[1] PKL-Nining-2011. ttg Studi Tatalaksana Pemeliharaan Ayam Petelur Fase Finisher

  • PKL-Ninng-1PKL-Ninng-2PKL-Ninng-3
  • STUDY TENTANG TATA LAKSANA PEMELIHARAAN AYAM PETELUR FASE FINISHER (UMUR 45-47 (MINGGU) DI DESA TANJUNG KECAMATAN TANJUNGANOM KABUPATEN NGANJUK di Bawah bimbingan Ir. Rohmad.
  • RINGKASAN
  • Praktek Kerja Lapang (PKL) dilaksanakan  mulai tanggal 01 sampai dengan tanggal 14 Pebruari 2011 di Peternakan Ayam Petelur milik Bapak Sarno di Desa Tanjung Kecamatan Tanjunganom Kabupaten Nganjuk.
  • Tujuan PKL adalah untuk mengetahui Bagaimana Tata Laksana Pemeliharaan Ayam Petelur Fase Finisher umur 45 – 47 Minggu di Desa Tanjung  Kecamatan Tanjunganom Kabupaten Nganjuk serta membandingkan teori yang diperoleh dengan kenyataan yang sebenarnya dilokasi Usaha Peternakan Ayam Petelur. Hasil PKL diharapkan dapat memberikan informasi dan menambah pengetahuan serta pengalaman tentang Tata laksana Pemeliharaan Ayam Petelur Fase Finisher pada Umur 45 – 47 Minggu.
  • Materi yang digunakan dalam PKL ini adalah Usaha Peternakan Ayam Petelur milik Bapak Sarno sebanyak 3.500 ekor ayam  petelur fase finisher umur 45-47 Minggu yang tersebar dalam 6 (enam) unit kandang. Adapun Parameter yang diamati meliputi Tata Laksana Kandang dan Perkandangan, Pakan, Pengendalian dan Pengobatan penyakit,  Produksi Telur dan Pasca panen (telur).
  • Metode yang digunakan dalam  PKL ini adalah  Metode Studi Kasus. Pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi langsung dan wawancara dengan peternak maupun petugas kandang dilokasi peternakan tersebut.
  • Hasil Pengamatan Usaha Peternakan Ayam Petelur Milik Bapak Sarno di Desa Tanjung Kecamatan Tanjunganom Kabupaten Nganjuk menunjukkan bahwa Berdiri sejak 1998, Jumlah Ayam sebanyak 3500 ekor, Strain Isa Brown, Kandang sebanyak 6 flock berukuran 10 x 7 m, atap monitor, bahan atap genteng dan Baterry 2-3 tingkat kepadatan 2 kor/baterry. Sedangkan Ransum terdiri dari Konsentrat Cargill, Jagung dan Bekatul dengan perbandingan 29 : 21 : 50. Pemberian Pakan sebanyak 2 kali sehari, pemberian air minum ad libitum, Produksi telur 76 %. Kesimpulan  menunjukan bahwa tata laksana pemeliharaan  ayam petelur fase finisher yang meliputi kandang dan perkandangan, pemberian pakan dan minum, pengendalian dan pencegahan penyakit, serta managemen  pasca panen  telah dilakukan dengan baik dan sudah memenuhi standart produksi. Disarankan untuk dilakukan pengamatan, seleksi dan culling yang rutin untuk memperoleh produksi yang optimal.
  • KATA PENGANTAR
  • Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala limpahan Rahmad, Taufik serta hidayah-Nya, sehingga Laporan Praktek Kerja Lapang (PKL) yang berjudul “STUDY TENTANG TATALAKSANA PEMELIHARAAN AYAM PETELUR FASE FINISHER (UMUR 45-47 MINGGU) DI DESA TANJUNG KECAMATAN TANJUNGANOM  KABUPATEN NGANJUK”  ini dapat terselesaikan dengan baik.
  • Pada  kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada Yth :
    1. Ir.Rohmad Selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Islam Kadiri (UNISKA) Kediri yang Sekaligus Sebagai Dosen Pembimbing.
    2. Ibu Efi Rokhana, Pt, MP Selaku Ketua Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Islam Kadiri (UNISKA) Kediri.
    3. Bapak Sarno, sebagai Pemilik Usaha Peternakan Ayam Petelur yang telah mengijinkan kami untuk melakukan PKL di lokasi peternakannya.
    4. Semua pihak yang telah membantu baik moril maupun materiil, sehingga Praktek Kerja Lapang ini dapat terlaksana dan terselesaikan dengan baik.
  • Penulis menyadari bahwa isi laporan ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan dari para pembaca serta semua pihak yang peduli terhadap usaha peternakan ayam petelur.
  • Harapan kami semoga laporan ini dapat memberikan manfaat dan tambahan informasi tentang tata laksana pemeliharaan ayam petelur bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.
  • Kediri,   M e i    2011
  • Penyusun
  • PKL-Ninng-4PKL-Ninng-5PKL-Ninng-6
  • BAB I. PENDAHULUAN
  • 1.1. Latar Belakang
  • Ayam adalah hewan yang termasuk kelas aves yang telah didomestikan dan perkembangbiakan serta cara hidupnya diatur dan diawasi oleh manusia agar memberikan nilai ekonomis. Sebagai sumber protein hewani asal ternak, maka ayam dapat menghasilkan daging (ayam pedaging) dan menghasilkan telur (ayam petelur) (Tri Yuwanta, 2008).
  • Menurut Sutawi (2007) bahwa Kunci sukses dalam budidaya ayam petelur tidak terlepas dari aspek produksi. Kegagalan produksi dapat mengakibatkan kerugian yang sangat besar seperti misalnya kurangnya persiapan untuk proses produksi. Namun, aspek produksi juga tidak terlepas dari pemasaran (marketing yang handal). Sehingga “Budidaya Ayam Petelur atau Layer, harus ada Sinergisme antara Bagian Produksi dengan Pemasaran”. Aspek Produksi yang menunjang keberhasilan suatu usaha peternakan terdiri dari tiga faktor yaitu bibit, pakan dan tata laksana/manajemen pemeliharaan atau lebih dikenal dengan segi tiga produksi.
  • Menurut Sudaryani dan Santoso (2003) Ayam Petelur umumnya mulai berproduksi pada umur 20-22 minggu dan produksi puncak dicapai pada umur 36 – 40 Minggu atau 4 – 5 bulan setelah berproduksi. Sedangkan dalam masa pemeliharaan ayam petelur di kenal tiga masa kritis yang membutuhkan perhatian dan menentukan performans dan produksi pada periode berikutnya, yaitu : Masa kritis I (0 – 6 Minggu), Masa Kritis II (15 – 22 Minggu) /Puncak Produksi dan Masa Kritis III ( 51 – 56 Minggu).
  • Berdasarkan hal tersebut diatas, maka perlu dilakukan praktek kerja lapang (PKL) tentang Tata Laksana Pemeliharaan Ayam Petelur Fase Finisher Umur 45 – 47 Minggu. Adapun pertimbangan pelaksanaan PKL adalah : (a) bahwa pada umur 45 – 47 Minggu merupakan masa penurunan produksi telur setelah produksi puncak serta masa transisi menuju masa kritis II; (b) kondisi umur 45 – 47 minggu membutuhkan tata laksana pemeliharaan yang berbeda bahkan lebih khusus pada aspek pakan dan kontrol penyakit serta penanganan masa moulting.
  • 1.2.  Rumusan Masalah
  • Adapun rumusan masalah dalam PKL ini adalah ”Bagaimanakah Tata Laksana Pemeliharaan Ayam Petelur Fase Finisher (umur 45 – 47 minggu) di Desa Tanjung Kecamatan Tanjunganom Kabupaten Nganjuk.
  • 1.3. Tujuan
  • Tujuan pelaksanan PKL ini adalah :
    1. Untuk mempelajari Tata Laksana Pemeliharaan Ayam Petelur khususnya pada Fase Finisher (umur 45 – 47 minggu),
    2. Untuk membandingkan antara Teori yang diperoleh dengan kenyataan yang sebenarnya di Lokasi Usaha Peternakan Ayam Petelur.
  • 1.4. Kegunaan
  • Hasil dari PKL ini diharapkan dapat berguna akan sebagai :
    1. Memberikan informasi tentang tata laksana pemeliharaan Ayam Petelur Fase finisher bagi penulis khususnya dan masyarakat pada umumnya.
    2. Menambah pengetahuan dan pengalaman mengenai Tata laksana Pemeliharaan Ayam Petelur Fase Finisher pada umur 45 – 47 Minggu.
  • BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
  • 2.1. Ayam Petelur
  • Ayam Petelur adalah jenis ayam yang memiliki kemampuan bertelur tinggi dimana produksivitasnya dapat mencapai 80% dengan jumlah produksi 200 – 250 butir /tahun/ ekor, Bobot Badan Rata-rata 1,8 kg, dan mencapai dewasa kelamin pada umur 160 hari (Anonimous, 2001).
  • Menurut Tri Yuwanta (2008) bahwa bangsa/kelas ayam yang cocok untuk dikembangkan sebagai ayam petelur adalah ayam memiliki ciri-ciri : bentuk tubuh lonjong (memanjang); bobot badan relatif ringan; tulang ringan; shank pipih dan melebar ke samping; sayap kuat dan dapat terbang, gerakan lincah temperamental dan peka terhadap perubahan cuaca; pertumbuhan bulu cepat (pada umur 4 bulan bulu sudah sempurna); jengger tumbuh cepat dan masak kelamin pada umur 4,5 – 5 bulan; produksi telur tinggi (250-300 butir/tahun) dan berat telur rata-rata 62 gram/butir sampai pada umur afkir (72 minggu); bebas dari sifat mengeram; jarak antara tulang sternum dan kloaka 4-5 jari dan jarak antara dua tulang pubis minimal 3-4 jari.
  • Berdasarkan warna bulu dan warna kerabang telurnya, maka jenis ayam dibedakan menjadi dua, yaitu : pertama ayam petelur putih yang berbulu putih dan telur putih pula,tubuh ramping,mata tajam jengger warna merah.Ayam ini mampu bertelur banyak dan dikenal sebagai petelur unggul, Jenis ras Leghorn Minorcas. Anconas, dan California White; sedangkan kedua,ayam petelur berwarna coklat dengan warna bulu coklat,dan kerabang telur coklat. Ayam ini agak gemuk,telur lebih besar tetapi bertelurnya lebih sedikit.Ayam petelur ini dikenal dengan ayam petelur dwiguna,yang mana awalnya sebagai penghasil telur dan setelah diafkir dapat dijual sebagai ayam pedaging, Jenis ras Rhode Islands Red dan New Hampshire (Barred rock, black australops, production red, gold star, black sex link, white rock, buff orpington, silver laced wyandotte.(Rasyaf,1995).
  • Adapun klasifikasi ilmiah ayam termasuk ayam petelur menurut Ensiklopedia bebas adalah sebagai berikut:
    • Kerajaan       : Animalia
    • Filum            : Chordata
    • Kelas            : Aves
    • Ordo             : Galliformes
    • Famili           : Phasianidae
    • Genus           : Gallus
    • Spesies         : G. gallus
    • Upaspesies   : G. g. domesticus
    • Nama Tradisional Gallus gallus domesticus
  • 2.2. Pemilihan Bibit
  • Menurut Dudung (1991) Ayam petelur yang dipelihara haruslah memenuhi syarat sebagai berikut, antara lain: a) Ayam petelur harus sehat dan tidak cacat fisiknya; b) Pertumbuhan dan perkembangan normal; c) Ayam petelur berasal dari bibit yang diketahui keunggulannya d) dapat menyesuaikan dengan iklim setempat dan tahan terhadap penyakit. Ada beberapa pedoman teknis untuk memilih bibit/DOC (Day Old Chicken) /ayam umur sehari: a) Anak ayam (DOC ) berasal dari induk yang sehat. b) Bulu tampak halus dan penuh serta baik pertumbuhannya .c) Tidak terdapat kecacatan pada tubuhnya d) Anak ayam mempunyak nafsu makan yang baik. e) Ukuran badan normal, ukuran berat badan antara 35-40 gram. f) Tidak ada letakan tinja diduburnya.
  • Adapun ayam ras yang sudah ada di Indonesia yaitu :
    1. Red (Rhode Island Red = RIR)
      • Ayam ini termasuk klas Amerika,berasal dari Amerika. Adapun ciri-cirinya yaitu Ukuran badan sedang (setengah berat), Type penelur dan pedaging (dwi guna), jengger tunggal merah, kaki,paruh kuning kehijauan, kuping merah,bulu merah tua atau kecoklatan, tabiat tenang, gerakan lambat, mulai bertelur umur  6 – 7 bulan, lambat dewasa,warna telur coklat muda,produksi telur 200 – 250 butir/tahun.
    2. White Leghorn (WL)
      • Ayam ini termasuk klas Meditterania, yang berasal dari Italia. ciri-ciri khas (pokok) ayam ini ialah : ukuran badan kecil, warna bulu putih, jengger (balung) tunggal berwarna merah, pada yang jantan tegak, sedangkan yang betina jatuh ke samping, kaki dan paruh kuning  sesudah dewasa (bertelur) memutih, kuping (lipatan kulit belakang telinga) putih, tabiatnya gembira, aktif mencari makan, mudah terkejut ,mulai bertelur umur 5 – 6 bulan, produksi telur 250 – 300 butir/tahun.
  • Menurut Tri Yuwanta (2008) Pemilihan Bibit dan Calon Induk melalui Penyiapan bibit ayam petelur yang berkriteria baik tergantung dari :
    1. Konversi Ransum. Konversi ransum merupakan perabandingan antara ransum yang dihabiskan ayam dalam menghasilkan sejumlah telur. Keadaan ini sering disebut dengan ransum per kilogram telur. Ayam yang baik akan makan sejumlah ransum dan menghasilkan telur yang lebih banyak/lebih besar daripada sejumlah ransum yang dimakannya. Bila ayam itu makan terlalu banyak dan bertelur sedikit maka hal ini merupakan cermin buruk bagi ayam itu. Bila bibit ayam mempunyai konversi yang kecil maka bibit itu dapat dipilih, nilai konversi ini dikemukakan berikut ini pada berbagai bibit ayam dan juga dapat diketahui dari lembaran daging yang sering dibagikan pembibit kepada peternak dalam setiap promosi penjualan bibit ayamnya.
    2. Produksi Telur. Produksi telur sudah tentu menjadi perhatian. Dipilih bibit yang dapat memproduksi telur banyak. Tetapi konversi ransum tetap utama sebab ayam yang produksi telurnya tinggi tetapi makannya banyak juga tidak menguntungkan.
    3. Prestasi bibit dilapangan/dipeternakan. Apabila kedua hal diatas telah baik maka kemampuan ayam untuk bertelur hanya dalam sebatas kemampuan bibit itu.
  • Contoh prestasi beberapa jenis bibit ayam petelur dapat dilihat pada data di bawah ini.
  • Tipe Ringan :
    1. Babcock B-300 : berbulu putih, type ringan, produksi telur(hen house) 270, ransum 1,82 kg/dosin telur.
    2. Dekalb Xl-Link : berbulu putih, type ringan, produksi telur(hen house) 255-280, ransum 1,8-2,0 kg/dosin telur.
    3. Hisex white : berbulu putih, type ringan, produksi telur(hen house) 288, ransum 1,89 gram/dosin telur
    4. H & W nick : berbulu putih, type ringan, produksi telur(hen house) 272, ransum 1,7-1,9 kg/dosin telur
    5. Hubbarb leghorn : berbulu putih, type ringan, produksi telur(hen house)260, ransum 1,8-1,86 kg/dosin telur.
    6. Ross white : berbulu putih, type ringan, produksi telur(hen house) 275, ransum 1,9 kg/dosin telur.
    7. Shaver S 288 : berbulu putih, type ringan, produksi telur(hen house)280, ransum 1,7-1,9 kg/dosin telur
  • Tipe Dwiguna :
    1. Babcock B 380: berbulu cokelat, type Dwiguna, produksi telur(hen house) 260-275, ransum 1,9 kg/dosin telur.
    2. Hisex brown : berbulu cokelat, type Dwiguna, produksi telur(hen house)272, ransum 1,98 kg/dosin telur..
    3. Hubbarb golden cornet : berbulu cokelat, type Dwiguna, produksi telur(hen house) 260, ransum 1,24-1,3 kg/dosin telur.
    4. Ross Brown : berbulu cokelat, type Dwiguna, produksi telur(hen house) 270, ransum 2,0 kg/dosin telur.
    5. Shaver star cross 579 : berbulu cokelat, type Dwiguna, produksi telur(hen house) 265, ransum 2,0-2,08 kg/dosin telur.
    6. Warren sex sal link : berbulu cokelat, type Dwiguna, produksi telur(hen house) 280, ransum 2,04 kg/dosin telur.
  • Menurut Rasyaf (1995) Performans Beberapa Strain Ayam Petelur seperti tertera pada Tabel 1. berikut :
  • PKL-Ninng-7
  • 2.3.  Managemen Pakan dan Air Minum
  • Pakan adalah Sesuatu zat yang diperlukan oleh ternak untuk memenuhi kebutuhan hidupnya yang digunakan untuk menganti sel-sel yang rusak. Didalam budidaya ayam petelur yang serius dan mempunyai tujuan ekonomis tatalaksana pakan harus menjadi perhatian yang utama. Pakan yang baik akan menyebabkan ayam mempunyai produksi telur yang baik pula. Rasyaf (1995).
  • Menurut Sudaryani dan Santoso (2003) pakan yang diberikan pada seekor ternak harus mampu mencukupi dalam arti bahwa pakan yang diberikan pada ternak itu sesuai banyaknya dengan kebutuhan ternak yang bersangkutan. Bahan utama yang diperluan dalam pakan unggas adalah butiran, bungkil, tepung ikan,dan hasil ikutan jagung, gandum dan beras. Fungsi pakan yang diberikan pada prinsipnya memenuhi kebutuhan pokok untuk hidup, membentuk sel dan jaringan tubuh, serta mengganti bagian sel yang rusak.
  • Standart Kebutuhan Protein dan Energi pakan ayam petelur adalah seperti tertera pada Tabel 2. berikut :
  • PKL-Ninng-8
  • Sedangkan Perkembangan Normal Bobot Badan, Konsumsi Pakan & Produksi Telur Ayam Petelur Coklat seperti tertera pada Tabel 3 berikut.
  • PKL-Ninng-9
  • Bahan baku yang digunakan untuk mencampur pakan ayam adalah bahan baku pakan yang mengandung zat-zat makanan yang dapat memenuhi kebutuhan ayam yang mengkonsumsi. Untuk memenuhi zat-zat nutrisi pakan dilakukan dengan cara menggabungkan bahan-bahan yang tersedia dalam perbandingan yang tepat (Anggorodi,1995).
  • Wendarto dan Madyana (1987) pakan memerlukan perhatian khusus karena sebagian besar biaya yang digunakan dalam suatu peternakan yang membutuhkan dana yang besar adalah untuk pembelian pakan.Pakan juga faktor penting untuk tinggi rendahnya produksi ternak.Pemberian pakan yang sesuai akan memberikan hasil yang sesuai pula,jika bibit sudah baik,manajemen juga bagus tetapi pakan tidak bagus maka peternakan tersebut tidak akan memperoleh hasil yang memuaskan karena ketiga faktor tersebut harus seimbang.
  • Ayam memperoleh air melalui air minum dan air yang ada dalam pakan.Faktor yang mempengaruhi konsumsi air adalah besar tubuh ayam,jumlah ayam serta jenis pakan yang diberikan pada ternak terdiri dari unsur yang sama dengan unsur pembentuk tubuh dan hasil ternak yang bersangkutan.Oleh karena itu makanan mengandung air dan bahan kering yang terdiri dari bahan organik dan non organik atau mineral. (Anggorodi, 1995). Peningkatan temperatur lingkungan mengakibatkan penurunan dalam jumlah makanan yang dimakan dan perubahan-perubahan dalam tingkah laku.Vitamin dibutuhkan tubuh dalam jumlah kecil untuk membantu proses metabolisme. kekurangan vitamin tertentu dapat menyebabkan pertumbuhan terhambat, produksi menurun, bahkan dapat menimbulkan penyakit. (Rasyaf, 1995).
  • Menurut Tri Yuwanta (2008) Pemberian minum disesuaikan dangan umur ayam dan biasanya dilakukan secara ad libitum. Namun sebagai acuan yang terbatas pemberian air minumnya maka dalam hal ini dikelompokkan dalam 2 (dua) fase yaitu:
    1. Fase starter (umur 1-29 hari) kebutuhan air minum terbagi lagi pada masing-masing minggu, yaitu minggu ke-1 (1-7 hari) 1,8 lliter/hari/100 ekor; minggu ke-2 (8-14 hari) 3,1 liter/hari/100 ekor; minggu ke-3 (15-21 hari) 4,5 liter/hari/100 ekor dan minggu ke-4 (22-29 hari) 7,7 liter/hari/ekor.
      • Jadi jumlah air minum yang dibutuhkan sampai umur 4 minggu adalah sebanyak 122,6 liter/100 ekor. Pemberian air minum pada hari pertama hendaknya diberi tambahan gula dan obat anti stress kedalam air minumnya. Banyaknya gula yang diberikan adalah 50 gram/liter air.
    2. Fase finisher (umur 30-57 hari), terkelompok dalam masing-masing minggu yaitu minggu ke-5 (30-36 hari) 9,5 lliter/hari/100 ekor; minggu ke-6 (37-43 hari) 10,9 liter/hari/100 ekor; minggu ke-7 (44-50 hari) 12,7 liter/hari/100 ekor dan minggu ke-8 (51-57 hari) 14,1 liter/hari/ekor. Jadi total air minum 30-57 hari sebanyak 333,4 liter/hari/ekor. Sedangkan untuk hari-hari selanjutnya pemberian air minum seperti pada minggu ke-8.
  • 2.4. Kandang dan Perkandangan
  • Kandang merupakan unsur penting dalam usaha peternakan ayam. Kandang adalah bangunan atau tempat yang dipergunakan mulai dari awal hingga masa berproduksi. Perkandangan merupakan kumpulan dari seluruh kandang-kandang yang ada dengan suatu aturan tertentu. Pada prinsipnya, kandang yang baik adalah kandang yang sederhana, biaya pembuatan murah, dan memenuhi persyaratan teknis. Kandang berfungsi untuk melindungi ternak ayam dari pengaruh buruk iklim, seperti hujan, panas matahari, atau gangguan-gangguan lainnya. Kandang yang nyaman dan memenuhi syarat-syarat perkandangan akan memberikan dampak positif karena ternak menjadi tenang dan tidak stres. Selanjutnya, ternak akan memberikan imbalan produksi yang lebih baik bagi peternak pemelihara. Sudaryani dan Santosa ( 2003).
  • Menurut Rasyaf (1995) Secara makro, kandang berfungsi sebagai tempat tinggal bagi unggas agar terlindung dari pengaruh-pengaruh buruk iklim (hujan, panas, dan angin) serta gangguan lainnya (hewan liar atau buas dan pencurian) sedangkan secara mikro, kandang berfungsi menyediakan lingkungan yang nyaman agar ternak terhindar dari cekaman. Lokasi kandang yang baik adalah yang berdekatan dengan sumber air. Dengan adanya sumber air kebutuhan akan air yang bersih dan sehat akan lebih mudah tercukupi.Kandang harus diupayakan jauh dari pemukiman penduduk. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi resiko stres yang terjadi akibat adanya aktivitas kerja masyarakat. Lokasi dan tata letak kandang selalu diperhatikan dalam membangun suatu perkandangan, supaya dapat menghindari penyakit dan pemborosan tenaga.
  • Tipe atap kandang juga harus diperhatikan secara serius,tipe atap kandang biasanya disesuaikan dengan kandang.Tipe atap kandang mempunyai pengaruh besar dan menciptakan sirkulasi udara yang sehat,temperatur dan kelembaban kandang. Atap yang baik menggunakan atap dari genthing. Karena pada waktu siang hari tidak menimbulkan suhu yang terlalu panas dibandingkan atap dari seng. Untuk daerah tropis tipe atap yang cocok adalah tipe gable dan monitor. Gable adalah paling sesuai untuk menahan hujan tropis yang lebat (Martono, 1996)
  • Menurut Rasyaf (1995) Kandang yang baik harus memiliki gudang yang memadai untuk penyimpanan pakan,penampungan telur dan penyimpanan peralatan-peralatan kandang. Tempat penampungan telur sebaiknya ditaruh pada peti atau egg tray guna menghindari kerusakan-kerusakan atau telur pecah.timbangan juga harus dipersiapkan dalam gudang untuk menimbang telur saat melakukan penjualan. Beberapa prinsip penting dalam mengatur tata letak kandang yaitu: 1) ayam tidak dapat ditempatkan di tempat yang ramai, terutama bila ayam petelur sudah bertelur, 2) ayam yang mempunyai umur yang berbeda tidak dapat ditempatkan dalam kandang yang sama, 3) jarak antar kandang ayam yang berumur tidak sama minimal 10 m, sedangkan kandang ayam yang berumur sama boleh saling berdekatan, 4) kemudahan dalam pengelolaan.
  • Menurut Sudaryani dan Santosa (2003), letak kandang sebaiknya memanjang dari Barat ke Timur agar ayam tidak terkena panas matahari yang berlebihan, sehingga amoniak di dalam kandang tidak tinggi dan udara segar dapat membuat pertumbuhan ayam menjadi baik. Persentase pelepasan panas dengan penguapan panas unggas lebih tinggi dalam iklim yang panas dan kering dari pada yang panas dan lembab. Oleh karena itu bentuk kandang dan bangunan kandang sangat berarti dalam mengurangi panas dan kelembaban di tropis. Lantai kandang postal menggunakan sistem litter atau disemen, kecuali kandang postal tingkat yang ada di unit Siencek terbuat dari bambu. Kebaikan lantai semen antara lain kuat dan tahan lama, tidak mudah menjadi sarang tikus, mudah membersihkannya dan sedikit biaya pemeliharaannya. Kekurangannya adalah biaya pembuatannya relatif mahal, kandang tidak dapat dipindah-pindahkan, dan tidak dapat menyerap air (Sudaryani dan Santosa,2003).
  • Menurut Syahrul dan Maloedyn (2004) Iklim kandang yang cocok untuk beternak ayam petelur meliputi persyaratan temperatur berkisar antara 32,2–35 0C, kelembaban berkisar antara 60–70%, penerangan dan atau pemanasan kandang sesuai dengan aturan yang ada, tata letak kandang agar mendapat sinar matahari pagi dan tidak melawan arah mata angin kencang serta sirkulasi udara yang baik, jangan membuat kandang dengan permukaan lahan yang berbukit karena menghalangi sirkulasi udara dan membahaya-kan aliran air permukaan bila turun hujan, sebaiknya kandang dibangun dengan sistem terbuka agar hembusan angin cukup memberikan kesegaran di dalam kandang. Untuk kontruksi kandang tidak harus dengan bahan yang mahal, yang penting kuat, bersih dan tahan lama. Selanjutnya perlengkapan kandang hendaknya disediakan selengkap mungkin seperti tempat pakan, tempat minum, tempat air, tempat ransum, tempat obat-obatan dan sistem alat penerangan.
  • Wiharto (1990) menyatakan bahwa untuk tipe medium (Super Harco) ukuran lokal kandang battery yang baik adalah 40 x 25 cm per ekor  sedangkan untuk 2 ekor 40 x 40 cm. Penempatan usaha ternak (kandang) di tempat-tempat tinggi kiranya sangat membantu ternak ayam mengatasi persoalan suhu. Saat-saat suhu dingin dimalam hari ternak berusaa melepaskan panas badan yang diderita di siang hari.
  • PKL-Ninng-10
  • 2.5. Managemen Penyakit
  • Ternak yang makan dan minum dan kondisinya baik, akan lebih tahan penyakit dari pada ayam yang kekurangan  zat makanan,stres atau ayam yang terserang penyakit,penyebab awal,terutama yang berhubungan dengan lingkungan tidak dapat diabaikan.Pengelolaan yang baik dapat berperan terutama menghilangkan atau mengurangi faktor-faktor lingkungan penyebaran penyakit.(Whendharto dan Madyana, 1987).
  • Yang perlu diperhatikan mengenai segi penyakit adalah bagaimana cara untuk mencegahnya.Jika ayam sudah terserang penyakit akan lebih sulit dan kewalahan untuk menanganinya apalagi penyakit yang menyerang jenis penyakit berat.Yang mana hal ini akan berdampak pada produksi ternak.Untuk mencegah penyakit datang dengan cara pemberian vaksinasi secara teratur.Vaksinasi adalah suatu pencegahan penyakit dengan cara memberikan suatu kekebalan terhadap suatu jenis penyakit  yaitu dengan cara menginjeksikan bibit penyakit  yang telah dilemahkan atau dimatikan virulensinya. Namun jika penyakit telah menyerang cara yang dilakukan adalah dengan cara memisahkan ternak yang terserang penyakit dengan ternak yang sehat.(Wiharto, 1990).
  • Menurut Tri Yuwanta (2008) mengemukakan bahwa penyakit yang pencegahannya dilakukan dengan vaksinasi antara lain adalah : New Castle Disease, Fowl Pox, IB ( Inffectious Bronchitis ), AE ( Avian Encephalomyelitis pada induk bibit), Mareks ( Vaksinasi di Breeder )fowl Typhoid ), Fowl Cholera dan CRD ( Chroniced Respiratory Disease ) dsb
  • Usaha pencegahan telah diupayakan dengan sebaik-baiknya masih pula terdapat terdapat penyakit yang bersifat acute, sub-acute, kronis yang menyerang ternak yang dipelihara pada keadaan yang demikian peternak sebgai manager harus secepatnya mengambil tindakan untuk mengatasi yang berarti melakukan tindakan, sesuai dengan pernyataan Sudaryani dan Santoso (2003): (a) Penyembuhan (b) Membatasi penyebaran atau mengurangi kematian ternak (c) Membatasi penyebaran penyakit pada ternak lain (d) Memutuskan stamping out atau dibunuh.
  • Wiharto (1990) menambahkan bahwa,mengatasi dengan melakukan stamping out atau dibunuh merupakan upaya yang terakir kalau dianggap bahwa ternak : (a) Tidak akan sembuh baik (b) Berakibat produksi rendah (c) Berbahaya bagi ternak lain dan (d) Tidak ekonomis yang berarti biaya penyembuhan tidak sesuai dengan hasil yang diharapkan.
  • 2.6. Produksi Telur
  • Menurut Tri Yuwanta (2008) bahwa keluarnya telur dari oviduc merupakan hasil kerja bersama yang dikoordinasi oleh faktor fisiologis seperti kontraksi otot uterus dan relaksasi vagina untuk melepaskan telur.
  • Dudung (1991) menjelaskan bahwa produksi telur dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor genetik dan faktor luar. Faktor genetik atau keturunan adalah faktor yang diperoleh sejak lahir, sedangkan faktor luar antara lain tatalaksana, makanan, perkandangan, lingkungan dan penyakit. Kedua faktor ini menentukan tinggi rendahnya faktor produksi. Sedangkan menurut Tri Yuwanta (2008) faktor yang berpengaruh pada produksi telur antara lain : Originalitas ayam, umur ayam, umur dewasa kelamin, berat ayam, moulting, faktor lingkungan seperti temperatur dan pencahayaan, pakan dan pemabatasan pakan.
  • Menurut Whendharto dan Madyana (1987) dalam budidaya ayam petelur maka produksi telur dapat berupa jumlah telur yang dihasilkan dari ayam petelur yang dipelihara atau berat telur yang diperoleh dari sejumlah ayam yang dipelihara.
  • Sedangkan untuk mengukur produksi telur menurut Pramu S. (1990):
    1. Perhitungan berdasarkan jumlah layer perhari ( produksi harian = Hen Day Egg Production ) yaitu daya berproduksi ( n ) kelompok layer pada hari itu (m) dalam persentas.
      •  Produksi Harian  (HDP) = ( n/ m ) x 100%
    2. Berdasarkan jumlah layer yang mula-mula masuk atau produksi per periode (Henhouse Egg Production) yaitu daya berproduksi (n) dari sekelompok layer selama periode tertentu dibagi jumlah layer pada waktu dimasukkan  (m) pada periode tertentu tersebut  (t).
      • Produksi Per Periode (HHP) = {n / (m x t)} x 100%
      • Perhitungan cara ini lebih banyak dipergunakan karena dapat mengetahui performan pemeliharaan dan kematian.
    3. Perhitungan berdasarkan jumlah layer rata-rata dalam seminggu atau sebulan. Apabila perhitungan dilakukan per minggu yang mana jumlah layer awal minggu (m 1) sedangkan jumlah layer akhir minggu (m 2) sedangkan jumlah produksi dalam minggu tersebut n butir,maka rumusnya menjadi :
      • PKL-Ninng-11
  • Dari perhitungan diatas maka peternak dapat mengetahui grafik produksi telur per hari,perminggu atau bulan sampai unggas / layer diafkir, dengan demikian akan diketahui bagaimana pola produksi apakah sudah sesuai dengan kemampuan layer yang dipelihara,apabila tidak sesuai atau produksi jelek harus secepatnya mengetahui penyebabnya ,apakah dari faktor bibit,pakan atau manajemen.
  • 2.7. Managemen Pasca Panen
  • Pengambilan telur dilakukan dua kali sehari untuk menghindari tingkat stres yang tinggi pada ayam,dan menghindari telur pecah akibat dipatuk atau terjatuh.Yang pertama pada pukul 08.00 dan yang kedua pada pukul 14.00. Lalu telur dijual langsung untuk menjaga kesegaran telur dan kwalitasnya.untuk menghindari kerusakan pada waktu pengiriman hendaknya  menggunakan egg tray dengan posisi telur yang lancip berada dibawah dan yng tumpul di atas. (Syahrul dan Maloedyn, 2004).
  • Menurut Tri Yuwanta (2008) bahwa beberapa kriteria untuk menentukan kualitas kerabang (kulit luar) telur antara lain : kebersihan kulit telur, bentuk telur, warna kerabang, soliditas kerabang telur dan rongga udara.
  • Limbah yang telah menumpuk dibersihkan 1 minggu sekali untuk menghindari ketidak nyamanan ayam.Ayam akan terganggu jika udara dikandang tercemar.Yang mana hal tersebut dapat menyebabkan penurunan produksi telur jika tidak segera ditangani.Limbah dimasukkan kedalam sak yang telah disediakan dan selanjutnya ditaruh ditempat penampungan limbah. Limbah dapat diproses lagi untuk digunakan sebagai pupuk kandang. Wiharto (1990).
  • BAB III. MATERI DAN METODE
  • 3.1. Lokasi dan Waktu Kegiatan
  • Praktek Kerja Lapang dilaksanakan dengan cara magang kerja di peternakan milik Bapak Sarno Desa Tanjung,  Kecamatan Tanjunganom  Kabupaten Nganjuk. mulai tanggal 01 sampai 14 Pebruari 2011.
  • 3.2. Materi
  • Materi yang digunakan dalam Praktek Kerja Lapang ini adalah usaha peternakan ayam petelur fase finisher (umur 45-47 minggu) sebanyak 3.500 ekor yang tersebar dalam 6 flock kandang. Parameter yang diamati meliputi ,Pemilihan Bibit, managemen pakan, kandang dan perkandangan, managemen  penyakit, produksi telur dan managemen pasca panen.
  • 3.3. Metode Kegiatan
  • Metode yang digunakan dalam praktek kerja lapang ini adalah study kasus, pengumpulan data dilakukan dengan observasi langsung serta wawancara dengan peternak maupun  petugas kandang. Data yang diperoleh selanjutnya dianalisa secara diskriptif untuk memberikan uraian secara lengkap, terperinci dan sistematis tentang tatalaksana pemeliharaan ayam petelur fase finisher (umur 45 – 47 minggu) milik Bpk.Sarno di Desa Tanjung Kecamatan Tanjunganom Kabupaten Nganjuk.
  • 3.4. Batasan Istilah
    • Fase finisher : ayam petelur masa produksi yang sudah berumur ditas 22 minggu.
    • Sistem kandang Battery :bangunan kandang yang berbentuk sangkar berderet-deret menyerupai battery dan mempunyai ruangan yang hanya dapat menampung ayam satu sampai tiga ekor
  • BAB IV.HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
  • 4.1. Gambaran Umum Lokasi Peternakan
  • Usaha peternakan ayam petelur milik Bapak Sarno terletak di Desa Tanjung Kecamatan Tanjunganom Kabupaten Nganjuk. Berjarak kurang lebih 2 Km dari Kecamatan Tanjunganom, yang terletak pada ketinggian  kurang lebih 133 dari permukaaan air laut.
  • Tempat usaha ayam petelur milik Bapak Sarno mempunyai luas lahan kurang lebih 4.300 m2 dengan ukuran panjang 85 m,lebar 50 m yang didirikan pada tahun 1998. Jarak peternakan dengan pemukiman penduduk dekat karena didesa tersebut sudah tidak awam lagi terdapat peternakan dsekitar rumah warga karena sebagian banyak warga beternak ayam. Jadi tidak ada yang keberatan dengan keadaan setiap harinya seperti bau dan situasinya.Namun setiap peternak di desa setempat khususnya Bapak Sarno sangat mengutamakan kenyamanan jadi ada kiat-kiat agar bau tidak begitu menyengat dan mencemari lingkungan setempat.Selain kebersihan kandang yang rutin juga diberi penyemprotan kandang agar bau berkurang.
  • Walaupun Sudaryani dan Santoso (2003) menyatakan bahwa dalam memilih usaha peternakan ayam petelur agar tidak mengganggu kepentingan umum sebaiknya berjarak kurang lebih 250 m dari pemukiman penduduk,namun karena keadaan sekitar peternakan milik Bapak Sarno mendukung dan tidak ada yang merasa terganggu maka peternakan tersebut tetap dijalankan.
  • Untuk mendukung berjalannya peternakan Bapak Sarno dibantu oleh 1 karyawannya yang mana semua tugas dilimpahkan pada karyawannya tersebut, baik pengadukan pakan,pembersihan kandang,pemberian pakan dan minum,dan pengambilan telur. Pengambilan telur dilakukan 2 kali sehari.
  • Kegiatan untuk pagi hari dimulai pada pukul 05.30 – 11.30 WIB yaitu meliputi pembersihan air minum,pemberian pakan dan minum,dan pencampuran ransum yang dilakukan 3 hari sekali sebanyak 6 kwintal. Kegiatan sore hari dimulai pukul 13.00 – 16.30 WIB yaitu meliputi pemberian pakan ,meratakan pakan yang telah ada ditempat pakan, membersihkan tempat minum dan memberikan minum,dan pengambilan telur.
  • Jumlah ternak yang dipelihara pada peternakan milik Bapak Sarno sejumlah 3.500 ekor fase Finisher (umur 45 – 47 minggu ).Untuk Strain ayam yang digunakan adalah Strain parent stock Isa Brown yang diproduksi oleh PT.Wonokoyo. Adapun ciri-ciri yang dimiliki oleh Strain parent stock Isa Brown adalah : warna bulu coklat,warna paruh putih kecoklatan,jengger,muka dan pial warnanya merah,mulai bertelur umur 4 bulan lebih dua minggu.Kelebihan dari strain ini adalah tidak gampang stres,produksi telur tinggi,mudah adaptasi,pertumbuhan cepat,dan lebih tenang.
  • Bibit yang terdapat dpeternakan tersebut sesuai dengan pendapat Tri Yuwanta (2008) bahwa ciri-ciri bibit yang baik adalah : tingkah laku lincah, bahkan mudah terkejut, ukuran badan relatif kecil,cepat berproduksi, telurnya banyak,jarang atau tidak mengeram,efisien dalam mengubah zat pakan menjadi hasil.
  • Sarana dan prasarana yang mendukung peternakan milik Bapak Sarno antara lain : 6 unit kandang petelur lengkap dengan baterainya, 1 unit gudang pakan sebagai penyimpanan pakan,serta peralatan kandang seperti ember,scrop,gerobak,alat semprot,egg tray,timbangan,alat-alat kebersihan dan tempat pencampuran pakan.1 unit rumah untuk pekerjanya,dapur,dan kamar mandi.
  • 4.2.  Pemilihan Bibit
  • Bibit yang dipilih haruslah bibit yang berkwalitas unggul agar mendapatkan produksi yang tinggi.Strain yang digunakan juga harus bagus dan memiliki keunggulan supaya ayam mudah dipelihara, tidak gampang stres,pertumbuhan cepat,produksi tinggi. Peternakan milik bapak Sarno memilih bibit jenis Red (Rhode Island Red = RIR).
  • Ayam ini termasuk klas Amerika,berasal dari Amerika.adapun ciri-cirinya yang pokok dari pada ayam Red ialah Ukuran badan sedang ( setengah berat ), Type penelur dan pedaging (dwi guna),jengger tunggal merah,kaki,paruh kuning kehijauan,kuping merah,bulu merah tua atau kecoklatan,tabiat tenang,gerakan lambat,mulai bertelur umur  6 – 7 bulan,lambat dewasa,warna telur coklat muda,produksi telur 200 – 250 butir/tahun.
  • Menurut Dudung (1991) bibit harus dipilih dari jenis unggul,yaitu yang produksinya tinggi,dapat menyesuaikan dengan iklim setempat,tahan terhadap penyakit.
  • 4.3. Kandang dan Perkandangan
  • Model atap menggunakan monitor yang baik untuk sirkulasi udara.Jenis kandang adalah kandang open house.Bangunan kandang menggunakan kontruksi dari kayu yang cukup kuat dan tiangnya menggunakan beton,atapnya menggunakan gentheng,ukuran kandang fase finisher adalah : panjang 40 cm , lebar 35 cm dan tinggi 36 cm yang diisi 2 ekor ayam,untuk baterainya terdiri dari 2 tingkat dan 3 tingkat sedangkan untuk ukuran tiap unit kandang adalah : panjang 10 m ,lebar 7 meter dan jarak antar unit kandang 20 meter .Sesuai dengan pendapat Rasyaf (1995) bahwa dalam kandang jangan lebih dari 10 m dan jarak antar kandang 20 m,untuk menghindari polusi udara.Pada tempat yang banyak angin maka kandang dibuat dengan atap rendah.Pada peternak kecil umumnya kandang dibuat dengan dalam  2 m sampai 5 m ( sistem pemeliharaan flock),sedangkan untuk battery kedalaman sampai 10 m.
  • Untuk tempat pakan terbuat dari bahan paralon yang dibelah memanjang sepanjang bangunan kandang,sedangkan tempat minum juga terbuat dari paralon yang dibelah tapi ukurannya lebih kecil dari tempat pakan,sedangkan penempatannya tempat minum berada di atas sedangkan tempat pakan berada dibawah.Dengan tujuan agar tempat minum tidak gampang kotor karena ceceran pakan yang tumpah.
  • Kandang dibuat membujur dari arah timur kebarat dengan tujuan agar ternak mendapat sinar matahari pagi. Hal ini sesuai dengan pendapat Pramu.S (1980) yang menyatakan bahwa penyinaran yang cukup perlu diberikan agar dapat menggertak hormon reproduksi yang pada akhirnya memacu pembentukan telur pada ovariumKandang dibuat membujur dari arah timur kebarat dengan tujuan agar ternak mendapat sinar matahari pagi. Hal ini sesuai dengan pendapat Pramu.S (1980) yang menyatakan bahwa penyinaran yang cukup perlu diberikan agar dapat menggertak hormon reproduksi yang pada akhirnya memacu pembentukan telur pada ovarium.
  • Pemberian lampu penerang menggunakan lampu dop 10 watt dengan jarak 4 m .Dinyalakan mulai pukul 18.00 sampai pukul 21.00 dan pagi mulai pukul 04.00 sampai pukul 05.30 WIB. Hal ini sesuai dengan pendapat Anonimous (2001) bahwa, penambahan lampu penerangan pada kandang finisher adalah 2,5 – 3 jam / hari.penambahan cahaya dari lampu pada malam hari dapat memperpanjang aktifitas ayam untuk makan dan membantu proses produksi telurPemberian lampu penerang menggunakan lampu dop 10 watt dengan jarak 4 m .Dinyalakan mulai pukul 18.00 sampai pukul 21.00 dan pagi mulai pukul 04.00 sampai pukul 05.30 WIB. Hal ini sesuai dengan pendapat Anonimous (2001) bahwa, penambahan lampu penerangan pada kandang finisher adalah 2,5 – 3 jam / hari.penambahan cahaya dari lampu pada malam hari dapat memperpanjang aktifitas ayam untuk makan dan membantu proses produksi telur.
  • Adapun kandang baterainya menggunakan kayu yang tiap kotaknya di isi 2 ekor ayam yang terdiri dari 2 tingkat dan 3 tingkat.Untuk tempat pakannya terbuat dari dari  paralon yang dibelah memanjang sepanjang bangunan kandang.sedangkan untuk tempat minumnya terbuat dari paralon yang dibelah juga namun ukurannya lebih kecil dari pakan.Untuk penempatannya tempat pakan berada dibawah dan tempat minum berada di atas sehingga tempat minum tetap bersih tidak terkena ceceran pakan yang tumpahAdapun kandang baterainya menggunakan kayu yang tiap kotaknya di isi 2 ekor ayam yang terdiri dari 2 tingkat dan 3 tingkat.Untuk tempat pakannya terbuat dari dari  paralon yang dibelah memanjang sepanjang bangunan kandang.sedangkan untuk tempat minumnya terbuat dari paralon yang dibelah juga namun ukurannya lebih kecil dari pakan.Untuk penempatannya tempat pakan berada dibawah dan tempat minum berada di atas sehingga tempat minum tetap bersih tidak terkena ceceran pakan yang tumpah.
  • 4.4. Managemen Pakan
  • Pakan yang diberikan adalah ransum setengah jadi atau pakan ransum yang diaduk sendiri,yaitu terdiri dari konsentrat, jagung dan bekatul. Konsentrat yang digunakan adalah Pabrik Pakan Bersetandart HACEP SYSTEM, produksi PT.CARGILL PASURUAN  INDONESIA.
  • Komposisi campuran pakan ayam petelur fase finisher umur 45-47 minggu adalah 29% konsentrat,21% jagung dan 50% dedak sebagai perbandingan untuk melakukan peradukan atau dalam bentuk kilogram untuk jagung 75 kg, bekatul 21 kg, konsentrat 50 kg. Selain ransum diatas ditambahkan juga mineral dan sindomik,yang mana mineral berfungsi meningkatkan daya cerna,meningkatkan produksi dan kwalitas telur,menghindari dan mencegah kelumpuhan, meningkatkan daya tahan tubuh dan menghindari terjangkit penyakit karena kekurangan mineral.Sindomik berfungsi untuk memenuhi kebutuhan gizi, memperbaiki mutu ransum dan konfersi makanan, meningkatkan efisiensi dalam penggunaan ransum dan mencegah terjadinya kekurangan vitamin. Wiharto (1990) mengatakan bahwa kandungan gizi ransum untuk fase finisher adalah : protein 16%-18%,lemak 3% – 5%,serat kasar 2% – 5%,calsium 2,7% – 3% dan Phospor 0,4% – 0,6%.
  • Pemberian pakan dilakukan 2 kali sehari ,yaitu pagi pukul 07.00 dan siang pukul 14.00.Jumlah pakan yang diberikan sebanyak 120 gram per ekor per hari atau  hal ini sesuai dengan pendapat  Rasyaf (1995), setiap ekor ayam memerlukan pakan sebanyak 120 gram per hari untuk memenuhi kebutuhan hidup pokok dan untuk berproduksi.
  • Pemberian air minum pada pukul 07.00 dan siang pukul 14.00.yang  dilakukan dengan Ad libitum (terus menerus) menggunakan keran-keran air yang dipasang disetiap jalur paralon peralatan tempat minum.Anggorodi (1995) mengatakan bahwa pada ayam petelur pemberian air minum dilakukan dengan Ad libitum dan pakan diberikan 2 kali sehari.Air minum berasal dari air sumur yang diambil menggunakan sanyo lalu disimpan pada tandon air.
  • Vitamin yang biasa diberikan MASACLINE Antibiotik + Multivitamin Water Soluble Powder.Produk PT.MENSANA ANEKA SATWA JAKARTA.dosis dan aturan pakai pemberian 1 gram dengan 2 liter air minum selama  5 kali seminggu secara berturut-turut untuk pemeliharaan sedangkan untuk pengobatan 2,5 gram dalam 1 liter air minum selama 5 hari berturut-turut.Vitamin adalah faktor pendukung kesehatan ternak,dan sebagai antibiotik untuk memacu produksi telur,kekurangan vitamin akan menyebabkan kesehatan tubuh ternak berkurang dan akibatnya ternak akan mudah terserang penyakit. Sudaryani dan Santoso (2003) berpendapat bahwa vitamin dibutuhkan tubuh dalam jumlah kecil untuk membantu proses metabolisme.Kekurangan vitamin tertentu akan menyebabkan pertumbuhan terhambat,produksi juga dapat menurun.
  • 4.5. Managemen Penyakit
  • Pembersihan kandang dan peralatan dilakukan setiap satu sampai dua minggu sekali,hal ini ditujukan untuk menghindari timbulnya bibit penyakit yang berasal dari mikroorganisme.Hal ini sesuai dengan pendapat Rasyaf (1995),bahwa secara umum penyakit yang menyerang pada ayam disebabkan oleh mikroorganisme.
  • Pencegahan penyakit pada ayam fase finisher dikhususkan pada penyakit ND (New Castle Desease), vaksin diberikan setiap 1 bulan sekali melalui suntikan .Pelaksanaan vaksin seperti ini sering dilakukan pada  perusahaan besar,meskipun sebenarnya kekebalan yang ditimbulkan dari pelaksanaan vaksin bisa bertahan hingga 3 bulan.Namun kebanyakan perusahaan besar tidak mau menanggung resiko adanya serangan penyakit ND yang bisa terjadi kapan saja.
  • Pelaksanaan vaksin seperti ini sesuai dengan pendapat Pramu S. (1990) yang mengemukakan bahwa pemberian vaksin ND pada ayam petelur fase Produksi dapat diulang setiap 1 bulan sekali,tergantung kondisi ternak dan lingkungan sekitar.Dengan demikian pemberian vaksin ND ditujukan untuk mencegah penyakit ND dan menjaga performen ayam tetap stabil.
  • Langkah-langkah pencegahan penyakit yang dapat dilakukan adalah : (a) Pembersihan tempat minum setiap pagi hari (b) Penyemprotan kandang dengan desinfektan (c) Pemberian vaksinasi yang teratur (d) Pemberian obat dan vitamin dan (e) Menciptakan suasana bersih di dalam maupun disekitar kandang.
  • Untuk pengobatan ternak yang terjangkit penyakit dilakukan dengan cara memisahkan ternak yang sakit dengan ternak yang sehat,kemudian dilkukan pengobatan sampai pulih dan stabil.
  • 4.6. Produksi Telur
  • Dari hasil recording yan didapat dalam satu hari dengan kapasitas 3.500 ekor dapat menghasilkan telur 1,5 kwintal atau 150 kg kurang lebih 1680  butir perhari.
  • PKL-Ninng-12
  • Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa produksi akan meningkat cepat pada bulan-bulan pertama dan mencapai puncaknya sekitar umur 7 –  8 bulan kemudian berlahan akan menurun sampai ayam diafkir sekitar umur 18 bulan.pada grafik tersebut dapat dilihat pula bahwa pada umur 5 bulan  produksinya sekitar 10 persen,pada umur 6 bulan sekitar 50 persen,pada umur 7 – 8 bulan pada puncak produksi sekitar 85 persen.Sampai diafkir umur 18 bulan masih sekitar 60 persen.
  • 4.7. Managemen Pasca Panen
  • Pengambilan telur dilakukan 2 kali sehari yaitu pada pukul 10.00 dan pukul 15.30.setelah telur terkumpul dilakukan seleksi untuk telur abnormal dengan telur yang normal.Telur yang normal ditaruh dalam egg tray dan siap untuk dijual.Hal ini sesuai dengan pendapat Wiharto (1990) yang mengatakan bahwa pengambilan telur yang baik dilakukan 2 kali sehari untuk menghindari tingkat stres yang tinggi pada ayam.
  • Telur-telur yang sudah terkumpul dilakukan seleksi telur meliputi : kebersihan kulit telur, bentuk telur, warna kerabang, soliditas kerabang telur dan rongga udara. Untuk telur yang kotor maka dilakukan pembersihan dengan silet/pemes.
  • Setelah terkumpul dan dilakukan seleksi maka telur dimasukkan peti kayu yang telah diberi alas jerami dan ditimbang untuk mengetahui beratnya. Sedangkan untuk pemasarannya, telur-telur yang sudah ada didalam peti akan dijual setiap hari agar kwalitas dan kesegaran telur tetap terjaga. Hal ini sesuai dengan pendapat Pramu S (1991) yang mengemukakan bahwa untuk menjaga agar telur tetap segar sebaiknya telur langsung dijual.
  • BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
  • 5.1. Kesimpulan
  • Kesimpulan yang didapat dari pelaksanaan PKL ini adalah pada prinsipnya tata laksana pemeliharaan ayam petelur fase finisher (umur 45 – 47 minggu) milik Bapak Sarno di Desa Tanjung Kecamatan Tanjunganom Kabupaten Nganjuk yang meliputi Pemilihan bibit, managemen Pakan, Kandang dan Perkandangan, managemen Penyakit Produksi Telur dan Managemen Pasca Panen, sudah terlaksana cukup baik. Hal ini dapat dilihat dari kegiatan pemeliharaan yang teratur, hasil produksi yang baik dan ayam yang sehat
  • 5.2. Saran
  • Saran yang dapat disampaikan antara lain:
    1. Pengamatan yang rutin perlu dilakukan agar selalu dapat mengontrol jika ada ayam yang nafsu makannya berkurang atau sakit.
    2. Perlu diadakan culling untuk menghemat tempat,tenaga dan biaya,sehingga ayam yang dipelihara adalah ayam yang sehat dan produktif.
    3. Alangkah lebih baiknya jika tenaga kerja atau kariawan ditambah agar pekerjaan lebih cepat selesai.
    4. Managemen pemeliharaan perlu ditingkatkan agar produksi telur bisa stabil.
  • DAFTAR PUSTAKA
    • Anonimous, 2001. Managemen Ayam Pedaging dan Petelur, PT.Charoen Phokphand. Indonesia, Surabaya.
    • Anonimous, 2001. Pegangan Manajemen Ayam Petelur. PT. Japfa Comfeed. Indonesia. Surabaya.
    • Anggorodi, 1995. Nutrisi Aneka Ternak Unggas. PT.Gramedia Pustaka Utama , Jakarta
    • Dudung, A.M., 1991. Memelihara Ayam Kampung: Sistem Battery. Cetakan ketiga. Kanisius, Yogyakarta.
    • Martono,1996. Beternak Ayam Secara Populer.Eka Ofset ,Semarang
    • Pramu S,  1990 . Teknik Beternak Ayam Ras di Indonesia .PT.Penebar Swadana,Jakarta.
    • Rasyaf, 1995. Beternak Ayam Petelur. PT. Penebar Swadaya Jakarta.
    • Sudaryani dan Santoso , 2003. Pemeliharaan Ayam Ras Petelur di Kandang Baterai. PT. Penebar Swadaya,Surabaya.
    • Syahrul dan Maloedyn, 2004. Beternak Ayam Petelur Yang maju. Penebar Swadaya, Jakarta.
    • Sutawi, 2007. Kapita Selekta. Agribisnis Peternakan. UMM Press. Malang.
    • Tri Yuwanta, 2008. Budidaya Ternak Unggas Petelur. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
    • Whendarto dan IM Madyana,1987.Beternak Ayam Secara Populer.Eka Ofset ,Semarang
    • Wiharto, 1990. Pengantar Ilmu Peternakan. Fakultas Peternakan UNIBRAW. Malang.
  • LAMPIRAN
  • PKL-Ninng-13PKL-Ninng-14PKL-Ninng-15PKL-Ninng-16PKL-Ninng-17PKL-Ninng-18
  • GOODLUCK