[3] BAB III. POLA USAHA PETERNAKAN

  • IEU
  • MATERI POKOK BAHASAN :
    1. Pengertian Istilah Usaha Tani dan Usaha Peternakan…………………………………………
    2. Karakteristik Peternakan ………………………………………………………………………………..
    3. Tujuan Mempelajari Pengetahuan Usaha Tani & USPET  …………………………………..
    4. Ruang Lingkup Usaha Peternakan   ………………………………………………………………….
    5. Jenis-Jenis Usaha Peternakan di Indonesia   …………………………………………………….
    6. Pengertian Istilah Manajemen dan Manajemen USPET ……………………………………..
    7. Tujuan Mempelajari Manajemen Usaha Peternakan…………………………………………..
    8. Ruang Lingkup Manajemen Usaha Peternakan …………………………………………………
    9. Fungsi Manajemen Usaha Peternakan……………………………………………………………..
    10. Pengertian Pembangunan Peternakan………………………………………………………………
    11. Ruang Lingkup Pembangunan Peternakan ………………………………………………………..
  • BAB III.POLA USAHA PETERNAKAN
  • 3.1. Pengertian istilah Usaha Tani dan Usaha Peternakan
  • Menurut Soeharto Prawiro Kusumo (1990) dalam bukunya Ilmu Usaha Tani yang dimaksud Ilmu Usaha Tani adalah suatu ilmu terapan yang membahas dan mempelajari atau membahas tentang bagaimana membuat atau menggunakan sumberdaya pertanian secara efektif dan efisien.
  • Dalam ilmu usaha tani menerapkan teori-teori yang universal, prinsip-prinsip ekonomi pertanian, teori marginal, anggaran dan analisa-analisa bidang pertanian. Secara umum bidang Pertanian menyangkut : Budidaya tanaman Pertanian, Budidaya Peternakan, Budidaya Perikanan, Budidaya Perkebunan, Kehutanan dan lain-lain yang berorientasi pada makhluk hidup seperti Biologi, Bioteknologi.
  • Sedangkan Istilah Usaha Peternakan akan lebih jelas tertera Pada Undang-Undang Pokok kehewanan, Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1967, tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Peternakan dan Kesehatan Hewan, pada Bab I Pasal 1, dikemukakan beberapa Istilah diantaranya :
    1. Ternak adalah Hewan piara yang kehidupannya yakni mengenai tempat, perkembang biakan serta manfaatnya diatur dan diawasi oleh manusia dan dipelihara khusus sebagai penghasil bahan-bahan dan jasa-jasa yang berguna bagi kepentingan hidup manusia.
    2. Peternak adalah orang atau badan hukum dan atau buruh peternakan yang mata pencaharian nya sebagian atau seluruhnya bersumber kepada peternakan.
    3. Peternakan atau Usaha  Peternakan  adalah pengusahaan /pembudidayaan/ pemeliharaan ternak dengan segala fasilitas penunjang bagi kehidupan ternak.
    4. Peternakan murni adalah cara peternakan dimana perkembangbiakan ternak-ternaknya dilakukan dengan jalan pemacekan antara ternak/hewan yang termasuk dalam satu rumpun.
    5. Perusahaan peternakan adalah usaha peternakan yang dilakukan pada tempat tertentu serta perkembang biakannya dan manfaatnya diatur dan diawasi oleh peternak-peternak.
    6. Kelas Ternak adalah sekumpulan atau sekelompok bangsa-bangsa ternak yang dibentuk dan dikembangkan mula-mula disuatu daerah tertentu.
    7. Bangsa Ternak (Breed) adalah Suatu kelompok dari ternak yang memiliki persamaan dalam bentuk morphologis, sifat-sifat fisiologis ddan bentuk anatomis yang karakteristik untuk tiap-tiap bangsa dan sifat-sifat persamaan ini dapat diturunkan pada generasi selanjutnya.
  • Arti dari istilah tersebut dikemukakan terlebih dahulu untuk menghindarkan salah pengertian sekaligus untuk membedakan pengertian “TERNAK” dengan “HEWAN” yang sering salah dalam penggunaan sehari-hari.
  • Tidak semua hewan tergolong ternak dan dengan sendirinya tidak semua hewan dapat diusahakan sebagai ternak.
  • Hewan adalah semua binatang yang hidup di darat baik yang dipelihara maupun yang hidup secara liar. Jadi bisa dikatakan bahwa hewan adalah ternak dalam arti luas.
  • Ada Istilah Animal Husbandry dan Animal Breeding. Dalam Bahasa Indonesia keduanya memiliki arti yang sama yaitu “ BETERNAK”, namun sebenarnya ada perbedaan makna diantara keduanya :
    1. Animal Husbandry adalah Beternak dalam arti luas meliputi komponen memelihara, merawat, mengatur kehidupan, mengatur perkawinan, mengatur kelahiran, penjagaan kesehatan serta mengambil manfaatnya.
    2. Animal Breeding adalah Beternak dalam arti sempit yang hanya menitikberatkan pada usaha mengatur perkembangbiakan seperti mengatur perkawinan, pemilihan bibit, menjaga kemandulan dan kebuntingan serta kelahiran.
  • Cross Breeding adalah Perkawinan antara hewan/ternak yang berbeda bangsanya (Breed) dimana masing-masing adalah bangsa murni.
  • Grading Up adalah suatu sistem breeding dimana pejantan murni (biasanya didatangkan dari tempat lain) dikawinkan dengan betina lokal. Sesudah itu keturunannya yang betina dikawinkan pula dengan pejantan murni itu. Hasil-hasil anakan yang jantan terus disingkirkan sampai pada titik tingkat genetik tertentu, sehingga hasil akhir akan diperoleh betina dan pejantan Unggul. Nama yang umum dimasyarakat kalau masih dalam taraf grading up adalah Peranakan.
  • Close Breeding / Inbreeding adalah Sistem perkawinan antar individu yang masih erat hubungan kekeluargaannya.
  • Line Breeding adalah In Breeding yang diarahkan pada suatu sifat Individu yang disukai.
  • Line-crossing adalah persilangan antara lines baik dalam bangsa yang sama ataupun antar bangsa yang berbeda.
  • 3.2. Karakteristik Peternakan
    1. Karakteristik Ternak adalah Usaha / Industri yang dikendalikan oleh manusia dimana mencakup 4 komponen yaitu : Manusia sebagai subyek, Ternak sebagai obyek, lahan/tanah sebagai basis ekologi dan teknologi sebagai alat untuk mencapai tujuan.
    2. Karakteristik Usaha dinamis, dimana usaha peternakan harus dikaji dengan analisis dinamis dengan referensi waktu dan penuh dengan ketidakpastian.
    3. Karakteristik Produk peternakan adalah karakteristik hasil utama maupun sampingan usaha peternakan. Yaitu Fragile (mudah pecah secara fisik), Perishable (mudah rusak secara kimiawi dan biologi), Quality variation ( Tingkat Variasi yang tinggi dalam kualitas produk) serta Bulky ( Nilai ekonomis hasil samping berlawanan dengan hasil utama).
    4. Karakteristik Produksi Peternakan adalah faktor-faktor produksi usaha peternakan yang jumlahnya relatif banyak serta dominansi pengaruh lingkungan yang besar.
    5. Karakateristik sistim Usaha Peternakan terdiri dari Sistem Intensif (Modal dan teknologi tinggi/banyak dengan tenaga kerja rendah/sedikit) serta sistem Ektensif (Modal dan teknologi rendah/sedikit dengan tenaga kerja tinggi/banyak). Jadi yang Intensif respon supply rendah sedangkan ektensif respon suplly tinggi.
    6. Karakteristik tipe ternak berdasarkan penggunaan pakan yaitu Ternak Non Ruminansia (Berperut tunggal) dan Ternak Ruminansia (Berperut ganda).
  • Dengan demikian ternak-ternak yang dibudidayakan oleh manusia dapat dikelompokkan menjadi 4 kelompok yaitu :
    1. Ternak Unggas (Class Aves biasanya Meat type dan Egg type) antara lain Ayam (Gallus domesticus), Itik (Anas planthyrynchos), Entog (Cairina moschata), Angsa (Anser anser) dan Kalkun (Melegris galopavo).
    2. Ternak Potong (Class Mamalia biasanya Meat type) antara lain Ternak Potong Besar : Sapi (Bos species), Kerbau (Buballus bubalis), Kuda (Equs caballus), Keledai (Equs asinus), Zebra (Equs hipotigris) dan Unta (Camell dromedarius). Ternak Potong Kecil : Kambing (Capra species), Domba (Ovis species), Babi (sus species).
    3. Ternak Perah (Class Mamalia biasanya Milk type) antara lain Sapi Perah, Kerbau Perah, Kuda Perah, Kambing Perah dan Unta Perah.
    4. Aneka Ternak adalah ternak-ternak yang tidak dalam satu class antara lain : Kelinci (Lepus cuniculus), Lebah (Apis species), Puyuh (Coturnix coturnix), Bekicot, Walet, Kodok dll.
  • 3.3. Tujuan Mempelajari pengetahuan Usaha Tani dan Usaha Peternakan
    • Pengetahuan Usaha Tani dan Usaha Peternakan memberikan landasan teoritis tentang Seni (Art) manajemen bagaimana membuat dan melaksanakan keputusan pada usaha pertanian atau peternakan untuk mencapai suatu tujuan yang telah disepakati oleh manajer atau keluarga petani/peternak tersebut.
    • Keputusan tersebut akan menentukasi jenis-jenis usaha peternakan yang akan dikerjakan. Jenis usaha tersebut menyangkut Karakteristik, macam usaha, input – output produksi, teknologi, manajemen dan pemasaran.
  • 3.4. Ruang Lingkup Usaha Peternakan
    • Secara khusus, ruang lingkup Pengetahuan Usaha Peternakan mencakup telaah jenis atau macam usaha peternakan yang ada di Indonesia yang didasarkan kegiatan ekonomi di bidang produksi peternakan yang dimulai dari adanya kegiatan memasukkan input kemudian diakhiri setelah output dikeluarkan oleh produsen.
    • Di bidang peternakan, output yang utama adalah air susu bagi usaha sapi perah, daging bagi usaha sapi kareman, dan ayam, telur bagi usaha itik dan unggas lainnya. Sedangkan yang termasuk input adalah lahan, bibit ternak, pakan, obat-obatan, peralatan, bahan bakar, tenaga kerja, modal bangunan dan uang.
  • 3.5. Jenis-jenis Usaha Peternakan di Indonesia
  • Atas dasar tingkat jumlah produksi, macam teknologi yang dipakai, banyaknya hasil produksi yang dipasarkan, maka macam usaha Peternakan di Indonesia terdiri dari :
    1. Peternakan Tradisional dengan ciri-ciri Jumlah ternak sedikit, Input teknologi rendah, Tenaga kerja Keluarga dan profit rendah (sebagai tabungan).
    2. Peternakan Backyard dengan ciri-ciri Jumlah ternak sedikit, Input teknologi mulai tinggi, Tenaga kerja Keluarga dan profit sedang. Diwakili peternak ayam ras dan sapi perah
    3. Peternakan Modern dengan ciri-ciri Jumlah ternak banyak, Input teknologi tinggi, Tenaga kerja spesifik bidang peternakan dan profit tinggi.
  • Atas dasar Cara pemeliharaan ternak dan manajemen sumberdaya peternakan, maka jenis usaha peternakan dapat dikelompokkan menjadi :
    1. Intensifikasi Usaha Peternakan.
    2. Semi Intensif Usaha Peternakan, dan
    3. Ekstensifikasi Usaha Peternakan
  • Berdasarkan macam output suatu usaha peternakan, maka dapat dibedakan menjadi
    1. Usaha Peternakan Pembibitan (Breeding Farm)
    2. Usaha Peternakan Penggemukkan (Feed Lot)
    3. Usaha makanan Ternak
    4. Usaha Pengolahan Hasil peternakan
    5. Usaha Mesin-mesin Peternakan
    6. Usaha Pemasaran Hasil Peternakan
  • 3.6. Pengertian istilah Manajemen dan Manajemen Usaha Peternakan
  • Istilah Manajemen pada umumnya adalah “Manajemen merupakan ilmu tentang upaya manusia untuk memanfaatkan semua sumber daya yang dimilikinya untuk mencapai tujuan secara efektif & efisien”.
  • Unsur-unsur Manajemen Terdiri dari 6 M yaitu :
    1. Man (Manusia), misal: Tenaga kerja (karyawan, buruh)
    2. Material (Barang), misal: Bahan baku, bahan pelengkap, spare part
    3. Machine (Mesin)
    4. Money (uang/ modal)
    5. Method (Metode)
    6. Market (pasar)
  • Adapun Fungsi manajemen adalah Perencanaan (Planning), Pengorganisasian (Organizing), Pengkoordinasian (Coordination), Pengarahan (Directing), Motivasi (Motivation), Komunikasi (Communication), Kepemimpinan, Penanggungan Resiko Pengambilan Keputusan (Decision Making) dan Pengawasan / Pengendalian (Controlling)
  • IEU-11
  • Pada akhir-akhir ini manajemen usaha peternakan menjadi sangat penting untuk dipelajari karena usaha peternakan sudah dianggap usaha bisnis. Bisnis peternakan makin komplek, menggunakan banyak peralatan-peralatan canggih, inovasi teknologi, memerlukan banyak modal, tenaga kerja, prediksi pasar dan lain-lain.
  • Atas dasar itulah, maka agar bisnis dapat menguntungkan dan berhasil sesuai dengan tujuan usaha diperlukan kecakapan manajemen.
  • Manajemen usaha peternakan adalah suatu ilmu tentang upaya manusia untuk memanfaatkan semua sumber daya bidang peternakan yang dimilikinya untuk mencapai tujuan usaha secara efektif & efisien”.
  • Manajemen usaha peternakan (Farm management) berbeda dengan manajemen pada umumnya (Non Farm Management), disamping mempunyai beberapa persamaan.
  • Beberapa perbedaan tersebut sesuai dengan Karakteristik Peternakan (Pokok Bahasan Jenis-jenis Usaha Peternakan).
  • Selain itu ada beberapa perbedaan yang lain, yaitu :
    1. Usaha Peternakan sangat tergantung kepada sifat “BIOLOGIS”, yaitu adanya waktu yang sudah tertentu secara biologis. Misalnya proses pembentukan telur dengan proses biologis tertentu sehingga memungkinkan ayam hanya bertelur 1 butir per hari.
    2. Faktor produksi sukar dipisah-pisahkan sehingga mengurangi efisiensi usaha.
    3. Sukar dipisahkan kepentingan rumah tangga dan usaha taninya.
    4. Fixed cost (Biaya tetap) per unit output relative tinggi, karena adanya batasan-batasan biologis.
    5. Kurang dapat mengurangi ongkos produksi pada keadaan harga rendah.
    6. Organisasi usaha peternakan kurang spesifik sehingga efisiensi tenaga kerja kurang dapat dicapai. (Seorang manajer kadang-kadang juga merangkap pemilik dan pelaksana).
    7. Resiko usaha relative tinggi karena mengusahakan maklhuk hidup sangat dipengaruhi oleh factor internal dan eksternal.
  • 3.7. Tujuan Mempelajari pengetahuan Manajemen Usaha Peternakan
    • Pengetahuan Manajemen Usaha Peternakan memberikan landasan teoritis tentang Seni (Art) manajemen bagaimana membuat dan melaksanakan keputusan pada usaha pertanian atau peternakan untuk mencapai suatu tujuan yang telah disepakati oleh manajer atau keluarga petani/peternak tersebut.
    • Keputusan tersebut akan sangat membantu dalam menerapkan fungsi-fungsi manajemen usaha peternakan.
  • 3.8. Ruang Lingkup Usaha Peternakan
    • Secara khusus, ruang lingkup Pengetahuan Usaha Peternakan mencakup telaah funsgsi-fungsi manajemen usaha peternakan.
    • Hal ini karena menjalankan Manajemen usaha peternakan (Farm management) berbeda dengan manajemen pada umumnya (Non Farm Management), disamping mempunyai beberapa persamaan.
  • 3.9. Fungsi Manajemen Usaha Peternakan.
  • Pada bidang usaha peternakan, Keberhasilan usaha sangat dipengaruhi oleh beberapa factor yaitu : Faktor bahan Baku (Breeding dan Feeding) dan Faktor Pengelolaan yaitu manajemen.
  • Manajemen usaha menyangkut manajemen budidaya (manajemen pakan, kandang, tenaga kerja, penyakit) serta manajemen pengolahan hasil peternakan dan pemasaran.
  • Fungsi manajemen usaha peternakan dapat dikelompokkan menjadi 4 bagian :
    1. Manajemen dipandang sebagai pekerjaan (Job). Pekerjaan (job) dalam manajemen menyangkut perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi usaha peternakan. Sistem ini berlaku secara kontinyu dan tidak bisa dihentikan.
    2. Manajemen dipandang sebagai factor produksi (Resource). Faktor produksi dalam manajemen usaha peternakan ini menyangkut SDM.
    3. Manajemen dipandang sebagai prosedur atau tahapan. Konsep manajemen sebagai prosedur mencakup problem solving method. Problem solving method meliputi perumusan masalah, pengumpulan data dan fakta, Tabulasi – evaluasi dan analisis data, Pengambilan keputusan dan Pelaksanaan keputusan.
    4. Manajemen dipandang sebagai The Game of Life. Manajemen dipandang sebagai The Game of Life yaitu sukses sangat tergantung satu factor yaitu You sebagai Manager. Konsep game yang memberikan pengertian “saya menang lawan  kalah harus dirubah menjadi bila saya menang maka setiap orang akan menang yaitu bisnisnya, peternaknya, pemerintahnya serta masyarakatnya”.
  • 3.10. Pengertian Pembangunan Peternakan
    • Istilah Pembangunan seringkali merupakan terjemahan dari kata development, growth, change, modernization dan bahkan progress.
    • Dengan demikian arti Pembangunan adalah usaha untuk memajukan  kehidupan masyarakat.
    • Pembangunan Peternakan adalah suatu kegiatan dengan menginventarisasi sumber daya peternakan untuk menghasilkan ouput peternakan yang berkuantitas dan berkualitas tinggi sehingga mampu memberikan kepuasan kepada konsumen.
  • 3.11. Ruang Lingkup Pembangunan Peternakan
  • Pada umumnya ruang lingkup pembangunan Peternakan di Indonesia mencakup beberapa aspek, antara lain :
    1. Trilogi Pembangunan Peternakan
      1. Dalam konsep trilogi Pembangunan Peternakan adalah Pemerataan Pembangunan dan hasil-hasilnya (Equity), pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi (growth) dan stabilitas nasional yang sehat dan dinamis (stability).
      2. Ketiga aspek di atas sangat terkait satu dengan yang lain, dimana setiap langkah akan berpengaruh terhadap langkah yang lain.
      3. Gejolak kenaikan harga pakan pabrik serta penurunan harga jual akan berpengaruh terhadap stabilitas, pertumbuhan dan pemerataan hasil usaha.
    2. Modernisasi Agribisnis Peternakan
      • Keberhasilan Agribisnis Peternakan sangat dipengaruhi oleh aspek Informasi dan Teknologi baik terhadap aspek-aspek produksi maupun aspek pemasaran dan pengembangan.
      • Langkah-langkah yang diambil Pemerintah dalam modernisasi agribisnis peternakan antara lain :
        1. Kepastian hukum bagi pelaku bisnis peternakan.
        2. Perubahan aktivitas di sector hulu sampai hilir untuk memperkuat jaringan usaha.
        3. Menyelamatkan usaha-usaha yang berpoteni gulung tikar akibat krisis.
        4. Meningkatkan peluang pasar.
        5. Meningkatkan SDM peternakan yang professional dan berjiwa agribisnis (wirausaha) dalam mengahadapi pasar bebas.
      • Realita saat modernisasi agribisnis peternakan masih jauh dari target, sehingga usaha-usaha yang berinovasi dan berteknologi harus terus digalakkan.
    3. Tahun Kebangkitan Peternakan
      1. Setiap tanggal 26 Agustus merupakan Hari Kelahiran Peternakan dan Kesehatan Hewan.
      2. Dengan adanya momentum di atas maka diharapkan mainshade para pelaku usaha di bidang peternakan akan tergugah dan seirama dengan pemerintah dalam memajukan usaha peternakan di Indonesia.
    4. Sumber Daya Manusia dalam Pembangunan Peternakan
      • Renungan :
      • Orang Jepang : Sedikit Kata, banyak karya, sedikit diskusi banyak aksi.
      • Orang Amerika : Banyak kata banyak karya, Banyak disuksi banyak aksi.
      • Orang Indonesia = ………………..?.
      • Kemajuan harus selaras dengan kemajuan material dan spiritual.
      • Peran Pemerintah diharapkan hanya pada aspek pengaturan (regulation), pelayanan (services), penyuluhan (exstension) dan penggerak pembangunan (agent of development), sehingga diharapkan peran swasta atau peran masyarakat adalah sebagai subyek atau pelaku pembangunan mulai bidang sarana produksi, budidaya, penampungan, pengolahan sampai pemasaran. Oleh karena itu paradigma agribisnis harus terus digalakkan demi menghadapi pemberlakuan perdagangan bebas. Peningkatan SDM Peternakan harus dilakukan untuk menjadi SDM actual, berdaya guna sehingga mampu menyerap teknologi terapan (applied technology) dan mempemudah transfer teknologi (transfer technology) serta mengembangkan teknologi setempat (indigenous technology).
    5. Membangun Daya Saing Agribisnis Peternakan
      • Pada milenum ketiga ini agribisnis peternakan menghadapi persaingan ganda yaitu : persaingan antar daerah sebagai konsekuensi pelaksanaan otonomi daerah dan persaingan antar Negara sebagai konsekuensi liberalisasi perdagangan internasional. Kata kunci untuk memenangkan hal itu adalah “Competitive” atau daya saing.
      • Motto.
        • Keberhasilan dimulai dari kebersamaan dan kerjasama serta didukung oleh prakarsa perseorangan.
        • Keterbukaan menumbuhkan kreativitas dan inovasi
        • Komitmen terhadap mutu menjiwai setiap perilaku.
        • Keunggulan “excellence” menjadi dasar rasa percaya diri dan kebanggaan pada perusahaan
        • Janganlah kita bekerja demi uang, tetapi uang harus bekerja demi kita.
      • Strategi Agribisnis (Kewirausahaan)
      • A).Strategi pemimpin pasar (eksternal)
        1. bersifat menyerang dan agresif
        2. bersikap bertahan dan tidak terlalu agresif
        3. tanggap terhadap tantangan
      • B) strategi bukan pemimpin pasar (internal)
        1. agresif meraih peluang pasar
        2. mengembangkan strategi persaingan
      • C). Strategi lain
        1. pertahanan bersaing
        2. ambil langkah positif dan proaktif
    6. Pembangunan Agribisnis Peternakan Berbasis Sumber Daya Lokal
      • Banyak konsep pembangunan yang diadopsi dari luar negeri, namun sebenarnya konsep Sumber daya Lokal kalau di terapkan dengan cara-cara yang modern maka akan menjadi keunggulan yang competitive. Contoh : Konsep Corporate farming system.
    7. Peternakan Sebagai Basis Ekonomi
      • Sektor peternakan masih merupakan sector andalan perekonomian nasional. Hal ini terbukti pada Tahun 2009 sub sector peternakan menyumbang 18,69 terhadap PDB pertanian dan 1,96 % terhadap PDB Nasional.
      • Hal ini diyakini bahwa sub sector peternakan masih mampu menyediakan kesempatan kerja, bahan pangan, sumber devisa, sumber pendapatan dan kesejahteraan masyarakat.
    8. Peternakan pada Era Otonomi Daerah.
      • Kelembagaan peternakan di era otonomi daerah harus ditata sedemikian rupa sehingga eksistensinya masih Nampak.
      • Banyak contoh Dinas Peternakan di suatu wilayah digabung dg dinas yang lain.
      • Dengan demikian peternakan akan menjadi bagian dari sub dinas atau seksi, sehingga peranan dalam pembangunan peternakan menjadi kurang Nampak eksistensinya.
      • P-31

Tinggalkan komentar