • Beberapa pengertian produktivitas dalam Zulian, Y., (2006), dapat diuraikan sebagai berikut :
      1. Menurut Organization for Economic Cooperation and Development (OECD), menyatakan bahwa produktivitas adalah Output dibagi dengan elemen produksi yang dimanfaatkan.
      2. Menurut International Labour Organization (ILO) menyatakan bahwa, produktivitas adalah perbandingan antara elemen-elemen produksi dengan yang dihasilkan. Elemen-elemen tersebut berupa tanah, tenaga kerja, modal dan organisasi.
      3. Menurut European Productivity Agency (EPA) menyatakan bahwa, pada dasarnya produktivitas adalah tingkat efektivitas pemanfaatan setiap elemen produktivitas.
      4. Menurut Formulasi dari National Productivity Board, Singapore, pada dasarnya produktivitas adalah sikap mental yang mempunyai semangat untuk bekerja keras dan ingin memiliki kebiasaan untuk melakukan peningkatan perbaikan. Perwujudan sikap mental tersebut dalam berbagai kegiatan dapat melalui :
        1. Yang berkaitan dengan diri sendiri dapat dilakukan melalui peningkatan : a) Pengetahuan; b) Ketrampilan; c) Disiplin; d) Upaya pribadi dan e) Kerukunan kerja
        2. Yang berkaitan dalam pekerjaan dapat dilakukan melalui : a) Manajemen dan metode kerja yang lebih baik; b) Penghematan biaya; c) Tepat waktu dan d) Sistem dan teknologi yang lebih baik
    • Sesuai dengan Laporan Dewan Produktivitas Nasional (DPN) 1983, bahwa produktivitas mengandung pengertian sikap mental yang selalu mempunyai pandangan bahwa kualitas kehidupan hari ini harus lebih baik dari kemarin dan hari esok lebih baik dari hari ini.
    • Menurut Rasyaf (2002) bahwa Produktivitas dalam usaha peternakan ayam pedaging adalah suatu nilai yang menunjukkan perbandingan output yang dihasilkan dalam suatu proses produksi dalam satuan tertentu. Produktivitas dapat diukur berdasarkan kuantitas (jumlah) maupun kualitas (mutu). Contoh : Produktivitas pemeliharaan ayam pedaging bisa diukur dari FCR, Jumlah berat badan akhir (Kg), Tingkat Kematian atau mortalitas (%) maupun dengan Tingkat Pendapatan atau Keuntungan Usaha Peternakan Ayam Pedaging (Rp).
    • Salah satu cara untuk meningkatkan produktivitas usaha ayam pedaging adalah dengan meningkatkan efisiensi faktor-faktor produksi yang digunakan dalam produksi daging ayam. Dalam pelaksanaan usaha ternak, setiap peternak selalu mengharapkan keberhasilan dalam usahanya, salah satu parameter yang dapat dipergunakan untuk mengukur keberhasilan suatu usaha adalah tingkat keuntungan yang diperoleh dengan cara pemanfaatan faktor-faktor produksi secara efisien. Efisiensi diperlukan agar peternak mendapatkan kombinasi dari penggunaan faktor-faktor produksi tertentu yang mampu menghasilkan output yang maksimal.
  • 2.3. Kerangka Pikir
    • Meningkatnya permintaan daging ayam memerlukan sistem produksi yang melibatkan pemilik modal dan masyarakat, kaitan antara dua komponen ini muncul karena adanya ketimpangan pada penguasaan sumber daya ekonomi. Di satu pihak tersedia modal, akan tetapi kekurangan tenaga kerja dan lahan, sedangkan pihak lain tersedia tenaga manusia atau tersedia lahan akan tetapi penguasaan terhadap modal kecil. Untuk menjembadani ketimpangan tersebut diperlukan suatu bentuk usaha yang dapat mendekatkan mereka, yaitu kemitraan dengan tujuan saling memperoleh manfaat.
    • Dewasa ini berbagai pola kemitraan telah berkembang, tidak terkecuali kemitraan pada sub sektor peternakan, yang salah satu diantaranya adalah pola kemitraan Perusahaan Pengelola yang terjadi di Kecamatan Kandat Kabupaten Kediri Propinsi Jawa Timur. Dalam pola ini ada dua pihak yang telibat, yakni Petani Peternak yang termasuk dalam Peternak Ayam Pedaging dan Perusahaan Pengelola. Walaupun kelihatan bahwa dalam pola kemitraan ini peternak sangat tergantung pada Perusahaan Pengelola, tetapi keberhasilan usaha tetap akan ditentukan oleh kemampuan peternak tersebut untuk mengelola faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas usahanya. Adapun faktor-faktor yang mungkin bisa mempengaruhi produktivitas usaha peternakan ayam pedaging di Kecamatan Kandat Kabupaten Kediri Propinsi Jawa Timur adalah Skala Usaha, Luas Lahan, Lama Usaha, Jumlah Tenaga Kerja yang digunakan dan penyuluhan/bimbingan teknis yang diberikan kepada peternak.Uraian di atas sebagai kerangka piker dalam penelitian ini, yang digambarkan dalam Skema Hubungan antara Variabel Bebas dan Variabel Tidak Bebas (Variabel Terikat) seperti pada Gambar 1.
    • tesis-6
    • Berdasarkan Gambar 1, dapat dijelaskan bahwa variable penelitian dibedakan menjadi Variabel Bebas dan Variabel Tak Bebas. Variabel Bebas ditentukan untuk menganalisa faktor-faktor yang mempengaruhi Produktivitas Usaha Peternakan Ayam Pedaging dengan Pola Kemitraan.
  • 2.4. Hipotesis
    • Ada hubungan yang nyata antara Skala Usaha, Luas Lahan, Lama Usaha, Jumlah Tenaga Kerja dan Penyuluhan dengan Produktivitas usaha peternakan ayam pedaging pola kemitraan Perusahaan Pengelola di Kecamatan Kandat Kabupaten Kediri Propinsi Jawa Timur
  • BAB III. METODE PENELITIAN
  • 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian
    • Pengambilan data tentang Analisis Produktivitas Usaha Peternakan Ayam Pedaging Pola Kemitraan Perusahaan Pengelola dilaksanakan mulai Tanggal 3 Oktober sampai dengan 26 Nopember 2011 di Kecamatan Kandat Kabupaten Kediri Propinsi Jawa Timur. Menurut Petunjuk Nasir, M., (2011) bahwa Penentuan Lokasi Penelitian dilakukan secara Purposive Sampling dengan pertimbangan yaitu lokasi penelitian merupakan sentra daerah pengembangan usaha peternakan ayam pedaging dengan pola kemitraan perusahaan pengelola, sehingga dapat diperoleh sampel sesuai dengan kriteria yang ditentukan.
  • 3.2.Jenis Penelitian
    • Penelitian yang dilakukan adalah jenis penelitian Survai, kemudian data yang diperoleh akan dicari korelasi atau hubungan antara variabel tak bebas dengan variabel bebas.
  • 3.3. Populasi dan Sampel
    • Populasi penelitian adalah rumah tangga petani peternak yang termasuk dalam peternak ayam pedaging dengan pola kemitraan perusahaan pengelola yang ada di Kecamatan Kandat Kabupaten Kediri Propinsi Jawa Timur.
    • Jumlah Peternak Ayam Pedaging yang ada di Kecamatan Kandat ± 110 peternak terdiri dari ± 100 peternak dengan pola kemitraan yang terbagi menjadi 3 Perusahaan Pengelola dan ± 10 Peternak dengan pola Swadaya atau Mandiri.
    • Berdasarkan survey pendahuluan terhadap jumlah Peternak dengan Pola Kemitraan maka diketahui bahwa ± 60 Peternak melakukan Kemitraan dengan Perusahaan Pengelola PT. Pesona Ternak Gemilang, ± 25 Peternak dengan PT. Prima Karya Persada dan ± 15 Peternak dengan PT. Panca Patriot Prima.
    • Sampel adalah petani peternak yang akan dijadikan responden, adapun penentuan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling (Jugmental Sampling) dengan cara memilih satu perusahaan pengelola yang ada di Kecamatan Kandat Kabupaten Kediri Propinsi Jawa Timur dan menjadikan peternak anggota kemitraan menjadi sampel penelitian. (Nasir, M., 2011).  Dalam penelitian ini sampel yang didapat sebanyak 30 peternak dengan Pola Kemitraan Perusahaan Pengelola PT. Pesona Ternak Gemilang dan 10 Peternak dengan Pola Swadaya atau Mandiri.
  • 3.4. Variabel Penelitian
    • Variabel hasil survey dalam penelitian ini diklasifikasikan ke dalam variabel bebas (Independent Variable) dan variabel tak bebas (Dependent variable). Variabel bebas terdiri dari Skala Usaha, luas lahan, lama usaha, jumlah tenaga kerja dan penyuluhan. Variabel tak bebas adalah produktivitas usaha yang diukur dengan skor menggunakan indikator bobot jual, tingkat kematian (mortalitas), Angka FCR Tingkat pendapatan dan Angka B/C Ratio.
    • Definisi  rasional variabel dalam penelitian ini adalah :
      1. Skala Usaha adalah Jumlah Penguasaan Ternak atau jumlah ternak ayam pedaging dengan pola kemitraan perusahaan pengelola yang diusahakan oleh peternak dan diukur dalam satuan ekor dalam satu siklus pemeliharaan.
      2. Luas Lahan adalah penggunaan sebidang tanah yang digunakan untuk memelihara ayam pedaging pola kemitraan perusahaan pengelola oleh peternak yang dinyatakan dalam satuan m2
      3. Lama Usaha adalah lama responden dalam memelihara ayam pedaging baik secara mandiri maupun pola kemitraan perusahaan pengelola oleh peternak yang dinyatakan dalam satuan tahun.
      4. Jumlah Tenaga Kerja adalah banyaknya orang yang dipekerjakan dalam budidaya/memelihara ayam pedaging pola kemitraan perusahaan pengelola oleh peternak yang diukur dengan satuan orang dalam satu siklus pemeliharaan.
      5. Penyuluhan adalah pendidikan non formal atau bimbingan teknis yang diberikan oleh petugas penyuluh (TSR/Technical Service Representative) baik dari Perusahaan Pengelola maupun dari Instansi terkait dengan tujuan untuk merubah perilaku peternak dalam lingkup usaha peternakan ayam pedaging yang meliputi Metode, Materi dan dinyatakan dalam frekuensi (kali/siklus) pada saat mendapatkan penyuluhan selama satu siklus pemeliharaan.
      6. Bobot Jual adalah Jumlah berat keseluruhan ternak ayam pedaging yang dijual dibagi dengan Jumlah ternak (ekor) dan dinyatakan dalam satuan Kilogram (Kg) per ekor.
      7. Tingkat Kematian (Mortalitas) adalah Jumlah DOC pada awal pemeliharaan dikurangi dengan jumlah ayam yang hidup sampai panen dikalikan 100 % dan dinyatakan dalam satuan persen.
      8. FCR (Feed convertion ratio) adalah angka yang diperoleh dari perbandingan jumlah pakan yang dihabiskan selama masa pemeliharaan (Kg) dengan Jumlah Berat badan saat panen (Kg) per ekor.
      9. Tingkat Pendapatan adalah Jumlah Uang yang diterima  oleh peternak dalam satu periode panen (satu siklus pemeliharaan) yang didapatkan dari usaha pemeliharaan ayam pedaging, diukur dalam  satuan Rupiah per siklus pemeliharaan.
      10. Benefit and Cost Ratio (B/C ratio) adalah angka yang diperoleh dari perbandingan jumlah keuntungan (selisih jumlah biaya dan jumlah pendapatan usaha peternakan) dengan biaya atau cost (Fixed dan Variable) yang dikeluarkan per siklus pemeliharaan.
      11. Produktivitas Usaha adalah Kemampuan dari suatu manajemen usaha peternakan ayam pedaging pola kemitraan perusahaan pengelola untuk menghasilkan suatu produk tertentu sehingga diperoleh keuntungan yang maksimal dengan indikator bobot jual, tingkat kematian, FCR, tingkat pendapatan dan B/C Ratio yang diukur dalam satuan skor.
      12. Peternak Pola Kemitraan Perusahaan Pengelola adalah Orang yang melakukan budidaya/manajemen pemeliharaan ayam pedaging dengan pola kemitraan perusahaan pengelola, dimana peternak berkewajiban menyediakan kandang, peralatan kandang, peralatan pemanas (brooder) serta tenaga kerja untuk melaksanakan kegiatan operasional budidaya ayam ras pedaging atas saran-saran perusahaan pengelola serta memberikan jaminan atas konsekuensi perjanjian kemitraan usaha peternakan ayam ras pedaging.
      13. Perusahaan Pengelola adalah Perusahaan yang mempunyai aktivitas usaha dalam hal budidaya ayam ras pedaging, dimana berkewajiban mengusahakan modal dalam bentuk menyediakan sarana untuk produksi ayam pedaging antara lain berupa DOC, pakan ternak, obat-obatan serta peralatan peternakan, bimbingan teknis, menampung, mengolah dan memasarkan hasil produksi ternak ayam pedaging, tetapi tidak melaksanakan budidaya ayam pedaging sendiri.
  • 3.5. Teknik Pengumpulan Data
    • Data penelitian dikumpulkan dengan menggunakan metode survai menurut Petunjuk Nasir, M., (2011), adalah suatu metode yang bertujuan untuk mengumpulkan data dari sejumlah individu dengan daftar pertanyaan melalui wawancara dan pengamatan terhadap peternak yang termasuk dalam peternakan ayam pedaging yang tergabung dalam pola kemitraan perusahaan pengelola.
    • Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari para peternak (responden) dengan berpedoman pada daftar pertanyaan yang telah disiapkan. Sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh dari catatan yang ada pada Kantor Kecamatan, Kantor Desa, Kelompok Peternak, Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Kediri serta Perusahaan Pengelola.
  • 3.6. Analisis data
    • Data yang diperoleh pertama dianalisis secara diskriptif, yaitu dengan menguraikan hasil jawaban yang diperoleh dari responden dengan menggunakan analisis data menurut Nasir (1988), yaitu :
      1. Editing : merupakan proses dimana jawaban yang ada dalam pertanyaan diteliti kembali apakah sudah cukup baik dan dapat diteruskan pada proses selanjutnya.
      2. Prakoding : pada setiap pertanyaan diikuti serangkaian alternative jawaban yang merupakan kategori-kategori yang ada, kemudian besarnya kategori dihitung.
      3. Koding : Mengklasifikasikan jawaban responden menurut macamnya dengan jalan memberikan kode pada jawaban-jawaban tersebut setelah melalui proses editing.
      4. Menghitung frekuensi : Pada tahap akhir koding diperoleh data dalam frekuensi tertentu pada masing-masing kategori yang ada, kemudian besarnya kategori dihitung.
      5. Tabulasi : Merupakan proses penyusunan data dalam bentuk Tabel sebagai lanjutan serangkaian analisis data.
    • Data hasil pertanyaan yang diperoleh melalui wawancara dengan responden yang berpedoman pada daftar pertanyaan, dikelompokkan untuk diberi Nilai sesuai dengan bobot jawaban, dengan pendekatan kategori (skala) Likkert maka dibuat tiga kelas yaitu : Kecil, Sedang dan Besar (Tinggi).
    • Selanjutnya dengan menggunakan Distribusi Frekuensi menurut Sudjana (1999) diperoleh Kelas Interval (P), yaitu :
    • tesis-7
    • Dengan menggunakan Rumus di atas, maka Perhitungan Interval Kelas untuk Skala Usaha adalah sebagai berikut :
    • tesis-8
    • Berdasarkan Hasil Perhitungan di atas, maka diperoleh Klasifikasi (Skala) dan Interpretasi Skala Usaha sebagai berikut :
    • tesis-9
    • Dengan cara dan perhitungan yang sama dapat diperoleh klasifikasi serta interpretasi data dari Variabel-Variabel penelitian sebagai berikut :
    • Untitled-1untitled-2untitled-3
    • Selanjutnya untuk mempertajam analisis hubungan variable bebas dengan variable terikat (tidak bebas) maka dilakukan Uji Statistik dengan menggunakan Analisis Korelasi Spearman (Wayne W. Daniel, 1999).
    • tesis-10
    • Penggunaan Rumnus di atas dapat dilakukan apabila data penelitian tidak ada yang menunjukkan nilai yang sama. Namun dalam suatu penelitian social umumnya dijumpai nilai-nilai yang sama, sehingga dipergunakan rumus sbb.
    • tesis-11
    • Dasar Pengambilan Keputusan :
      1. Jika t hitung lebih kecil dari t tabel (a = 0,05), maka H0 diterima, berarti tidak ada hubungan yang nyata antara variable X dan Y
      2. Jika t hitung lebih besar dari t tabel (a = 0,05 atau 0,01), maka H1 diterima, berarti ada hubungan yang nyata antara variable X dan Y
    • Dalam Penelitian ini untuk menguji Hipotesa dan menghitung Koefisien Korelasi Spearman menggunakan Paket Program SPSS Ver. 16.0
    • Hipotesis Signifikasi Hasil Korelasi :
      1. H0 : Tidak ada hubungan (korelasi) antara dua variable, atau X dan Y tidak ada korelasi atau hubungan.
      2. H1 :  Ada hubungan (korelasi) antara dua variable, atau X dan Y ada korelasi atau hubungan.
        • Dimana X adalah Variabel bebas dan Y adalah variable tidak bebas (terikat)
    • Uji Hipotesis dilakukan dua sisi (2-tailed) karena hanya ingin diketahui ada tidaknya korelasi dan bukannya lebih kuat atau kurang kuat korelasinya.
    • Dasar Pengambilan Keputusan berdasarkan probabilitas :
      1. Jika angka Sig. 2 -tailed > 0,05, maka H0 diterima
      2. Jika angka Sig. 2 -tailed < 0,05 (atau 0,01), maka H1
        • Sig. 2-tailed < 0,05 dan > 0,01 Kesimpulan : ada hubungan nyata antara 2 variabel
        • Sig. 2-tailed < 0,01Kesimpulan : ada hubungan yang sangat nyata antara 2 variabel
        • Jika terbukti ada hubungan antar variable yang signifikasi, baru dilakukan interpretasi, Jika ternyata tidak ada hubungan yang signifikan maka tidak perlu dilakukan interpretasi atas besar korelasi yang diperoleh.
  • BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
  • 4.1.  Keadaan Umum Daerah Penelitian
    • Kecamatan Kandat Kabupaten Kediri Jawa Timur terdiri dari 12 Desa yaitu Desa Blabak, Kandat, Cendono, Tegalan, Selosari, Karangrejo, Sumberjo, Ringinsari, Pule, Ngreco, Ngletih dan Purworejo. Kecamatan Kandat merupakan salah satu daerah pengembangan ternak ayam pedaging di wilayah Kabupaten Kediri.
    • Luas Kecamatan Kandat kurang lebih 49,1793 Km2. Wilayah Kecamatan, sebelah utara berbatasan dengan Desa Blabak Kecamatan Pesantren Kota Kediri, sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Ringinrejo, Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Ngadiluwih dan Kras dan Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Wates Kabupaten Kediri.
    • Keadaan Umum Wilayah Kecamatan Kandat lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 1 dan 2.
    • Untitled-1
    • Berdasarkan Tabel 1, dapat dilihat bahwa mayoritas tanah berupa tanah tegal atau tanah kering (42%) dan Sawah (35%) sehingga mata pencaharian utama penduduk adalah dalam bidang pertanian. Berdasarkan data dari BKP3 Kabupaten Kediri sampai Bulan Desember 2011 diketahui bahwa di Kecamatan Kandat terdapat 44 Kelompok Tani, pria sebanyak 41 dan wanita sebanyak 3 dengan anggota aktif 4.419 orang serta jumlah Gapoktan 12 Kelompok.
    • Berdasarkan kondisi lahan dan keterlibatan masyarakat dalam kelompok petani peternak yang cukup banyak, maka di wilayah Kecamatan Kandat merupakan sentra pengembangan ayam pedaging dan ayam petelur.
    • Berdasarkan Tabel 2, dapat dilihat bahwa Kecamatan Kandat Kabupaten Kediri mempunyai suhu yang cocok untuk pengembangan ayam pedaging. Hal ini sesuai dengan Pendapat Murtidjo, B (2009) bahwa suhu optimal untuk pengembangan ayam pedaging berkisar antara 26 0C. Namun sebenarnya kendala suhu ekstrim baik lebih tinggi atau  lebih rendah dari suhu normal dapat dilakukan dengan sistem kandang close house.
  • 4.2. Organisasi   Produksi   Usaha   Peternakan   Ayam   Pedaging  Pola  Kemitraan Perusahaan Pengelola.
    • Organisasi Produksi Usaha Peternakan Ayam Pedaging Pola Kemitraan Perusahaan Pengelola, menempatkan perusahaan pengelola sebagai pihak inti berperan sebagai pemasok seluruh sarana produksi kepada peternak ayam pedaging atau disebut dengan Plasma. Plasma berkewajiban menyediakan lahan, kandang dan tenaga kerja serta sertifikat tanah sebagai jaminan.
    • Diagram alir input-out put usaha peternakan ayam pedaging pola kemitraan perusahaan pengelola serta kedudukannya pelakunya disajikan pada Gambar 2.
    • untitled-2
    • Diagram Organisasi produksi usaha peternakan ayam pedaging pola kemitraan perusahaan pengelola di atas menunjukkan bahwa perusahaan pengelola sebagai INTI menyalurkan sarana produksi yang berupa DOC, pakan, obat dan vaksin kepada PLASMA /Peternak sebagai barang pinjaman yang akan dibayar dengan angsuran setelah panen. Sedangkan Plasma berkewajiban menyediakan lahan, Kandang, Peralatan, Tenaga Kerja dan Brooder (Pemanas). Besarnya Harga Sapronak dan produk tercantum dalam Surat Perjanjian Kontrak Produksi yang dibuat oleh pihak Inti dan disepakati kedua belah pihak. Besarnya lahan, kandang dan peralatan, brooder maupun tenaga kerja yang digunakan disesuaikan dengan jumlah ayam yang dipelihara sesuai petunjuk inti melalui tenaga Technical Service Personal (TSP).
    • Petani Peternak akan diterima menjadi Plasma apabila persyaratan dalam surat kontrak produksi yang berupa penyediaan lahan, kandang dan peralatan, tenaga kerja dinyatakan layak oleh TSP serta adanya jaminan yang berupa sertifikat atas nama plasma yang nilainya dianggap cukup terpenuhi oleh Pihak Inti.
    • Hasil usaha berupa Produk Ayam Hidup akan diterima oleh Perusahaan Pengelola yang kemudian oleh Pihak Perusahaan Pengelola akan dijual ke Tengkulak dan Tengkulak dijual ke Pasar (konsumen Akhir). Pihak Plasma tidak diperkenankan menjual langsung kepada Tengkulak karena terikat pada Perjanjian. Apabila Pihak Plasma menjual produk kepada Tengkulak tanpa sepengetahuan pihak Inti maka Inti akan memutuskan hubungan kerja yang telah digunakan dan seluruh hutang Sapronak akan diselesaikan dengan cara pembayaran tunai. Besarnya Harga Jual dari Perusahaan Pengelola tidak sama dengan harga Jual dari Pihak Plasma. Besarnya harga jual produk mengikuti fluktuasi harga pasar atau kesepakatan antara perusahaan pengelola dengan tengkulak serta pembayaran oleh para tengkulak kepada perusahaan pengelola secara kontan atau tunai.
    • Disamping organisasi usaha peternakan ayam pedaging pola kemitraan, juga ada usaha peternakan ayam pedaging pola swadaya atau mandiri. Pola swadaya adalah usaha ternak ayam pedaging yang seluruhnya dikelola oleh peternak tanpa adanya bantuan dari pihak lain.
    • Adapun perbedaan-perbedaan yang ada antara Organsisasi Usaha Peternakan Ayam Pedaging Pola Kemitraan dengan Pola Swadaya atau Mandiri dapat dijelaskan pada Tabel 3.
    • untitled-3
    • Adapun hak dan Kewajiban perusahaan pengelola sebagai Inti dan Peternak sebagai Plasma dapat dilihat pada Tabel 4.
    • untitled-4
  • 4.3.  Perhitungan  Biaya  Produksi  serta  Beberapa  Aspek  Manajemen  Usaha Peternakan Ayam Pedaging Pola Kemitraan Perusahaan Pengelola dan Pola Swadaya
    • Pada Usaha Pola Kemitraan maka jumlah minimal ternak ayam yang dipelihara ditentukan oleh Perusahaan Pengelola (Anonymous, 2008). Adapun perhitungan biaya produksi dan beberapa  aspek manajemen usaha peternakan ayam pedaging pola kemitraan dan pola swadaya disajikan pada Tabel 5.
    • untitled-19
    • Untuk struktur Biaya dan Pendapatan Usaha Peternakan Ayam Pedaging per ekor dengan Pola Kemitraan serta Pola Swadaya disajikan dalam Tabel 6.
    • untitled-18
    • Berdasarkan Tabel 6 di atas, dapat dilihat bahwa pendapatan untuk pola swadaya lebih tinggi jika dibandingkan usaha pola kemitraan, hal ini dapat terjadi apabila perhitungan biaya dan harga pasar berlaku seperti pada Tabel 5, akan tetapi bila harga pasar berubah dan tidak menguntungkan maka peternak pola swadaya akan menghadapi resiko kerugian yang lebih besar dan ditanggung sendiri oleh peternak swadaya. Sebaliknya pada pola kemitraan apabila harga pasar rendah atau tidak menguntungkan maka memiliki resiko lebih kecil karena adanya perjanjian awal tentang harga sapronak.
    • Perbedaan harga dan prosentase struktur biaya terlihat dengan jelas pada komponen sapronak DOC dan Pakan dimana pada pola kemitraan memiliki struktur biaya dan prosentase yang lebih besar dibandingkan dengan pada pola swadaya. Hal ini menunjukkan bahwa komponen usaha peternakan ayam pedaging yang terbesar pada komponen sapronak DOC dan Pakan.
  • 4.4. Produktivitas Usaha Peternakan Ayam Pedaging Pola Kemitraan
    • Produktivitas Usaha Peternakan Ayam Pedaging Pola Kemitraan diukur dengan Skor Bobot Badan Jual, Mortalitas dan Tingkat Pendapatan seperti terlihat pada Tabel 7.
    • Untitled-1
    • Dari Tabel 7, dapat dilihat bahwa produktivitas usaha peternakan ayam pedaging pola kemitraan 6,67% mempunyai skor produktivitas usaha tertinggi yaitu dengan skor rata-rata = 13,50; 60 % peternak mempunyai skala produktivitas sedang yaitu skor rata-rata = 9,39 dan 33,33 % peternak mempunyai skala produktivitas rendah yaitu skor rata-rata = 6,10. Berdasarkan kenyataan tersebut, maka sesuai apa yang dikatakan Sudarno (1995) bahwa keberhasilan usaha peternakan terletak pada kemampuan peternak dalam mengembangkan beberapa faktor produksi antara lain tatalaksana yang baik, besarnya skala usaha dan biaya produksi. Adanya perbedaan produktivitas usaha pada kategori tinggi, sedang dan rendah antara usaha pola kemitraan disebabkan adanya perbedaan manajemen usaha dan daya serap informasi manajemen dari para TSP.
    • Pada usaha pola kemitraan responden yang termasuk dalam kategori produktivitas usaha tinggi telah mampu menerapkan manajemen usaha sesuai dengan kesepakatan yang tersebut dalam Surat Perjanjian Kontrak Produksi. Sedangkan Responden yang termasuk produktivitas usaha rendah dan sedang, disebabkan karena manajemen usaha yang diterapkan oleh pihak perusahaan pengelola melalui TSP belum sepenuhnya dijalankan oleh pihak Plasma.
    • Murtdjo, B. (2009) menyatakan bahwa pemilihan DOC yang baik yaitu sehat, tidak cacat dan besarnya seragam serta pemberian pakan yang sesuai dengan bahan dan komposisinya akan sangat menentukan keberhasilan dalam bentuk Berat Badan Hidup saat penen.
  • 4.5. Skala Usaha
    • Skala usaha adalah Jumlah Penguasaan ternak atau jumlah ternak yang diusahakan oleh peternak dalam satuan ekor per siklus. Distribusi skala usaha dalam kaitannya dengan produktivitas usaha, rata-rata produktivitas usaha pola kemitraan dilihat pada Tabel 8.
    • untitled-2Berdasarkan Tabel 8 dapat dilihat bahwa rata-rata produktivitas usaha peternakan ayam pedaging pola kemitraan tertinggi pada skala usaha besar dengan skor = 13,5 jumlah peternak 2 orang (6,67%) dengan produktivitas usaha skala tinggi. Skala Usaha sedang rata-rata produktivitas usaha = 10,5 dimana jumlah peternak 2 (6,67%) dengan produktivitas usaha skala sedang. Sedangkan sebagian besar peternak berada dalam skala usaha kecil dengan jumlah peternak 26 peternak (86,66%) dengan rata-rata produktivitas usaha 7,88. Dari data di atas menunjukkan bahwa semakin besar skala usaha akan menghasilkan produktivitas usaha yang semakin besar pula.
    • Berdasarkan analisa statistic dengan Uji dua sisi (Sig.2-tailed) didapatkan angka Sig. 2-tailed = 0,000 (Lampiran 3), karena angka tersebut lebih kecil dari 0,01, maka dapat disimpulkan (hipotesa H1 diterima) adanya hubungan (korelasi) yang sangat nyata antara skala usaha dengan produktivitas usaha.
    • Besar korelasi antara Skala Usaha dan Produktivitas Usaha sebesar + 0,785, besarnya nilai korelasi ini di atas 0,5 berarti skala usaha berkorelasi kuat dengan produktivitas usaha. Pada Tabel 8 dapat dilihat pula bahwa jumlah peternak (plasma) yang termasuk kategori skala usaha kecil lebih besar prosentasenya dibandingkan dengan skala usaha sedang dan besar, hal ini disebabkan karena adanya keterbatasan lahan dan modal yang dimiliki plasma khususnya dalam penyediaan kandang dan peralatan.
  • 4.6. Luas Lahan
    • Luas Lahan adalah penguasaan tanah oleh peternak yang dinyatakan dalam m2. Distribusi penguasaan lahan dalam kaitannya dengan produktivitas dan rata-rata produktivitas pada usaha ternak Pola Kemitraan dapat dilihat pada Tabel 9.
    • untitled-3Berdasarkan Tabel 9 dapat dilihat bahwa rata-rata produktivitas usaha peternakan ayam pedaging pola kemitraan tertinggi pada Luas Lahan besar dengan skor = 13,5 jumlah peternak 2 orang (6,67%) dengan produktivitas usaha skala tinggi. Pada Tingkat Luas lahan sedang rata-rata produktivitas usaha = 10,5 dimana jumlah peternak 2 (6,67%) dengan produktivitas usaha skala sedang. Sedangkan sebagian besar peternak berada dalam skala usaha kecil dengan jumlah peternak 26 peternak (86,66%) dengan rata-rata produktivitas usaha 7,88. Dari data di atas menunjukkan bahwa semakin besar Tingkat Luas Lahan akan menghasilkan produktivitas usaha yang semakin besar pula.
    • Berdasarkan analisa statistic dengan Uji dua sisi (Sig.2-tailed) didapatkan angka Sig. 2-tailed = 0,025 (Lampiran 3), karena angka tersebut lebih kecil dari 0,05 dan lebih besar dari 0,01, maka dapat disimpulkan (hipotesa H1 diterima) atau ada hubungan (korelasi) yang nyata antara Variabel Luas Lahan dengan produktivitas usaha.
    • Besar korelasi antara Luas Lahan dan Produktivitas Usaha sebesar + 0,417, besarnya nilai korelasi ini di bawah 0,5 berarti Variabel Luas Lahan berkorelasi kurang kuat dengan produktivitas usaha. Pada Tabel 9 dapat dilihat pula bahwa jumlah peternak (plasma) yang termasuk kategori Luas Lahan kecil lebih besar prosentasenya dibandingkan dengan Tingkat Luas lahan sedang dan besar, hal ini disebabkan karena adanya keterbatasan lahan dan modal yang dimiliki plasma khususnya dalam penyediaan kandang dan peralatan.
    • Pada umumnya Luas Lahan berpengaruh terhadap suatu pendapatan Total Peternak, seperti yang dikatakan oleh Sutawi (2007) bahwa Tingkat Luasan kepemilikan Lahan mempunyai hubungan yang positif dengan pendapatan Total Keluarga, karena erat kaitannya dengan jumlah ternak yang diusahakan serta resiko lingkungan yang lebih kecil. Dengan demikian semakin besar Luas Lahan/Tanah yang dimiliki maka semakin besar pula pendapatan Total yang diterima.
  • 4.7. Lama Usaha
    • Lama Usaha adalah Jangka waktu atau lama responden melakukan budidaya ayam pedaging yang dinyatakan dalam satuan Tahun. Distribusi Lama Usaha dalam kaitannya dengan produktivitas dan rata-rata produktivitas pada usaha ternak ayam pedaging Pola Kemitraan dapat dilihat pada Tabel 10.
    • untitled-4Berdasarkan Tabel 10 dapat dilihat bahwa rata-rata produktivitas usaha peternakan ayam pedaging pola kemitraan tertinggi pada Variabel Lama Usaha yang lama dengan skor = 11,0 jumlah peternak 5 orang (16,67%) yang tersebar dalam 3 peternak dengan Produktivitas Usaha Sedang serta 2 Peternak dengan Produktivitas Usaha Tinggi.
    • Pada Tingkat Lama Usaha sedang rata-rata produktivitas usaha = 9,33 dengan jumlah peternak sebanyak 12 (40,00%) dengan rincian produktivitas usaha yaitu 1 peternak kategori rendah, 11 peternak kategori sedang. Sedangkan Tingkat Lama Usaha Kategori Baru rata-rata produktivitas usaha = 7,38 dengan jumlah peternak sebanyak 13 (43,33%) dengan rincian produktivitas usaha yaitu 10 peternak kategori rendah, 3 peternak kategori sedang.
    • Berdasarkan data di atas menunjukkan bahwa semakin lama dalam melakukan Budidaya Ayam Pedaging, maka semakin besar pula hasil produktivitas usahanya.
    • Berdasarkan analisa statistic dengan Uji dua sisi (Sig.2-tailed) didapatkan angka Sig. 2-tailed = 0,000 (Lampiran 4), karena angka tersebut lebih kecil dari 0,05 dan lebih besar dari 0,01, maka dapat disimpulkan (hipotesa H1 diterima) atau ada hubungan (korelasi) yang nyata antara Variabel Luas Lahan dengan produktivitas usaha.
    • Besar korelasi antara Luas Lahan dan Produktivitas Usaha sebesar + 0,797, besarnya nilai korelasi ini di atas 0,5 berarti Variabel Lama usaha berkorelasi kuat dengan produktivitas usaha. Semakin Lama para peternak menjalankan usahanya maka akan diikuti dengan dengan peningkatan produktivitas usaha atau sebaliknya, hal ini disebabkan semakin lama peternak budidaya ayam pedaging maka para peternak umumnya semakin banyak memiliki pengalaman baik dalam hal manajemen maupun teknis pemeliharaan sehingga akan memperoleh hasil yang lebih baik.
  • 4.8. Jumlah Tenaga Kerja
    • Tenaga kerja adalah orang yang dipekerjakan dalam manajemen usaha ternak ayam pedaging yang dinyatakan dengan jumlah orang, baik yang berupa tenaga kerja upahan maupun tenaga kerja keluarga. Distribusi tenaga kerja dalam kaitannya dengan produktivitas dan rata-rata produktivitas usaha peternak ayam pedaging pola kemitraan seperti terlihat pada Tabel 11.
    • untitled-5Berdasarkan Tabel 11 dapat dilihat bahwa rata-rata produktivitas usaha peternakan ayam pedaging pola kemitraan tertinggi pada Variabel Jumlah Tenaga Kerja yang besar dengan skor = 13,5 dengan jumlah peternak 2 orang (6,67%) yang semuanya berproduktivitas tinggi. Skala jumlah tenaga kerja sedang memiliki rata-rata produktivitas usaha dengan skor = 10,33 dengan jumlah peternak 3 (10 %) yang semuanya berproduktivitas usaha sedang. Sedangkan skala jumlah tenaga kerja kecil jumlah peternak 25 orang (83,33%) dengan rincian 10 peternakan produktivitas usahanya rendah dan 15 peternak produktivitas usahanya sedang, dengan rata dengan rata-rata Produktivitas Usaha = 8,20. Hal ini menunjukkan bahwa semakin banyak jumlah tenaga kerja dalam budidaya ayam pedaging akan menghasilkan produktivitas usaha yang semakin besar pula.
    • Berdasarkan analisa statistic dengan Uji dua sisi (Sig.2-tailed) didapatkan angka Sig. 2-tailed = 0,000 (Lampiran 4), karena angka tersebut lebih kecil dari 0,01, maka dapat disimpulkan (hipotesa H1 diterima) atau ada hubungan (korelasi) yang sangat nyata antara Variabel jumlah tenaga kerja dengan produktivitas usaha.  Besar korelasi antara Jumlah Tenaga Kerja dan Produktivitas Usaha sebesar + 0,793, besarnya nilai korelasi ini di atas 0,5 berarti Variabel jumlah tenaga kerja berkorelasi kuat dengan produktivitas usaha.
    • Berdasarkan Tabel 11, maka terlihat bahwa produktivitas usaha dipengaruhi oleh tenaga kerja, artinya semakin besar jumlah tenaga kerja akan diikuti dengan peningkatan produktivitas usahanya, oleh karena itu jumlah tenaga kerja harus sesuai dengan skala usaha sehingga efisiensi usaha dan optimalisasi tenaga kerja bisa terlaksana.
  • 4.9. Penyuluhan
    • Penyuluhan adalah pendidikan non formal yang diberikan oleh Petugas Penyuluh dalam hal ini TSP yang bertujuan untuk merubah perilaku peternak dalam lingkup usaha peternakan yang meliputi metode, materi dan frekuensi penyuluhan yang pernah diikuti oleh responden dan dinyatakan dengan frekuensi (kali) responden mengikuti penyuluhan.
    • Distribusi penyuluhan dalam kaitannya dengan produktivitas dan rata-rata produktivitas usaha peternakan ayam pedaging pola kemitraan disajikan pada Tabel 12.
    • untitled-6Berdasarkan Tabel 12, dapat dilihat bahwa rata-rata produktivitas usaha peternakan ayam pedaging pola kemitraan tertinggi frekuensi penyuluhan sering besar dengan skor 10,22 dengan jumlah peternak 9 orang (30%) yang mana 1 peternak produktivitas usahanya rendah, 7 peternak berproduktivitas usahanya sedang serta 1 peternak berproduktivitas usaha tinggi. Skala frekuensi penyuluhan sedang memiliki rata-rata produktivitas usaha 6,67 dengan jumlah peternak 6 (20%) dengan rincian 2 peternak berproduktivitas usaha rendah dan 4 peternak berproduktivitas usaha sedang. Pada Skala frekuensi Penyuluhan Kurang (Rendah) jumlah peternak 15 (50%) dengan rata-rata produktivitas usaha = 5,07 terdiri dari 7 peternak produktivitas usahanya rendah dan 8 peternak berproduktivitas usahanya sedang. Hal ini menunjukkan bahwa semakin sering mnegikuti penyuluhan akan menghasilkan rata-rata produktivitas usaha yang semakin tinggi, tetapi kalau dilihat pada masing-masing peternak walaupun sering mengikuti penyuluhan masih ada yang mempunyai produktivitas rendah.
    • Berdasarkan uji dua sisi (Sig. 2-tailed) didapatkan angka Sig.2-tailed = 0,020  (Lampiran 5) karena angka tersebut lebih kecil dari 0,05 dan lebih besar dari 0,01, maka dapat disimpulkan bahwa Hipotesa H1 diterima atau ada hubungan (korelasi) yang nyata antara frekuensi penyuluhan dan produktivitas usaha sebesar + 0,442. Besarnya korelasi (0,442) dibawah 0,5 berarti frekeunsi penyuluhan berkorelasi kurang kuat dengan produktivitas usaha. Seharusnya pada Usaha Peternakan Ayam Pedaging pola kemitraan factor penyuluhan berpengaruh pada produktivitas. Hal ini disebabkan karena penyuluhan yang telah diberikan oleh pihak Inti yang bertujuan untuk memperbaiki manajemen usaha plasma telah diterapkan. Dengan penyuluhan, maka peternak akan dapat memperbaiki pola pikir, sikap dan perilaku dalam manajemen usaha. Dengan Manajemen yang baik diharapkan produktivitas usaha menjadi lebih baik pula. Tujuan dari penyuluhan bukan hanya menimbulkan dan mengubah pengetahuan, ketrampilan, sikap dan motif tindakan peternak tetapi lebih penting adalah merubah sikap peternak yang statis dan pasif menjadi peternak yang dinamis dan aktif (Sutawi, 2007)
  • BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
  • 5.1. Kesimpulan
    • Dari Hasil Penelitian dan Pembahasan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
      1. Hasil Penelitian tentang Struktur Biaya dan Pendapatan Usaha Peternakan Ayam Pedaging per ekor menunjukkan bahwa pendapatan pola Swadaya atau Mandiri lebih tinggi 171,5 % dibandingkan dengan Pola Kemitraan Perusahaan Pengelola.
      2. Ada hubungan antara Variabel Skala Usaha, Luas Lahan, Lama Usaha, Jumlah Tenaga Kerja dan Penyuluhan dengan produktivitas Usaha Peternakan Ayam Pedaging Pola Kemitraan Perusahaan Pengelola di Kecamatan Kandat Kabupaten Kediri Jawa Timur.
      3. Variabel Skala Usaha, Lama Usaha dan Jumlah Tenaga Kerja memiliki hubungan (Korelasi) yang kuat, sedangkan pada faktor produksi Luas Lahan dan Penyuluhan memiliki hubungan yang kurang kuat terhadap produktivitas usaha Peternakan Ayam Pedaging Pola Kemitraan Perusahaan Pengelola di Kecamatan Kandat Kabupaten Kediri Jawa Timur.
      4. Besar korelasi antara variabel bebas Skala Usaha, Luas Lahan, Lama Usaha, Jumlah Tenaga Kerja dan Penyuluhan dengan produktivitas usaha secara berurutan yaitu : + 0,785; +0,417; + 0,797; +0,793 dan + 0,442.
  • 5.2. Saran
    • Berdasarkan kesimpulan di atas, maka disarankan kepada peternak yang mampu dan memiliki modal dalam pengadaan sapronak untuk melakukan usaha pola swadaya, secara umum diharapkan usaha peternakan ayam pedaging pola kemitraan perusahaan pengelola dilakukan secara kontinyu atau terus menerus karena Lama Usaha memberikan Koefisien Korelasi yang paling tinggi yaitu sebesar 79,70 % serta Kepada Pihak Perusahaan Pengelola harus diperhatikan peningkatan kualitas SDM Penyuluhan sehingga target hasil program transfer keilmuan bisa terwujud serta mampu meningkatkan produktivitas usaha
  • DAFTAR PUSTAKA
    1. Anonimus, 2008. Majalah Peternakan Indonesia No. 185. Dirjen Peternakan, Jakarta
    2. Atmadilaga D, 2008. Masalah dan Masa Depan Industri Perunggasan Indonesia. Majalah Pertanian dan Telur Volume. 48. Yogyakarta.
    3. Daniels W., 1999. Statistika Nonparametrik Terapan. PT. Gramedia. Jakarta.
    4. Dewanto, A., 2005. Perjanjian Pola Kemitraan dengan Pola Inti-Plasma Pada Usaha Peternakan Broiler.  Program Pasca Sarjana. UNDIP. Semarang.
    5. Fanani, Z., 1993. Evaluasi Usaha Peternakan Ayam Pedaging di Kabupaten Malang, Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya. Malang
    6. Haryono, D., 1999, Organisasi Produksi Usaha Ternak Ayam Pedaging Pola Kemitraan dan Non Kemitraan di Kecamatan Mojowarno Kabupaten Jombang, Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya. Malang.
    7. Lestari, M., 2009. Analisis Pendapatan dan Tingkat Kepuasan Peternak Plasma Terhadap Pelaksanaan Kemitraan Ayam Broiler (Studi Kasus: Kemitraan PT X di Yogyakarta)
    8. Murtidjo, B. 2009.  Pedoman Beternak Ayam Broiler. Kanisius. Yogyakarta.
    9. Nasir, M., 2011. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Jakarta.
    10. Rahardi. F, 2011. Agribisnis Ternak Unggas. Edisi ke XIV. Penebar Swadaya. Jakarta.
    11. Rasyaf, M. 2002. Beternak Ayam Pedaging. PT. Penebar Swadaya. Jakarta.
    12. Santoso, U, 2008. Beberapa Perkembangan Organisasi Pertanian-Peternakan. Kumpulan Bacaan Penyuluhan Pertanian, Edisi ke Tiga Belas. IPB. Bogor.
    13. Sofyan, A., 2006. Analisa Resiko Finansial Usaha Peternakan Ayam Pedaging Pada Peternak Plasma  Kemitraan KUD Sari Bumi Di Kecamatan Bululawang Kabupaten Malang. Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya. Malang.
    14. Sudjana, 1999. Metode Statistik. Tarsito. Bandung.
    15. Suharno B, 2000. Kiat Sukses Beternak Ayam Pedaging. Penebar Swadaya. Jakarta.
    16. Sutawi, 2007. Kapita Selekta Agribisnis Peternakan. UMM Press. Malang
    17. Wahyudin E. 1999. Sistem dan Pola Kemitraan di Indonesia, Majalah Poultry Indonesia. No. 194. Jakarta.
    18. Yunus, R., 2009. Analisis Efisiensi Produksi Usaha Peternakan Ayam Ras Pedaging Pola Kemitraan Dan Mandiri Di Kota Palu Provinsi Sulawesi Tengah. Program Pasca Sarjana. UNDIP. Semarang
    19. Yuwanta, T., 2004. Dasar Ternak Unggas. Edisi ke-5. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
    20. Zulian Y., 2006. Manajemen Produksi dan Operasi. FE UII. Yogyakarta.
  • LAMPIRAN-LAMPIRAN
    • tesis-1
    • tesis-2tesis-3tesis-4tesis-4b
    • Pada Hari ini ………………Tanggal…….Bulan……………Tahun….…..  (……-……-………..), yang bertanda tangan di bawah ini :
      1.       Nama               :
        • Pekerjaan        :
        • Alamat             :
        • Nomor KTP    :
        • Dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama diri sendiri, selanjutnya dalam perjanjian ini disebut dengan PIHAK PERTAMA
      2.       Nama               : Joko Prasetyo
        • Alamat            : Jl. Kartini No. 14 Kota Kediri
        • Dalam hal ini bertindak dalam Kedudukannya selaku Direktur dari Perseroan Terbatas PT. PESONA TERNAK GEMILANG berkedudukan di Kediri
        • Selanjutnya dalam perjanjian ini disebut dengan PIHAK KEDUA
    • Kedua belah pihak bertindak dalam kedudukannya tersebut di atas terlebih dahulu menerangkan :
      1. Bahwa PIHAK PERTAMA adalah Peternak yang bermaksud untuk memelihara/ membudidayakan ayam ras pedaging.
      2. Bahwa PIHAK KEDUA adalah Perusahaan yang mempunyai aktivitas usaha antara lain : dalam hal budidaya ayam ras pedaging menyediakan sarana untuk produksi ayam pedaging, antara lain berupa DOC, pakan ternak, obat-obatan serta peralatan peternakan
      3. Bahwa untuk keperluan tersebut, PIHAK PERTAMA memerlukan bantuan permodalan.
      4. Bahwa PIHAK KEDUA bersedia membantu PIHAK PERTAMA dan menunjuk PIHAK PERTAMA sebagai petani peternakan untuk memelihara ayam ras pedaging.
    • Atas dasar hal-hal tersebut di atas maka kedua belah pihak bermaksud mengadakan Perjanjian Kerja Sama dalam bidang Pemeliharaan Ayam Ras Pedaging yang diatur dengan Ketentuan dan Syarat-syarat sebagai berikut :
    • Pasal 1
    • RUANG LINGKUP PERJANJIAN
    • PIHAK KEDUA menunjuk PIHAK PERTAMA sebagai Petani Peternak untuk memelihara ayam ras pedaging, dengan sarana produksi peternakan berupa Bibit Ayam (DOC), pakan ayam dan obat-obatan yang dijual secara Kredit oleh PIHAK KEDUA, dan merupakan Hutang PIHAK PERTAMA kepada PIHAK KEDUA, yang pembayarannya akan diperhitungkan dengan hasil panen PIHAK PERTAMA. Selama Hutang PIHAK PERTAMA belum dibayar Lunas, maka sarana produksi peternakan tersebut masih tetap menjadi Milik PIHAK KEDUA.
    • Pasal 2
    • LOKASI KERJASAMA
    • Kerjasama ini akan mengambil tempat di Kandang Milik PIHAK PERTAMA yang terletak di Desa ……………………………Kecamatan ………………………Kabupaten………………….. yang setempat dikenal sebagai Tanah Milik ………………………………..sebagaimana tertera dalam………………………………………………………………………………………
    • Pasal 3
    • HAK DAN KEWAJIBAN PIHAK PERTAMA
    • Dalam Perjanjian ini, Hak dan Kewajiban PIHAK PERTAMA adalah :
      1. Atas biaya sendiri membangun/menyediakan kandang ayam berikut perlengkapannya serta tenaga kerja yang diperlukan menurut saran-saran serta petunjuk yang diberikan oleh PIHAK KEDUA berikut dengan perlengkapannya serta tenaga kerja yang diperlukan untuk pemeliharaan ayam ras pedaging tersbut secara atau dalam bentuk dan syarat-syarat yang memadai menurut penilaian PIHAK KEDUA.
      2. Melaksanakan kegiatan operasional budidaya ayam ras pedaging atas saran-saran dan petunjuk dari PIHAK KEDUA atau Kuasa yang ditunjuknya.
      3. Tidak diperkenankan untuk memindah tangankan sarana produksi peternakan yang disediakan oleh PIHAK KEDUA kepada pihak lain.
      4. Tidak diperkenankan untuk menambah ayam ras pedaging maupun mempergunakan sarana produksi peternakan yang lainnya selain yang disediakan oleh PIHAK KEDUA.
      5. Menyerahkan dan menjual seluruh hasil produksi/panen berupa ayam pedaging yang hidup dan sehat kepada PIHAK KEDUA pada waktu yang ditentukan untuk dipasarkan (dijual) dengan berpatokan pada harga pasar pada saat itu (sesuai kesepakatan).
      6. Membayar semua hutang kepada PIHAK KEDUA sebagai akibat pemakaian sarana produksi peternakan yang disediakan oleh PIHAK KEDUA.
      7. Berhak atas keuntungan dari penjualan hasil panen setelah dikurangi semua tanggung jawab kepada PIHAK KEDUA.
      8. Mengikuti semua petunjuk yang diberikan oleh PIHAK KEDUA atau kuasa (petugas) yang ditunjuk oleh PIHAK KEDUA.
      9. Tidak diperkenankan menjual hasil produksinya kepada pihak manapun juga selain kepada PIHAK KEDUA kecuali atas ijin PIHAK KEDUA.
      10. Bila terjadi berjangkitnya wabah atau penyakit ayam, maka dalam jangka waktu 12 (dua belas) jam, PIHAK PERTAMA harus segera melaporkan secara tertulis kepada PIHAK KEDUA, agar PIHAK KEDUA dapat dengan segera mengambil tindakan sedini mungkin untuk mengurangi kerugian / kematian yang lebih besar.
    • Pasal 4
    • HAK DAN KEWAJIBAN PIHAK KEDUA
    • Dalam perjanjian ini, hak dan kewajiban PIHAK KEDUA adalah :
      1. Menyediakan sarana produksi peternakan bagi PIHAK PERTAMA.
      2. Memberikan teknologi, pelayanan serta bimbingan teknis budidaya ayam ras pedaging kepada PIHAK PERTAMA sesuai dengan teknologi yang dimiliki PIHAK KEDUA.
      3. Dengan perantaraan kuasanya (pegawai/tenaga ahlinya), berhak mengadakan pengontrolan dan peninjauan sewaktu-waktu ke tempat lokasi pemeliharaan ayam ras pedaging serta sarana produksi peternakan yang disediakan oleh PIHAK KEDUA.
      4. Membeli hasil panen PIHAK PERTAMA sesuai dengan harga pasar pada saat itu.
      5. Membantu pelaksanaan administrasi kredit atau hutang-hutang PIHAK PERTAMA kepada PIHAK KEDUA.
    • Pasal 5
    • PENYERAHAN SARANA PRODUKSI PETERNAKAN DAN RESIKO
    • Penyerahan Sarana Produksi Peternakan oleh PIHAK KEDUA sebagaimana ketentuan dalam Pasal 4 angka 1 perjanjian ini akan dilakukan oleh PIHAK KEDUA franco di tempat PIHAK PERTAMA di Desa ………………………………Kecamatan ……………………………. Kabupaten …………………………………………………
    • Pasal 6
    • Resiko atas penyerahan sarana produksi peternakan beralih kepada PIHAK PERTAMA sejak diserah terimakan oleh PIHAK KEDUA kepada PIHAK PERTAMA dengan mengingat ketentuan Pasal 5 perjanjian.
    • Pasal 7
    • JUMLAH PENJUALAN KREDIT DAN CARA PEMBAYARAN
    • Selama berlakunya Perjanjian ini, PIHAK KEDUA bersedia memberikan Kredit kepada PIHAK PERTAMA berupa sarana produksi peternakan sampai dengan jumlah sebanyak-banyaknya Rp. ………………………………(……………………………………………………… …………………………………………………………………………………………………..……), setiap periode pemeliharaan ayam ras pedaging dengan mengingat ketentuan-ketentuan sebagai berikut :
      1. Pembelian secara kredit atas sarana produksi peternakan sampai dengan jumlah ayam ……………… ekor/periode pemeliharaan tersebut dapat diambil secara berangsur-angsur atau sesuai dengan kebutuhan riil pembudidayaan.
      2. Atas pembelian secara kredit berupa sarana produksi peternakan tersebut tidak dikenakan bunga oleh PIHAK KEDUA.
      3. Pembayaran kembali atas pembelian sarana produksi peternakan secara kredit harus dilakukan oleh PIHAK PERTAMA dengan cara menjual seluruh hasil panennya berupa ayam ras pedaging yang hidup dan sehat pada waktu yang telah ditentukan oleh PIHAK KEDUA kepada PIHAK KEDUA untuk dipasarkan/dijual dan diperhitungkan dengan hutang-hutang PIHAK PERTAMA berdasarkan harga pasar pada saat itu yang telah disepakati oleh kedua belah pihak pada setiap periode yaitu sebelum atau setelah pengiriman bibit ayam dan sarana produksi lainnya oleh PIHAK KEDUA.
      4. Selisih Harga dari Penjualan Hasil Produksi yang dibeli oleh PIHAK KEDUA dari PIHAK PERTAMA dengan pembelian sarana produksi peternakan secara kredit sepenuhnya menjadi hak dari PIHAK PERTAMA.
    • Pasal 8
    • Apabila terjadi kegagalan Panen, baik yang disebabkan karena berjangkitnya wabah penyakit atau karena sebab apapun, maka kerugian yang timbul karena kegagalan panen serta pembelian sarana produksi peternakan secara kredit oleh PIHAK PERTAMA, menjadi tanggung jawab sepenuhnya dari PIHAK PERTAMA.
    • Pasal 9
    • MASA BERLAKUNYA PERJANJIAN
    • Perjanjian ini berlaku sejak ditandatanganinya perjanjian ini dan berlaku selama PIHAK PERTAMA masih menjadi Plasma/mitra PIHAK KEDUA dengan memperhatikan ketentuan Pasal 10 dan Pasal 11 Perjanjian ini.
    • Pasal 10
    • Apabila terjadi kerugian 1 (satu) kali periode pemeliharaan, maka PIHAK KEDUA secara sepihak dapat menghentikan pengiriman sarana produksi peternakan dan memutuskan/ menghentikan Perjanjian ini, dan atas Hutang-hutang PIHAK PERTAMA kepada PIHAK KEDUA yang timbul karenanya harus sudah dilunasi oleh PIHAK PERTAMA dalam jangka waktu selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari Kalender terhitung sejak diputuskannya/ dihentikannya Perjanjian ini oleh PIHAK KEDUA.
    • Pasal 11
    • PENGHENTIAN PERJANJIAN
      1. Menyimpang dari ketentuan Pasal 9 dan 10 Perjanjian ini, PIHAK KEDUA sewaktu-waktu berhak untuk menghentikan/memutuskan perjanjian apabila terjadi hal-hal sebagai berikut
      2. PIHAK PERTAMA tidak dengan tepat memenuhi kewajiban-kewajibannya menurut Perjanjian ini.
      3. PIHAK PERTAMA tidak atau lalai memenuhi atau mengikuti petunjuk-petunjuk yang diberikan oleh PIHAK KEDUA.
      4. PIHAK PERTAMA menghentikan aktivitas usahanya sebagai petani peternak pemeliharaan ayam ras pedaging dari PIHAK KEDUA.
      5. PIHAK PERTAMA tidak berhak mengurus harta kekayaannya sendiri.
      6. PIHAK PERTAMA melakukan tindakan-tindakan tercela misalnya melakukan Pencurian ayam, atau tindakan-tindakan yang bertentangan dengan Perjanjian ini.
      7. PIHAK PERTAMA menyalahgunakan, memindahtangankan atau menjual sarana produksi peternakan yang diberikan PIHAK KEDUA.
      8. PIHAK PERTAMA terlibat atau melakukan tindak pidana yang mengakibatkan hukuman badan.
      9. Bilamana terjadi perubahan harga pasar (pada Lampiran) yang tidak disepakati oleh Kedua belah pihak.
      10. Tanpa sepengetahuan PIHAK KEDUA, PIHAK PERTAMA terbukti menambahkan ayam atau sarana produksi peternakan lain, selain yang telah disediakan oleh PIHAK KEDUA.
      11. PIHAK PERTAMA meninggal dunia atau cacat tetap atau menderita sakit yang berkepanjangan yang menurut penilaian PIHAK KEDUA yang bersangkutan tidak lagi mampu melaksanakan kewajibannya menurut Perjanjian ini, sedang PIHAK PERTAMA tidak mempunyai ahli waris yang mampu dan bersedia meneruskan pelaksanaan perjanjian ini. Dalam hal PIHAK PERTAMA mempunyai ahli waris yang menurut penilaian PIHAK KEDUA mampu meneruskan pelaksanaan perjanjian, maka ahli waris yang bersangkutan dapat ditunjuk oleh PIHAK KEDUA untuk menggantikan kedudukan PIHAK PERTAMA dalam perjanjian ini.
    • Dalam hal terjadi pemutusan perjanjian ini karena hal-hal tersebut di atas, maka seluruh jumlah hutang PIHAK PERTAMA kepada PIHAK KEDUA berdasarkan Perjanjian ini, berikut perpanjangannya, perubahannya (jika ada) yang berhubungan dengan Perjanjian ini, harus dibayar selambat-lambatnya dalam jangka waktu 30 (Tiga puluh) hari kalender setelah pemutusan perjanjian.
    • Apabila dikemudian hari kedua belah pihak telah sepakat untuk memutuskan/ menghentikan kerjasama berdasarkan perjanjian ini, maka sisa hutang PIHAK PERTAMA harus dilunasi dalam jangka waktu 30 (Tiga puluh) hari kalender.
    • Pasal 12
    • JAMINAN
    • Untuk menjamin lebih jauh bahwa PIHAK PERTAMA dan atau perjanjiannya akan memenuhi semua kewajibannya kepada PIHAK KEDUA berdasarkan perjanjian ini atau perubahannya, tambahannya atau perpanjangannya kemudian maka PIHAK PERTAMA dan atau penjaminnya dengan akta ini pula memberi kuasa kepada PIHAK KEDUA untuk menjual, mengelola dan atau dengan cara apapun mengambil manfaat atas barang jaminan, berupa : …………………………………………….
    • ……………………………………………………………………………………………………………………….
    • ……………………………………………………………………………………………………………………….
    • Kuasa yang diberikan dalam Perjanjian ini maupun perjanjian-perjanjian lain yang menyertai perjanjian ini baik yang sudah ada maupun yang masih akan diadakan, tidak dapat dicabut dan atau berakhir karena sebab-sebab berakhirnya kuasa menurut ketentuan Kiatb Undang-Undang Hukum Perdata yang berlaku di Indonesia.
    • Pasal 13
      1. PIHAK PERTAMA dan atau penjamin selanjutnya berjanji dan menjamin bahwa barang jaminan tersebut belum pernah dan tidak akan dialihkan ke pihak lain, tidak tersangkut dalam suatu perkara, bebas dari segala sitaan, tidak dalam keadaan dijaminkan dalam bentuk apapun juga (termasuk pemberian kuasa seperti yang dinyatakan dalam perjanjian ini) kepada pihak lain selain PIHAK KEDUA.
      2. Surat-surat dan atau dokumen-dokumen yang berhubungan dengan barang jaminan tersebut harus diserahkan kepada dan untuk disimpan oleh PIHAK KEDUA tersebut selama apa yang masih terhutang oleh PIHAK PERTAMA terhadap PIHAK KEDUA berdasarkan perjanjian ini berikut perpanjangannya, tambahan-tambahannya dan atau perubahannya belum dibayar lunas seluruhnya oleh PIHAK PERTAMA.
    • Pasal 14
      1. Sehubungan dengan Pasal 10 dan Pasal 11 di atas, maka apabila dalam jangka waktu 30 (Tiga puluh) hari kalender sejak dihentikannya perjanjian kerjasama ini, PIHAK PERTAMA belum juga melunasi apa yang wajib dibayarnya kepada PIHAK KEDUA, maka PIHAK KEDUA berhak menjual barang jaminan yang diserahkan oleh PIHAK PERTAMA kepada PIHAK KEDUA tersebut kepada pihak lain, tanpa sautu ijin atau kuasa apapun lagi dari PIHAK PERTAMA, dengan harga dan syarat-syarat yang akan ditetapkan sesuai dengan keadaan harga pada waktu itu, guna melunasi hutang-hutang PIHAK PERTAMA pada PIHAK KEDUA tersebut.
      2. Selisih dari harga penjualan tersebut apabila setelah dikurangi hutang PIHAK PERTAMA berikut biaya-biaya sehubungan dengan penjualan tersebut ternyata masih ada kelebihan, maka kelebihan tersebut akan dikembalikan kepada PIHAK PERTAMA, tanpa PIHAK PERTAMA diwajibkan untuk membayar apapun juga, sebab apabila ternyata harga barang-barang jaminan tersebut masih belum cukup untuk melunasi hutang-hutang PIHAK PERTAMA, maka kekurangan pembayaran tersebut tetap menjadi kewajiban dari PIHAK PERTAMA untuk melunasinya, seketika dan sekaligus lunas.
    • Pasal 15
    • ADDENDUM
    • Hal-hal yang belum cukup diatur dalam Perjanjian ini akan diputuskan oleh kedua belah pihak secara musyawarah mufakat.
    • Pasal 16
    • DOMICILIE
    • Untuk akta ini dan segala akibat yang hukumnya, kedua belah pihak sepakat untuk memilih tempat kediaman Hukum yang tetap dan tidak berubah di Kantor Kepaniteraan Pengadilan Negeri di Kediri.
    • Demikian Perjanjian ini dibuat rangkap 2 (dua) dan bermaterei cukup, setelah dibaca kemudian ditandatangani oleh Kedua belah pihak di ……………………………………..  …………………………………………….. pada Tanggal tersebut di awal akta ini dengan tanpa adanya paksaan dari pihak manapun.
    • PIHAK KEDUA                                                       PIHAK PERTAMA
    • ———————————–                               ———————————–
    • SAKSI-SAKSI
    • ———————————–                               ————————————
    • tesis-5
    • Lampiran 7. Daftar Kuisioner
    • DAFTAR KUISIONER
    • Dengan hormat,
      • Dalam rangka Penelitian untuk menyusun Thesis kami yang berjudul : Analisis Produktivitas Usaha Peternakan Ayam Pedaging Pola Kemitraan Perusahaan Pengelola di Kecamatan Kandat Kabupaten Kediri, maka dengan ini mohon bantuan Bapak/Ibu/ Saudara/i untuk memberikan jawaban atas pertanyaan dengan jujur dan apa adanya.
      • Seluruh data yang diterima hanya digunakan untuk kepentingan analisis Thesis dalam rangka penyelesaian Tugas Studi S-2 Program Studi MMA UNISKA Kediri dan perumusan kesimpulan serta dijamin tidak akan digunakan untuk kepentingan Kantor Pajak dan atau Pungutan Iuran lainnya.
      • Kami sampaikan banyak terimakasih atas bantuan dan kesediaannya untuk mengisi kuisioner ini.
      • Petunjuk :
        1. Jawablah pertanyaan atau pilih salah satu jawaban pada tempat yang telah disediakan pada masing-masing pertanyaan.
        2. Apabila ada sesuatu yang kurang jelas bisa mengajukan pertanyaan pada kami.
    • tesis-6
    • II. PROFIL USAHA
      1. Lama Usaha
      2. Luas Lahan Usaha Peternakan Ayam Pedaging Pola Kemitraa
      3. Jumlah Tenaga Kerja
      4. Skala Usaha
      5. Penyuluhan
      6. Mortalitas
      7. Hasil Panen
      8. Tingkat Pendapatan
    • tesis-7tesis-8tesis-9tesis-10tesis-11tesis-12tesis-13tesis-14
    • sEmoGA Bermanfaat