[1] SOP IB

  • STANDARD   OPERATION   PROCEDURE (SOP) AKADEMIK
  • No. 001/AK-FP-Pet /UNISKA     001 Prosedur Praktek IB                                           
  • Tgl: 15 Des  2011          Rev: 00              Ditetapkan ………………………………..
  • ——————————————————————————————————
  • PELAKSANAAN Teknik IB
  • INSEMINASI BUATAN
    • Inseminasi Buatan (IB) atau kawin suntik adalah suatu cara atau teknik untuk memasukkan mani (sperma atau semen) yang telah dicairkan dan telah diproses terlebih dahulu yang berasal dari ternak jantan ke dalam saluran alat kelamin betina dengan menggunakan metode dan alat khusus yang disebut ‘insemination gun’.
  • Sejarah Perkembangan Inseminasi Buatan
    • Inseminasi Buatan (IB) pada hewan peliharaan telah lama dilakukan sejak berabad-abad yang lampau. Seorang pangeran arab yang sedang berperang pada abad ke-14 dan dalam keadaan tersebut kuda tunggangannya sedang mengalami birahi. Kemudian dengan akar cerdinya, sang pangeran dengan menggunakan suatu tampon kapas, sang pangeran mencuri semen dalam vagina seekor kuda musuhnya yang baru saja dikawinkan dengan pejantan yang dikenal cepat larinya.Tampon tersebut kemudian dimasukan ke dalam vagina kuda betinanya sendiri yang sedang birahi. Alhasil ternyata kuda betina tersebut menjadi bunting dan lahirlah kuda baru yang dikenal tampan dan cepat larinya. Inilah kisa awal tentang IB.
  • Tujuan Inseminasi Buatan
    1. Memperbaiki mutu genetika ternak;
    2. Tidak mengharuskan pejantan unggul untuk dibawa ketempat yang dibutuhkan sehingga mengurangi biaya;
    3. Mengoptimalkan penggunaan bibit pejantan unggul secara lebih luas dalam jangka waktu yang lebih lama;
    4. Meningkatkan angka kelahiran dengan cepat dan teratur;
    5. Mencegah penularan / penyebaran penyakit kelamin.
  • Keuntungan Inseminasi Buatan (IB)
    1. Menghemat biaya pemeliharaan ternak jantan;
    2. Dapat mengatur jarak kelahiran ternak dengan baik;
    3. Mencegah terjadinya kawin sedarah pada sapi betina (inbreeding);
    4. Dengan peralatan dan teknologi yang baik sperma dapat simpan dalam jangka waktu yang lama;
    5. Semen beku masih dapat dipakai untuk beberapa tahun kemudian walaupun pejantan telah mati;
    6. Menghindari kecelakaan yang sering terjadi pada saat perkawinan karena fisik pejantan terlalu besar;
    7. Menghindari ternak dari penularan penyakit terutama penyakit yang ditularkan dengan hubungan kelamin.
  • Kerugian IB
    1. Apabila identifikasi birahi (estrus) dan waktu pelaksanaan IB tidak tepat maka tidak akan terjadi terjadi kebuntingan;
    2. Akan terjadi kesulitan kelahiran (distokia), apabila semen beku yang digunakan berasal dari pejantan dengan breed / turunan yang besar dan diinseminasikan pada sapi betina keturunan / breed kecil;
    3. Bisa terjadi kawin sedarah (inbreeding) apabila menggunakan semen beku dari pejantan yang sama dalam jangka waktu yang lama;
    4. Dapat menyebabkan menurunnya sifat-sifat genetik yang jelek apabila pejantan donor tidak dipantau sifat genetiknya dengan baik (tidak melalui suatu progeny test).
  • Waktu Melakukan Inseminasi Buatan (IB)
    • Pada waktu di Inseminasi Buatan (IB) ternak harus dalam keadaan birahi, karena pada saat itu liang leher rahim (servix) pada posisi yang terbuka.
    • Kemungkinan terjadinya konsepsi (kebuntingan) bila diinseminasi pada periode-periode tertentu dari birahi telah dihitung oleh para ahli, perkiraannya adalah :
      1. permulaan birahi : 44%
      2. pertengahan birahi : 82%
      3. akhir birahi : 75%
      4. 6 jam sesudah birahi : 62,5%
      5. 12 jam sesudah birahi : 32,5%
      6. 18 jam sesudah birahi : 28%
      7. 24 jam sesudah birahi : 12%
  • Prosedur Inseminasi Buatan adalah sebagai berikut:
    1. Sebelum melaksanakan prosedur Inseminasi Buatan (IB) maka semen harus dicairkan (thawing) terlebih dahulu dengan mengeluarkan semen beku dari nitrogen cair dan memasukkannya dalam air hangat atau meletakkannya dibawah air yang mengalir.
    2. Suhu untuk thawing yang baik adalah 37oC. Jadi semen/straw tersebut dimasukkan dalam air dengan suhu badan 37 oC, selama 7-18 detik.
    3. Setelah dithawing, straw dikeluarkan dari air kemudian dikeringkan dengan tissue.
    4. Kemudian straw dimasukkan dalam gun, dan ujung yang mencuat dipotong dengan menggunakan gunting bersih
    5. Setelah itu Plastic sheath dimasukkan pada gun yang sudah berisi semen beku/straw
    6. Sapi dipersiapkan (dimasukkan) dalam kandang jepit, ekor diikat
    7. Petugas Inseminasi Buatan (IB) memakai sarung tangan (glove) pada tangan yang akan dimasukkan ke dalam rektum
    8. Tangan petugas Inseminasi Buatan (IB) dimasukkan ke rektum, hingga dapat menjangkau dan memegang leher rahim (servix), apabila dalam rektum banyak kotoran harus dikeluarkan lebih dahulu
    9. Semen disuntikkan/disemprotkan pada badan uterus yaitu pada daerah yang disebut dengan ‘posisi ke empat’.
    10. Setelah semua prosedur tersebut dilaksanakan maka keluarkanlah gun dari uterus dan servix dengan perlahan-lahan.
  • Kop
  • Faktor – faktor yang menyebabkan rendahnya prosentase kebuntingan
    1. Fertilitas dan kualitas mani beku yang jelek / rendah;
    2. Inseminator kurang / tidak terampil;
    3. Petani / peternak tidak / kurang terampil mendeteksi birahi;
    4. Pelaporan yang terlambat dan / atau pelayanan Inseminator yang lamban;
    5. Kemungkinan adanya gangguan reproduksi / kesehatan sapi betina. Jelaslah disini bahwa faktor yang paling penting adalah mendeteksi birahi, karena tanda-tanda birahi sering terjadi pada malam hari. Oleh karena itu petani diharapkan dapat memonitor kejadian birahi dengan baik dengan cara:
    6. Mencatat siklus birahi semua sapi betinanya (dara dan dewasa);
    7. Petugas IB harus mensosialisasikan cara-cara mendeteksi tanda-tanda birahi. Salah satu cara yang sederhana dan murah untuk membantu petani untuk mendeteksi birahi, adalah dengan memberi cat diatas ekor, bila sapi betina minta kawin (birahi) cat akan kotor / pudar / menghilang karena gesekan akibat dinaiki oleh betina yang lain.
  • Perbedaan kawin alam dengan Inseminasi buatan (IB)
    1. Kawin  Alam
    2. Inseminasi Buatan (IB)
  • Kawin alam dari segi :
    • A. Pejantan :
      1. Umunya lokal
      2. Berat badan rendah
      3. Yang unggul terbatas
      4. Kemampuan kawin sedikit
      5. Dapat menularkan penyakit
      6. Potensi anak jantan kawin dengan induk
    • B. Betina :
      1. Umumnya lokal
      2. Berat badan rendah
      3. Pertumbuhan kurang
    • C. Anak lahir ;
      1. Pertumbuhan anak terhambat
  • Inseminasi buatan (IB) dari segi :
    • A. Semen beku dari  Pejantan :
      1. Terpilih dan unggul
      2. Berat badan tinggi
      3. Menghasilkan banyak dosis (straw)
      4. Dapat di simpan atau  di bekukan
      5. Biasa untuk banyak betina
      6. Menjakau wilayah jauh
      7. Penularan penyakit terkendali
    • B. Betina ;
      1. Umunya lokal
      2. Pemilihan straw di sesuaikan
      3. Mudah di atur
    • C. Anak lahir :
      1. Postur lebih baik ( berat lahir , pertumbuhan )
  • Model IB
    1. IB individu :  birahi. Siklus setiap 21 hari ( 18- 24 ) hari
    2. IB masal     : birahi di rancang bersama DG SINKRONISASI
      • Pakai  hormon ( PGF2α) / prostaglandin
  • Manfaat IB massal :
    1. Kelahiran anak relatif serentak ,diatur setip tahun .
    2. Kebutuhan tenaga dan sarana efisien.
    3. Efisien benih ,N2 cair , IB teratur.
    4. Program bunting terarah,fokus.
    5. Evaluasi kinerja IB lebih mudah.
    6. Cocok untuk geografis Indonesia ( kepulauan ,beragam dinas).
  •  FAKTOR YANG MEMPENGARUHI  KEBERHASILAN IB
    1. semen beku
    2. Inseminator
    3. Betina Akseptor
    4. Ketepatan waktu IB
  • (1) semen beku
    1. TERGANTUNG PRODUSEN
    2. Min 40 % (dari 25 juta/straw) harus motil(bergerak) saat IB
    3. Pastikan kualitas baik—saat IB,
    4. N2 cair : riskan
    5. Jika kurang — rusak
  • (2) Inseminator
    1. Keahlian / keterampilan
    2. Akurasi  pengenalan berahi
    3. Sanitasi alat
    4. Handling  semen beku yang baik
    5. Thawing yang benar
  • (3) Betina Akseptor                                                      
    1. BCS/Nilai Kondisi Tubuh :
    2. Sedang (tdk gemuk, tdk kurus)
    3. Gemuk : sel telur terhalang
    4. Kurus : ovarium tdk berfungsi
    5. Sehat, birahi normal, derjat birahi bagus .
    6. Jika sakit : Maka kondisi birahi kurang jelas/tdk terjadi, bisa karena infeksi saluran reproduksi/metritis—ada nanah.
    7. PENILAIAN INSEMINATOR sebelum meng IB — PENTING.
    8. JANGAN SALAH PAKAN setelah bunting.
    9. JANGAN DIJEMUR (Heat stroke)
    10. JANGAN TERJATUH/KERJA KERAS-BAJAK.
  • (4) Ketepatan waktu IB
    1. IB dilakukan 10 jam setelah gejala awal birahi
    2. Birahi Pagi – IB sore
    3. Sore- IB pagi besok
  • TAHAPAN BIRAHI :
    1. Awal : B3/A3
      • (Bengkak,merah/mengkilat, Hangat), gelisah, bersuara, tdk mau makan, menaiki teman, cari jantan.  (BELUM WAKTU IB)
    2. Akhir Birahi :
      • Vulva : keriput, hangat, merah. Tenang, diam dipegang. SAATNYA IB
  • Hal yang penting dalam melaksanakan IB
    1. Kuku harus pendek
    2. Menggunakan sarung tangan
    3. Utamakan selamat , manusia , dan hewan
    4. Palpasi secara halus ,cermat dan teliti
  •  PENTING DI PERHATIKAN INSEMINATOR
    1. Laporan peternak  : ajukan pertayaan : kapan mulai birahi , tanda- tanda
    2. Penilaian inseminator
    3. Pelaksanan IB
    4. Pencatatan
    5. Pengamatan birahi  18-24 hari Kemudian
    6. PKB
  • Teknik IB
    1. Persiapan Alat IB dan Ternak Akseptor
    2. Penilaian Kelayakan Ternak Akseptor —- Layak
    3. Thawing Semen Beku
    4. Setting Gun IB + Straw
    5. Pelaksanaan IB :
      1. Siapkan dan ikat ternak
      2. Pastikan waktunya tepat
      3. Bersihkan vulva dg kapas/tissue
      4. Palpasi rektal: -keluarkan kotoran tanpa keluarkan tangan, kenali dan pegang servix secara lembut, sambil didorong ke depan.
      5. Masukkan GUN IB dg posisi miring kearah atas
      6. Lewatkan cincin-cincin servix sampai cincin terakhir
      7. Semprotkan semen beku didepan dalam servix.
      8. Tarik GUN IB— check kondisi straw
      9. Catat nama,kode pejantan, tgl IB, dll
  • THAWING
    1. Semen Beku dalam kontainer N2 cair (suhu -196 derajat C)
    2. Siapkan air hangat bersih suhu 35 derajat C
    3. Semen beku dari kontainer dimasukkan ke dalam air hangat  selama 1 menit, dan
    4. Segera straw dimasukkan dalam GUN IB
    5. Siap untuk di IB kan, secepatnya
      • PERHATIKAN
        • N2 cair dalam KONTAINER mutlak merendam seluruh bagian straw
        • Thawing dilakukan dekat ternak ‘layak IB’
        • Jangan melakukan thawing, sekedar dengar laporan peternak. Apalagi jangan thawing di lokasi yang jauh. Dapat menurunkan kualitas serta belum tentu ternaknya layak.
        • Termos semen beku jangan diisi es batu.  ( harus N2 cair)
  • STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR ( SOP ) IB
  • Thawing semen
    1. Buka tutup container
    2. Pilih nomor canister dimana straw yang di ingginkan di simpan
    3. Angkat canister sampai kira-kira sampai batas leher container
    4. Tahan canister beberapa saat sementara di ambil straw yang di ingginkan dengan mengunakan pinset .
    5. Kembalikan canister ke dalam nitrogen cair .
  • Persiapan inseminasi Gun
    1. Tarik pistol pistolet sepanjang 15 cm ,dan tahan dengan jari kelingking tangan kiri.
    2. Pengang ujung straw di bagian sumbat pabrik dengan ibu jari dan telunjuk .
    3. Tahan ujung pistolet dengan jari kelingking dan masukan straw ke dalam lubang pistolet.
    4. Tekan ujung straw di bagian sumbat sampai straw duduk  pada tempatnya  di dalam pistolet .
    5. Gunting ujung straw sejajar dengan mata , sisakan kira-kira 0,5 cm di atas ujung gun .
    6. Pasang sheet menyelubungi straw kemudian kencangkan cincin kuncinya
    7. Usahakan agar sheet menyelubungi dengan sempurna ujung straw pada bagian bekas penggunting , karena bila tidak maka semen akan tersisa di dalam sheet pada waktu penyemprotan ( inseminasi) di lakukan.
    8. Secara halus dan perlahan –lahan tekanlah pistol kedalam pistolet   sampai di rasakan gerakan sumbat pabrik mendesak semen atau terlihat cairan semen di bagian ujung straw .
  • Tahap memasukkan inseminasi Gun ke dalam cervix
    1. Ambil serung tangan  disposibel dan masukkan ke dalam tangan yang akan masuk kedalam rectum .
    2. Ambil kertas tissue untuk mengeringkan sisa kotoran dengan tangan yang tidak bersarung .
    3. Angkat ekor sapi
    4. Masukan tangan bersarung plastik yang sudah di beri pelicin / sabun mandi ke dalam rectum .
    5. Bersihkan seluruh bibir vulva dari kotoran dan urine dengan tissue.
    6. Pergelangan tangan dalam rectum menekan ke bawah agar bibir vulva mudah di masuki ujung gun saat memasuki vagina.
    7. Masukkan gun sepanjang vulva , dengan ujung gun melekat pada bagian atas menyntuh tangan.
    8. Dengan hati-hati dorong gun ke depan dengan ujungnya ada di atas kantung kencing .
    9. Gerakkan gun ke depan sehingan masuknya gun tertahan ,bila ujung gun tertahan sebelum mencapai cervix ,dorong cervix searah kepala sapi. Dengan cara ini lipatan-lipatan dalam vagina merenggang dan memudahkan gun bergerak kedepan
    10. Tekan ke bawah , raba cervix dengan tangan yang bersarung dari rectum.
    11. Genggam bagian pangkal cervix dengan lembut,bila tidak dapat menyentuh cervix berarti bertahan di pelvis , kemudian dengan perlahan tekan gun ke depan tempelkan ujung gun tepat di tengah pangkal cervix.
    12. Goyangkan cervix ke kiri / kekanan  keatas agar ujung gun mudah masuk dalam cincin cervix hinga cincin terahkir cervix dan ujung gun berada 0,5-1,0 cm dari akhir batas cervix atau berada di badan uterus *( posisi IV)
    13. Semprotkan semen dengan cara menekan pistol secara perlahan –lahan dengan hitungan ke -8 atau ke 10 semen telah di semprotkan seluruhnya.
    14. Gun di tarik pelan-pelan dari cervix dan vagina .
    15. Mengeluarkan tangan dari rectum pelan –pelan .
    16. Lepaskan kunci ring pada gun dan dan di tarik plastic sheet dengan tangan yang berbungkus.
    17. Tarik sarung tangan dengan menggulung dari atas ke bawah dan mengembalikan bagian dalam menjadi bagian luar. Dengan cara ini permukaan yang kotor berada di dalam bersamaan dengan plastic sheet. Permukaan yang berada di luar adalah bagian yang bersih .
    18. Buang sarung plastik, straw dan tissue.
    19. Catat ke dalam kartu c-IV.
  • Sistem pencatatan  dan penilaian hasil inseminasi buatan
  • Pengertian  :
  • Sistem kegiatan yang meliputi indetifikasi , percatatan silsilah , percatatan reproduksi dan percatatan manajemen .
    1. Sistem percatatan secara garis besar .
    2. Syarat percatatan.
    3. Kegunaan percatatan.
    4. Penilaian hasil inseminasi buatan
  • (1) Sistem pencatatan  secara garis besar, meliputi ;
    1. Jumlah populasi ( dewasa , dara & anak ) untuk mengetahui berapa % akseptor IB
    2. Sistem pencatatan dan  pelaporan operasional IB (dosis SB, akseptor ,kebuntingan  dan kelahiran anak hasil IB )
    3. Sistem pencatatan & pelaporan yang mencakup kinerja pelaksanaan IB(S/C & CR )
    4. Jumlah tugas IB (inseminator,PKB,ATR )
  • (2) Syarat pencatatan
    1. Mudah di laksanakan di lapangan
    2. Berlanjut, di isi dengan jujur
    3. Berisi hal yang di perlukan bagi program IB .
  • (3) Kegunaan pencatatan
    1. Bernilai keterampilan kerja inseminator
    2. Menilai kesanggupan peternakan dalam mendeteksi birahi
    3. Menentukan sebab-sebab kegagalan yang bersumber pada penjantan atau hewan betina
    4. Memberikan data untuk penilaian hasil inseminasi dan efisiensi reproduksi
    5. Memberikan informasi silsilah anak yang lahir .
  • (4) Penilaian hasil inseminasi buatan
    1. Service per conception (S/C )
      • Adalah perhitungan jumlah pelayanan inseminasi (service = straw) yang di butuhkan oleh seekor betina sampai terjadinya kebutingan .
      • S/C =   Jumlah straw yang di gunakan/Jumlah sapi yang bunting  
      • Nilai S/C  yang normal bersekitar antara 1,5 sampai 2.0 makin mendekati nilai 1, makin tinggi kesuburan ternak betina dalam kelompok tsb. Sebaliknya makin tinggi nilai S/C makin rendah nilai kesuburan kelompok betina tsb.
    2. Angka kebuntingan atau conception rate ( CR)
      • Adalah presentase sapi betina yang bunting pada inseminasi pertama . tentukan berdasarkan hasil diagnose kebuntingan oleh dokter hewan atau petugas PKB/ATR dalam waktu 40 sampai 60 hari sesudah inseminasi .
      • C/R  = (∑ sapi bunting pada IB 1 /  ∑  sapi yg didiagnosa secara rectal) x 100 %
      • Nilai CR yang normal bersekitar antara 60 % sampai 80 %
  • Kop