[6] BAB VI. PRODUKSI

  • IEU
  • MATERI POKOK BAHASAN
    1. Pengertian Istilah Produksi …………………………………………………………………………….
    2. Ruang Lingkup Ekonomi Produksi Bidang Peternakan ………………………………………
    3. Konsep dan Hukum Ekonomi Produksi ……………………………………………………………
    4. Faktor-Faktor Produksi …………………………………………………………………………………..
    5. Fungsi Produksi ……………………………………………………………………………………………..
    6. Biaya Produksi ……………………………………………………………………………………………….
  • BAB VI. PRODUKSI
  • 6.1. PENGERTIAN ISTILAH PRODUKSI
  • Dalam kehidupan sehari-hari, apabila kita mendengar kata produksi, maka yang terbayang di pikiran kita adalah suatu kegiatan besar yang memerlukan peralatan yang serba canggih, serta menggunakan ribuan tenaga kerja untuk mengerjakannya. Sebenarnya dugaan tersebut tidak benar.
  • Sebelum kita membahas kita membahas lebih jauh tentang Produksi, maka sebaiknya kita mengatahui beberapa istilah : Produksi, Produk, Produsen dan Produktivitas dan Ekonomi Produksi.
    • Produksi dalam artian yang umum didefinisikan sebagai segala kegiatan yang ditujukan untuk menciptakan atau menambah guna atas suatu benda untuk memenuhi kebutuhan kepuasan manusia.
    • Setiap proses untuk menghasilkan barang dan jasa dinamakan “Proses Produksi”.
    • Produksi dalam artian lebih “operasional” adalah suatu proses dimana satu atau beberapa barang dan jasa yang di sebut “input” diubah menjadi barang dan jasa yang di sebut “output”. Contohnya, seorang ibu yang membuat kue untuk keluarganya dirumah, maka kegiatan tersebut tidak dapat dikatakan proses produksi karena, tujuannya bukan untuk masyarakat banyak.
    • Salah satu yang dilakukan dalam proses produksi ialah menambah nilai guna suatu barang atau jasa.
    • Dalam kegiatan menambah nilai guna barang atau jasa ini, dikenal lima jenis kegunaan, yaitu :
      1. Guna bentuk (Form Utility).
        • Yang dimaksud dengan guna bentuk yaitu, didalam melakukan proses produksi, kegiatannya ialah merubah bentuk suatu barang sehingga barang tersebut mempunyai nilai ekonomis. Contohnya: keramik.
      2. Guna jasa
        • Guna jasa ialah kegiatan produksi yang memberikan pelayanan jasa. Contohnya: tukang becak, buruh, dll.
      3. Guna tempat (Place utility).
        • Guna tempat adalah kegiata produksi yang memanfaatkan tempat- tempat dimana suatu barang memiliki nilai ekonomis.
        • Contoh: pengangkutan pasir dari tempat yang pasirnya melimpah ketempat dimana orang membutuhkan pasir tersebut.
      4. Guna waktu (Time utility).
        • Guna waktu ialah kegiatan produksi yag memanfaatkan waktu- tertentu. Misalnya: pembelian beras yang dilakukan oleh Bulog pada saat musim panen, dan dijual kembali pada saat masyarakat membutuhkan.
      5. Guna milik (Consumer/whom utility).
        • Guna milik ialah, kegiatan produksi yang memanfaatkan modal yang dimiliki untuk dikelola orang lain dan dari hasil tersebut ia mendapatkan keuntungan.
    • Produk adalah suatu hasil atau output dari proses produksi, sedangkan Produsen adalah pelaku-pelaku proses produksi.
    • Produktivitas adalah suatu nilai yang menunjukkan perbandingan output yang dihasilkan dalam suatu proses produksi dalam satuan tertentu. Produktivitas dapat diukur berdasarkan kuantitas (jumlah) maupun kualitas (mutu). Contoh : Produktivitas pemeliharaan burung puyuh bisa diukur dari jumlah telur (butir) atau berat telur (Kg)  maupun dengan Prosentase telur yang layak jual dan tidak layak jual (rusak).
    • Ekonomi Produksi dapat diartikan sebagai “Peraturan rumah tangga di bidang produksi  oleh karena terbatasnya sumberdaya sedangkan kebutuhan produsen tidak kunjung dipuaskan”. Ekonomi produksi merupakan Kegiatan menambah nilai suatu barang atau jasa disebut dengan kegiatan berproduksi.
  • Jadi jelas bahwa aktivitas produksi bukan hanya meproduksi suatu barang atau jasa saja tetapi merupakan suatu aktivitas menambah atau meninggikan suatu nilai barang atau jasa.
  • Dengan demikian dalam pengertian ini akan mencakup :
    1. Produksi asal : perusahaan ekstraktif.
    2. Produksi analitis : perusahaan yang menguraikan dari satu jenis bahan menjadi berbagai jenis,
    3. Produksi sintetis : produksi yang menyatukan beberapa bahan menjadi satu bahan.
    4. Produksi yang conditional : produksi yang membentuk bahan asal menjadi bahan baru (form utility).
    5. Usaha lalu lintas : usaha yang memindahkan. Ada 2 maksud yaitu time utility dan place utility.
    6. Perusahaan Industri : produksi yang mengerjakan bahan dari yang sifatnya belum jadi menjadi barang jadi dengan prinsip ekonomi dan prinsip berproduksi.
  • 6.2. RUANG LINGKUP EKONOMI PRODUKSI BIDANG PETERNAKAN
    • Secara khusus, ruang lingkup ekonomi produksi peternakan mencakup telaah kegiatan ekonomi di bidang produksi peternakan yang dimulai dari adanya kegiatan memasukkan input kemudian diakhiri setelah output dikeluarkan oleh produsen.
    • Di bidang peternakan, output yang utama adalah air susu bagi usaha sapi perah, daging bagi usaha sapi kareman, dan ayam, telur bagi usaha itik dan unggas lainnya. Sedangkan yang termasuk input adalah lahan, bibit ternak, pakan, obat-obatan, peralatan, bahan bakar, tenaga kerja, modal bangunan dan uang. Batasan ruang lingkup tersebut penting dikemukakan mengingat “makna produksi” secara mendasar dapat mencakup semua kegiatan yang memasukkan input untuk mendapat output.
  • 6.3. KONSEP DAN HUKUM EKONOMI PRODUKSI
    • Konsep adalah lambang-lambang yang dipergunakan untuk menyatakan buah pikiran yang mempunyai arti khusus.
    • Sedangkan hukum adalah peraturan-peraturan tentang sesuatu hal yang telah disepakati kebenarannya.
    • Konsep dan hukum ekonomi di bidang produksi yang sering dijumpai di bab yang lebih lanjut adalah sebagai berikut :
      1. Konsep Efisiensi
        • Ada dua konsep efisiensi dalam penyelenggaraan produksi yaitu efisiensi teknis dan ekonomis.
          1. Efisiensi teknis menyatakan perbandingan output fisik dengan input fisik telah mencapai maksimum.
          2. Efisiensi ekonomis menyatakan kondisi proses produksi telah mencapai keuntungan yang maksimum berupa nilai uang (bukan berupa hasilproduk fisik).
      2. Konsep Biaya Alternatif Terbaik/Opportunity Cost
        • Opportunity Cost adalah nilai produk yang tidak diproduksikan karena inputnya telah digunakan untuk menghasilkan produk lain.
        • Jika input X telah digunakan untuk produksi Y1 dengan laba Rp 1000,-, sedangkan penggunaan input X untuk produksi alternatifnya Y2 adalah Rp 2000,-, maka Opportunity Cost Y1 adalah Rp 2000,-. (Rp 2000,- adalah laba terbaik dari laba yang mungkin dapat diperoleh).
      3. Konsep Keuntungan Maksimum dan Kerugian Minimum
        • Keuntungan maksimum dan kerugian minimum merupakan perwujudan perilaku produsen yang mengejar kepuasan maksimum dari apa yang dikerjakan.
        • Dengan menggunakan konsep tersebut memudahkan analisis kuantitatif dari perilaku produsen yang bersifat abstrak.
      4. Konsep Optimasi
        • Optimasi adalah keputusan produsen bekerja dengan optimal (optimum = seimbang = baik). Keadaan ini tercapai jika keuntungan maksimum tercapai atau dalam kerugian minimum.
      5. Konsep Jangka Waktu Produksi
        • Ada dua jangka waktu yang menjadi perhatian dalam analisis produksi yaitu jangka pendek (Short Run) dan jangka panjang (Long Run).
          1. Short Run adalah waktu yang cukup lama untuk mengubah output tanpa mengubah kapasitas usaha (perusahaan).
          2. Sedangkan Long Run adalah jangka waktu yang cukup lama untuk mengubah output dengan mengubah kapasitas usaha (perusahaan).
      6. Konsep Mekanisme Pasar
        • Mekanisme pasar adalah bekerjanya perekonomian melalui pasar. Dalam mekanisme pasar, tingkat harga ditentukan oleh kebebasan bertindak agen-agen ekonomi yang menghasilkan kekuatan permintaan dan penawaran.
      7. Konsep Marjinal/Marginal
        • Konsep adalah perbandingan antara nilai tambahan produk dengan nilai tambahan satu satuan input. Konsep ini untuk menentukan tingkat optimalisasi.
      8. Law of Increasing Return
        • Hukum ini menyatakan bahwa setiap penambahan input kepada input yang tetap, akan menghasilkan tambahan output yang semakin besar dibanding tambahan inputnya.
      9. Law of Diminishing Return
        • Hukum Law of diminishing return ini menyatakan bahwa setiap penambahan input kepada input yang tetap akan menghasilkan tambahan output yang semakin lama menjadi semakin kecil dibandingkan tambahan inputnya.
      10. Law of Decreasing Return
        • Hukum Law of Decreashing Return ini menyatakan bahwa setiap penambahan input kepada input yang tetap akan menghasilkan penurunan output yang semakin lama menjadi semakin besar dibandingkan tambahan inputnya.
      11. Economics of Scale dan Diseconomic of Scale
        • Economics of Scale adalah penghematan kegiatan produksi karena skala usaha menjadi lebih besar.
        • Sedangkan Diseconomic of Scale adalah pemborosan kegiatan produksi karena skala usaha menjadi lebih besar
  • 6.4. FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI
  • Telah dijelaskan bahwa produksi melibatkan aktivitas memasukkan barang dan jasa yang dinamakan input untuk memperoleh barang dan jasa lain yang dinamakan output.
  • Input dan output merupakan barang dan jasa yang belum dinilai dengan satuan harga, jadi masih dalam wujud satuan fisik seperti apa adanya.
  • Istilah yang populer dari input adalah sumberdaya.
  • Ada beberapa sumberdaya yang digunakan untuk menghasilkan suatu produk dan dapat digolongkan menjadi empat golongan besar, yaitu
    1. Sumberdaya alam : Yang termasuk sumber daya alam adalah tanah dan pekarangan yang dimilikinya beserta bangunan maupun tanaman yang tumbuh berdiri di atasnya air, cuaca dan iklim, lengkap dengan kandungan hara yang menentukan tingkat kesuburan tanah tersebut. Indonesia memiliki sumber daya alam yang sangat luas, sangat subur, sangat kaya akan hasil tambang dan memiliki kekayaan laut yang sangat berlimpah.
    2. Sumber daya capital : Yang termasuk sumber daya capital atau sumber daya modal adalah dana atau uang yang dimilikinya, serta penghasilan yang diperolehnya. Termasuk pula sebagai sumber daya capital adalah peralatan atau mesin-mesin yang dimilikinya
    3. Sumberdaya manusia : Yang termasuk dalam sumber daya manusia adalah manusia yang akan merupakan tenaga kerja (kuantitas dan kualitas tenaga kerja) yang akan bekerja untuk merealisasikan tujuan yag ingin dicapainya. Sumber daya manusia yang banyak seperti yang terdapat di Indonesi perlu dikembangkan agar menjadi sumber daya yang efektif dan bukan malah menjadi beban pembangunan dalam meraih tujuan.
    4. Sumberdaya manajemen sebagai hasil kajian terhadap strategi dan teknik keberhasilan usaha.
  • Sumber yang adanya bersifat mutlak untuk menghasilkan produk dinamakan “Faktor Produksi”.
  • Keadaan jumlah dan kualitas faktor produksi menentukan jumlah dan kualitas produk yang dihasilkan dalam proses produksi.
  • Dalam keadaan teknologi tertentu, hubungan antara faktor produksi dengan produknya tercermin dalam spesifikasi fungsi produksinya.
  • Ada juga yang menggolongkan sumberdaya menjadi dua bagian besar, yaitu :
    1. Sumberdaya manusia (human resources) dan
    2. Sumberdaya bukan manusia (non- human resources).
  • Sumberdaya tersebut mempunyai karakteristik yaitu :
    1. Terbatas dalam jumlahnya,
    2. Dapat berubah-ubah untuk dipakai dalam berbagai penggunaan alternatif, dan
    3. Dapat dikombinasikan dalam berbagai proporsi untuk menghasilkansuatu produk.
  • A. Pengembangan Sumber Daya Manusia
    1. Sumber daya manusia merupakan sumber daya organisasi selain sumber daya alam dan sumber daya modal.
    2. Sumber daya manusia dikelola dengan sangat hati – hati mengingat bahwa yang menjadi sasaran atau objek pengelolaannya dalam hal ini adalah manusia.
    3. Oleh karena itu dalam mengelola sumber daya manusia berarti bahwa baik yang mengelola maupun yang dikelola adalah sama-sama manusia.
    4. Perlu diperhatikan bahwa masing-masing manusia mempunyai cipta, rasa dan karsa sendiri-sendiri.
    5. Sikap dan perilaku kondisi tersebut hanya dapat dipengaruhi oleh lingkungannya. Kondisi alam yang subur misalnya seringkali membuat manusia yang menghuninya menjadi bersifat malas dan kurang rajin. Sebaliknya kondisi alam yang kurang subur membentuk manusia penghuninya menjadi rajin dan bekerja keras.
    6. Disamping kondisi alam dan lingkungan itu, kondisi pergaulan manusia itu sendiri dengan masyarakat disekelilingngnya juga akan membentuk kebiasaan-kebiasaan tertentu dalam alam pergaulan hidup manusia. Kebiasaan yang selalu berulang-ulang akanmenjadi budaya.
  • Perkembangan teori manajemen dalam bidang sumber daya manusia sangat menonjol seperti yang berkembang di Jepang yang dikemukakan oleh William G. Ouchi (yang kemudian teori ini disebut teori Z) yang mengajarkan bahwa keberhasilan tujuan manajemen sangat dipengaruhi oleh suatu upaya yang dilakukan manajer sebagai pengelola organisasi terhadap sumber daya manusia secara keseluruhan yang ada dan bekerja diorganisasi yang dipimpinnya.
  • Dengan mempelajari kaitan faktor produksi dengan produksinya seperti di atas, maka sekilas nampak mudah untuk membedakan mana faktor produksi dan mana yang termasuk produknya.
  • Kesulitan yang dapat timbul adalah “adanya produk yang butuhkan untuk memproduksi produk lain”.
  • Sebagai contoh :
    1. Pakan jadi yang berupa ransum. Apakah ransum ini termasuk faktor produksi/input ataukah produk/output?
    2. Daging sapi. Apakah daging sapi ini termasuk faktor produksi/input ataukah produk/output?
    3. Kecakapan atau skill. Apakah skill ini termasuk faktor produksi/input ataukah produk/output?
  • Agar dapat lebih jelas dalam membedakan mana faktor produksi dan mana hasil produksinya maka perlu diingat “Tujuan akhir dari seorang produsen itu sendiri”.
  • Berdasarkan hal tersebut maka contoh diatas dapat dijelaskan sebagai berikut :
    1. Ransum ternak bagi produsen makanan ternak merupakan hasil akhir yang dituju sehingga ransum ternak tersebut yang menjadi produknya. Faktor produksinya mungkin saja berupa tenaga kerja dan modal. Bagi produsen susu sapi, ransum jadi tersebut bukan menjadi tujuan akhir. Tujuan akhir produsen adalah produk air susu sapi, dengan demikian ransum diperlukan untuk menghasilkan air susu sapi. Sehingga ransum tersebut merupakan faktor produksi sedangkan air susu sapi sebagai produknya.
    2. Daging sapi bagi produsen “dendeng” merupakan faktor produksi, sedangkan bagi produsen sapi merupakan hasil produksi.
    3. Kecakapan/skill bagi produsen ternak merupakan faktor produksi, tetapi bagi produsen pakar (perguruan tinggi) merupakan hasil produksi.
  • Beberapa Ahli membagi input produksi / faktor-faktor produksi ada 2 macam, yaitu :
    1. Faktor Produksi asli;
    2. Faktor Produksi turunan;
  • Faktor Prosuksi Asli Antara Lain Sebagai Berikut :
    1. Alam, alam berperan sebagai factor produksi dan berbagai hasil alam dan sumbangannya bagi produksi :
      1. Tanah, tanah yang bagus untuk ditanami membawa keuntungan yang besar bagi petani. Bagi pengrajin gerabah, tanah yang liat bisa menjadi bahan baku yang untuk pembuatan gerabah.
      2. Air, Banyak usaha produksi tergantung pada air. Tanpa kesediaan air bersih pabrik pengolahan air minum akan mati. Air laut berguna sebagai bahan pembuatan garam dan banyak lagi kegunaan air yang lain.
      3. Udara. Kegunaan udara ini sangat banyak disamping untuk yang kita hirup juga berguna sebagai memutar kincr angina, selain itu udara mampu mempengaruhi iklim dan menunjang kesuburan tanah.
      4. Sinar Matahari, ini sangat berguna bagi kehidupan selain digunakan sebagai pembangkit tenaga listrik dan tenaga surya sinar matahari dapat membantu kesuburan tanah, para petani dan pemilik perkebunan sangat membutuhkannya.
      5. Tumbuh-tumbuhan. Mulai dari tumbuhan yang ada di belakang rumah hingga yang ada di kebun mempunyai peranan penting bagi produsen.
      6. Hewan, Bagi petani hewan dapat digunakan sebagai pembajak sawah (sapi, kerbau) atau menarik kendaraan (kuda), dan juga hewan dapat dikonsumsi oleh manusia.
      7. Barang Tambang. Berbagai barang tambang berguna sebagai bahan baku produksi, mulai dari minyak sebagai bahan baker, emas untuk perhiasan dn lain sebagainya.
    2. Tenaga Kerja. Tanpa adanya tenaga kerja, sumber daya alam yang tersedia tidak akan dapat dirubah menjadi barang hasil produksi.
      1. Tenaga kerja menurut sifat kerja dapat dibagi atas tenaga kerja rohani dan tenaga kerja jasmani. Tenaga kerja rohani merupakan tenaga kerja yang menekankan kemampuan berfikir. Tenaga kerja jasmani merupakan tenaga kerja yang menekankan kemampuan fisik dalam proses produksi.
      2. Tenaga kerja menurut kualitas dapat dibagi atas : Tenaga kerja tidak terdidik dan tidak terlatih, Terdidik dan terlatih serta Terlatih.
        • Tenaga kerja tidak terdidik dan tidak terlatih tidak dibutuhkan pendidikan khusus untuk melakukan pekerjaan ini. Contoh Pesuruh, Pembantu, Kuli dll.
        • Tenaga kerja terdidik dan terlatih, mereka memiliki keahlian dan pendidikan sesuai bidangnya. Semakin ahli semakin mahal harganya dan semakin sulit untuk dicari. Contoh : Pengacara, Dokter dll.
        • Tenaga kerja terlatih, mereka memiliki keterampilan di bidangnya, tidak perlu pendidikan tinggi, contoh ; penjahit, pengemudi dll.
  • Faktor Produksi Turunan. Antara lain sebaga berikut :
    1. Meski tersedia bahan baku dan manusia yang dapat mengolahnya, bila tidak ada modal, produksi tidak akan berjalan dengan baik. Jangan bayangkan modal semata-mata berupa uang. Modal lebih luas dari itu karena meliputi semua alat yang dipergunakan sebagai penunjang proses produksi. Modal terdiri dari beberapa macam yang dapat dibedakan wujudnya, sifat, subjek, bentuk, maupun sumbernya.
    2. Yang dimaksud dengan keahlian adalah kemampuan pengusaha sebagai produsen untuk mengolah factor-faktor produksi di atas hingga dapat melakukan tindak produksi yang efektif dan efesien.
  • 6.5. FUNGSI PRODUKSI
  • Setiap produk dihasilkan melalui suatu proses produksi.
  • Input produksi yang terdiri dari tenaga kerja (L), modal (K), sumber daya (R), teknologi (T), dan lainnya, akan diproses menjadi suatu output (Q) berupa barang atau jasa.
  • Hubungan yang terjadi antara jumlah input produksi yang diperlukan dengan jumlah output yang dihasilkan disebut dengan fungsi produksi (production function).
  • Fungsi produksi merupakan interaksi antara masukan dengan keluaran. Misalkan kita akan memprosukdi jeans. Jeans itu bisa di produksi dengan berbagai macam cara. Kalau salah satu komposisinya diubah begitu saja, maka hasilnya akan berubah.
  • Secara sistematis fungsi produksi dapat ditulis sebagai berikut :
  • FQ = L + R + C + T
  • Dimana :
  • Q     = jumlah barang yang dihasilkan
  • F     = Simbol persamaan
  • L      = Tenaga Kerja
  • R     = Kekayaan alam
  • C     = Modal
  • T     = Teknologi
  • Fungsi produksi akan memberi gambaran kepada kita tentang jumlah maksimum output yang dapat dihasilkan, atas penggunaan sejumlah tertentu dari input-input produksi. Melalui fungsi produksi kita juga bisa melihat bagaimana komposisi dari berbagai kombinasi input, untuk menghasilkan jumlah tertentu dari output. Isocost dan Isoquant merupakan dua pendekatan yang memungkinkan untuk melakukan analisis optimasi faktor produksi, untuk menghasilkan output maksimum.
  • Dalam teori produksi ada tiga konsep penting, yaitu Produksi Total (Total Production/TP), yang menggambarkan jumlah keseluruhan produksi yang dihasilkan. Produksi Rata-rata (Average Product/AP) yaitu jumlah produksi dibagi dengan jumlah input produksi, dan Produksi Marginal (Marginal Product/MP) yang merupakan tambahan hasil produksi dari setiap penambahan satu unit input.
  • Bagian produksi adalah suatu bagian yang ada pada perusahaan yang bertugas untuk mengatur kegiatan-kegiatan yang diperlukan bagi terselenggaranya proses produksi. Dengan mengatur kegiatan itu maka diharapkan proses produksi akan berjalan lancar dan hasil produksi pun akan bermutu tinggi sehingga dapat diterima oleh masyarakat pemakainya. Bagian produksi dalam menjalankan tugasnya tidaklah sendirian akan tetapi bersama-sama dengan bagian-bagian lain seperti bagian pemasaran, bagian keuangan serta bagian akuntansi. Oleh karena itu haruslah diadakan koordinasi kerja agar semua bagian dapat berjalan seiring dan seirama dan dapat dihindarkan benturan – benturan kepentingan antar bagian dalam perusahaan.
  • Tanpa adanya perencanaan yang matang, pengaturan yang bagus serta pengawasan akan mengakibatkan jeleknya hasil produksi. Di samping hasil produksi yang harus bagus kwalitasnya juga harus di pikirkan pula agar jangan sampai terjadi hasil produksi bagus tapi ongkos yang diperlukan untuk keperluan itu terlalu besar. Biaya produksi yang terlalu tinggi akan berakibat harga pokok produksinya menjadi besar dan hal ini akan mengakibatkan tingginya harga jual produk, sehingga akan tidak terjangkau oleh konsumen. Inilah yang merupakan tugas dari bagian produksi. Tugas-tugas tersebut akan dapat terlaksana dengan baik dengan mengacu pada pedoman kerja tertentu.
  • Pedoman kerja yang harus menjadi arah kerja bagi bagian produksi dapat dirumuskan dalam empat hal yaitu :
    1. Tepat Jumlah
    2. Tepat Mutu
    3. Tepat Waktu
    4. Tepat Ongkos/Harga
  • Jumlah produk yang dihasilkan haruslah direncanakan dengan baik agar tidak terlalu banyak maupun terlalu sedikit. Bila produksi terlalu banyak tentu saja akan mengakibatkan bertumpuknya hasil produksi di gudang. Hal ini akanmengakibatkan disamping barang tersebut akan mengalami kerusakan dalam penyimpanannya, maka penumpukan tersebut berarti banyak modal yang tertanam dalam barang jadi itu berhenti dan menjadi kurang efektif.
  • Dengan pedoman pada empat hal tersebut maka bagian produksi akan dapat mencapai sasarannya dengan baik.
  • Keempat hal tersebut dapat dikenal dengan mudah sebagai “empat tepat”.
  • Adapun tugas tersebut secara garis besarnya dapat kita bagi menjadi beberapa macam yaitu :
    1. Perenganaan Produk
    2. Perencanaan Luas Produksi
    3. Perencanaan Lokasi Pabrik
    4. Perencanaan Layout Mesin-mesin Pabrik
    5. Perencanaan Bahan Baku
    6. Pengaturan Tenaga Kerja
    7. Pengawasan Kwalitas
  • A. PERENCANAAN PRODUK
  • Proses produksi akan menghasilkan produk. Produk yang dihasilkan dapat berupa barang yaitu benda yang berwujud akan tetapi dapat pula berupa benda yang tak berujud yang sering disebut jasa. Barang atau benda yang berujud misalnya meja kursi, alat tulis, sepeda, sepeda motor, mobil dan sebagainya. Sedangkan produk yang berupa jasa misalnya jasa kecantikan, jasa kesehatan, jasa keuangan, jasa penanggungan risiko, jasa pendidikan dan sebagainya. Baik barang maupun jasa yang dihasilkan oleh suatu perusahaan harus direncanakan dengan baik agar produk yang diciptakan itu nanti dapat bermutu tinggi., ongkos produksi murah, dan cocok dengan selera konsumen pemakainya.
  • Produk yang dapat memenuhi syarat tersebut di atas akan menjadi andalan pengusaha agar mampu untuk meningkatkan perkembangan usahanya. Produk yang tidak memenuhi syarat itu justru akan menjadi beban perusahaan menjadi semakin tinggi sehingga akan menggangu pertumbuhan usahanya. Oleh karena itu maka pengusaha haruslah memikirkan mengenai Mutu Produk yang akan diproduksinya. Mutu suatu produk akan tergantu dari berbagai aspek terutama desainya. Dengan perencanaan terhadap desain produk yang baik maka dapat kita harapkan bahwa produk kita akan dapat diterima oleh konsumen dan dengan demikian akan dapat menopang perkembangannya. Untuk merencanakan disain atau mutu produk kita perlu mengetahui bahwa produk itu terdiri dari berbagai atribut.
  • Misalnya produk yang berupa “KARPET” misalnya.  Produk karpet terdiri dari tiga atribut utama yaitu : – Kehalusan setuhannya, – Ketebalan bulunya, dan juga – Keserasian warnanya
  • Dalam merencanakan produk yang akan kita hasilkan itu maka perlu diperhatikan beberapa hal yaitu :
    1. Atribut Produk
    2. Posisi Produk
    3. Siklus Kehidupan Produk
    4. Partofolio Produk
  • A.1. ATRIBUT PRODUK
  • Setiap produk akan selalu memiliki atribut-atribut tertentu yang terkandung di dalam produk tersebut. Sepeda motor memiliki atribut keawetan pemakainnya, penampilannya, harga jual kembalinya dan mungkin kepopulerannya. Produsen haruslah memperhatikan atribut-atribut tersebut dan dengan menyesuaikannya dengan atribut itu akan menjamin bahwa produk tersebut akan disenagi konsumen. Oleh karena itu maka perlu diteliti lebih cermat atribut-atribut tersebut.
  • Dalam hal ini pengusaha haruslah memperhatikan bahwa atribut-atribut tersebut selalu terdiri atas dua aspek yaitu :
    1. Aspek Teknis
    2. Aspek Nonteknis
      • Atribut yang beraspek teknis adalah yang berkaitan dengan kemampuan teknis dari produk tersebut misalnya keawetannya sepeda motor, tidak blobornya suatu bolpoint, halusnya karpet, enak didengarnya musik tertentu, nikmatnya rasa masakan, indahnya taman rekreasi dan sebagainnya. Aspek ini yang merupakan aspek kasat mata atau dapat dilihat dengan mata, baik mata kepala, mata telinga, mata lidah maupun mata kulit kita. Aspek ini sering juga disebut sebagai tangible aspect atau aspek yang kasat mata.
      • Aspek yang nonteknis merupakan aspek yang tidak kasat mata atau intangible aspect. Aspek ini hanya dapat ditemukan dengan mata hati atau rasa atau feeling. Aspek ini merupakan aspek perasaan atau persepsi konsumen apabila dia menggunakan produk tersebut.
  • A.2. POSISI PRODUK
    • Posisi produk merupakan pandangan konsumen terhadap posisi dari berbagai produk yang ditawarkan oleh para bisnisman kepadanya. Ada suatu produk tertentu yang berkenan di hati para konsumen dan ada pula produk lain yang tidak atau kurang berkenan dihatinya. Ada Bank yang menyenangkannya dan adapula Bank yang menjengkelkannya karena pelayanan yang sangat lamban dan sangat tidak praktis sehingga menyulitkan nasabahnya padahal dia justru akan menyetorkan uangnya ke Bank tersebut.
    • Keadaan ini dapat kita analisis dengan menggunakan suatu alat analisi yang disebut “Analisa Posisi Produk” atau “Product Positionning”. Analisis ini menggambarkan atribut utama penentu pemilihan suatu produk dari para konsumen.
  • A.3. SIKLUS KEHIDUPAN PRODUK
    • Setiap produk akan selalu memiliki jangkauan masa hidup yang berbeda-beda. Ada produk yang memiliki masa hidup yang panjang dan ada pula yang memiliki masa hidup yang sangat pendek. Pada umumnya produk-produk yang bersifat mode akan memiliki masa hidup yang pendek. Produk semacam ini akan sangat cepat menjadi tidak disenagi konsumen karena sudak akan digeser oleh mode yang baru.
    • Siklus kehidupan suatu produk itu dibagi menjadi 4 tahap atau fase yaitu : Tahap Perkenalan, Tahap Perkembangan, Tahap Pertumbuhan dan Tahap Penurunan atau Mati
      1. Tahap yang paling awal dimulai dari diperkenalkanya produk tersebut kepada masyarakat luas di pasar. Tahap tersebut lalu disebut sebagai Tahap Perkenalan atau Introduction Phase. Dalam tahap ini karena masih tahap perkenalan maka pertumbuhan hasil penjualan akan sangat lamban. Hal ini terlihat dari garis pertumbuhan penjualannya dalam grafik tersebut yang landai.
      2. Tahap yang berikutnya adalah suatu tahap yang merupakan perkembangan berikutnya setelah tahap perkenalan itu berhasil maka produk itu akan mejadi sangat terkenal oleh masyarakat luas dan mereka mulai menyenangi produk tersebut. Karena produk tersebut mulai digemari oleh konsumen maka tentu saja penjualannya akan menjadi berkembang pesat. Hal ini terlihat dari gambar garis siklus menjadi menanjak dengan tajam. Tahap ini merupakan tahap atau Fase
      3. Pertumbuhan/Perkembangan atau Growth Phase.
      4. Tahap terakhir adalah tahap dimana produk tersebut setelah mengalami kondisi jenuh itu ternyata semakin lama semakin banyak masyarakat yang justru tidak lagi menyenaginya dan kemudian lalu meninggalkannya serta tidak lagi mau menggunakan produk tersebut. Kondisi ini akan mengakibatkan turunnya volume penjualan dari produk itu. Dengan demikian maka terjadilah Tahap Penurunan atau Decline Phase.
    • Tahap persiapan penggantian produk baru yang akan menggantikan produk yang sudah mengalami penurunan ini sering disebut Tahap Penciptaan Produk Baru atau New Product Development (NDP).
  • A.4. PORTOFOLIO PRODUK
    • Portofolio produk merupakan keadaan dimana suatu perusahaan memiliki beberapa macam produk yang dihasilkannya dan dipasarkannya kepada masyarakat luas. Dengan demikian maka perusahaan itu memiliki sekumpulan produk yang harus bersama-sama sekaligus untuk dipikirkannya.
    • Oleh karena itulah maka lalu dikenal sebagai pemikiran tentang sekumpulan produk atau Product Portofolio.
    • Perusahaan yang memiliki sekumpulan produk tersebut pada umumnya akan berada pada posisi yang berbeda pada masing-masing produk yang dimiliki.
    • Posisi produk terdiri dari  :
      1. Posisi Anak Bawang atau Under Dog bahkan sering disingkat Dog
      2. Posisi  tanda Tanya atau Question Mark
      3. Posisi  bintang atau star
      4. Posisi  “Sapi Perah” disebut juga “Cash Cow”.
        1. Salah satu produknya mungkin ada yang berada pada posisi Anak Bawang. Posisi ini merupakan produk yang mana perusahaan belum memiliki kemampuan untuk mengekploitasi secara baik serta kesempatan pasar atau opportunitynya masih rendah. Dalam kondisi ini pada umumnya merupakan produk yang belum memperoleh nama dan merupakan pendatang baru. Karena pendatang baru maka lalu dia disebut sebagai Anak Bawang atau dalam bahasa jawa “Pupuk Bawang” dan dalam bahasa asing disebut sebagai Under Dog bahkan sering disingkat Dog.
        2. Posisi lain lagi adalah tanda Tanya. Dalam posisi ini terjadi apabila potensi pasar telah menunjukkan adanya kenaikan yang cukup tinggi, sedangkan perusahaan masih belum meningkatkan kemampuannya. Dalam kondisi macam ini maka akan menimbulkan kegelisahan atau pemikiran bagi pengusaha apakah dia akan berani menambah kemampuannya untuk mengeksploitasi kesempatan pasar yang sudah terlihat meningkat itu apa tidak. Persoalan yang timbul dalam hal ini adalah masalah investasi untuk meningkatkan kemampuan perusahaan untuk mengeksploitasi potensi pasar yang sudah terlihat membaik itu. Karena masalah itu maka kondisi ini lalu dikenal sebagai posisi Tanda Tanya atau dalam bahasa asing disebut Question Mark.
        3. Posisi berikutnya adalah posisi bintang atau star. Posisi ini merupakan posisi dimana pengusaha tersebut telah berhasil untuk mengembangkan kemampuan sehingga dapat memiliki kemampuan yang tinggi terhadap potensi pasar yang memang sudah tinggi itu.
        4. Posisi yang terakhir yaitu “Sapi Perah” ini sering disebut juga “Cash Cow”. Pada posisi ini karena potensi pasar sudah mengalami kejenuhan dimana pertumbuhan pasarnya sudah tidak sepesat pada posisi bintang, maka para pesaing sudah tidak begitu tertarik lagi menyerangnya. Oleh karena tidak banyak lagi yang menggangunya di pasar maka dalam posisi inilah pengusaha akan menikmati keuntungan yang maksimal.
  • B. PERENCANAAN LUAS PRODUKSI
    • Perencanaan luas produksi merupakan masalah penentuan terhadap berapa banyak jumlah volume produksi yang harus dihasilkannya dalam periode atau tahun tertentu. Masalah ini sering disebut sebagai penentuan target produksi.
    • Berapa target produksi untuk tahun yang akan dating merupakan persoalan yang harus di terapkan oleh manajer produksi.
    • Dengan target itulah maka rencana ataupun program-program produksi seperti pengadaan bahan, tenaga kerja, bahan pembantu, peralatan-peralatan yang diperlukan beserta prosesnya pun akan dapat direncanakan dengan lebih cermat.
    • Untuk keperluan itulah maka luas produksi perlu ditentukan terlebih dahulu.
    • Untuk menentukan luas atau target produksi itu maka tentu saja akan banyak factor yang perlu diperhatikan.
    • Factor-faktor tersebut akan mempengaruhi dan menentukan besar kecilnya target produksi kita.
    • Adapun factor – factor penentu produksi tersebut adalah sebagai berikut :
      1. Bahan baku yang tersedia
      2. Tersedianya tenaga kerja (ahli) yang diperlukan
      3. Dana yang diperlukan untuk pembiayaan
      4. Besarnya potensi pasar yang terbuka
    • Suatu model yang dapat kita pergunakan untuk menganalisa ini adalah apa yang sering disebut sebagai analisa “Titik Pulang Pokok” atau “Titik Impas” atau “Break Even Point” yang sering disebut “BEP”.
    • Analisa BEP ini akan menggambarkan kondisi perongkosan produksi serta hasil yang diperoleh dari produksi itu.
    • Dalam hal ini kita harus membedakan perongkosan produksi itu menjadi ongkos tetap dan ongkos variable.
    • Ongkos tetap atau Biaya tetap adalah ongkos yang tidak berubah besarnya meskipun volume produksi bertambah. Ongkos ini akan tetap saja besarnya meskipun volume produksi diturunkan maupun dinaikkan. Biaya jenis ini adalah biaya yang pada umumnya ditentukan atas dasar waktu atau periode.
    • Ongkos Variable atau Biaya variable adalah biaya yang besarnya selalu mengikuti dan tergantung dari besar kecilnya volume produksi. Setiap volume produksi bertambah maka biaya itu pun akan ikut bertambah pula besarnya. Sebaliknya bila kita mengurangi biaya itupun akan berkurang pula.
    • Yang akan selalu merupakan biaya variable ini adalah biaya bahan baku. Biaya bahan baku tentu saja akan selalu mengikuti jumlah yang diproduksi. Hanya saja dalam hal ini variabilitasnya bisa berbda-beda.
    • Ada biaya variable yang progresif, degresif serta proposional. Progresif berarti kenaikannya cepat, degresif berarti kenaikannya semakin menurun sedangkan proposional berart kenaikannya selalu sama. Biaya variable progresif akan menunjukkan garis melengkung ke atas, degresif akan lengkung ke bawah sedangkan proposional akanmerupakan garis lurus. Dalam hal ini biaya variable kita anggap proposional.
    • Penjumlahan dari kedua ongkos itu akan menghasilkan biaya total atau “Total Cost”.
    • Apabila grafik Total Biaya kita gabungkan secara bersama-sama dengan grafik total hasil maka akan terlihat keadaan perongkosan serta hasil segara bersama-sama sekaligus.
    • Dari penggabungan tersebut maka akan dapat diketahui perpotongan antar garis total ongkos dengan total hasil.
    • Dalam titik itu karena hasil yang diperoleh hanya dapat menutup biaya-biayanya maka titik itulah yang disebut sebagai titik impas atau titik pulang pokok atau BEP.
    • Proses berikutnya dalam penentuan luas produksi adalah kita hubungkan dengan besarnya kapasitas mesin yang tersedia, bahan baku yang tersedia, serta permintaan yang diproyeksi untuk tahun yang diproduksi kita.
    • Karena BEP adalah titik potong antara Total Hasil dengan Total Biaya maka kita akan dapat mencari titik BEP tersebut dengan membuat persamaan garis dari keduanya yaitu dengan cara :
      1. Dari perhitungan itu maka dapat kita lihat BEP dalam unit atau volume produksi pada BEP adalah sebesar Biaya Tetap dibagi dengan selisih antara harga jual per unitnya dikurangi dengan Biaya Variabel per unitnya.
      2. Jadi apabila kita megetahui besarnya biaya tetap, biaya variable per unitnya serta harga jual per unit produknya maka kita akan dapat memperhitungkan besarnya titik impas kita.
  • C. PERENCANAAN LOKASI PABRIK
  • Persoalan berikutnya yang harus dipikirkan oleh manajer produksi adalah tentang dimana pabrik yang akan memproduksikan barang-barang itu harus didirikan. Persoalan ini merupakan persoalan posisi pabrik. Dalam praktek kita sering menjumpai bahwa pabrik=pabrik banyak didirikan orang diluar perkotaan seperti di daerah pinggiran kota Jakarta, Surabaya atau kota-kota lainnya. Bahkan ada pula yang didirikan jauh dari kota dan bahkan di puncak gunung atau di tengah hutan, seperti halnya perusahaan pertambangan misalnya.
  • Persoalan lokasi pabrik ini memang sangat ditentukan oleh beberapa factor penentu utama yaitu :
    1. Bahan Baku
    2. Pasar
    3. Lahan untuk Ekspansi
    4. Pembangkit Tenaga (Power)
    5. Tenaga Kerja
    6. Fasilitas Transportasi
    7. Dampak Lingkungan
  • Pada umumnya kondisi lahan di daerah pinggiran kota merupakan daerah yang paling banyak memenuhi syarat dari beberapa factor tersebut di atas. Apabila didirikan di tengah kota maka akan banyak mencemarkan lingkungan pemukiman yang berada di tengah kota tersebut.
  • Sebaliknya apabila terlalu jauh dari kota akan mengakibatkan biaya angkutan barang jadi untuk di bawa ke pasar yaitu di kota menjadi sangat mahal, selain pembangkit tenaga ataupun permodalannya menjadi kesulitan.
  • D. PERENCANAAN LAYOUT PABRIK
  • Mesin-mesin dan fasilitas pabrik haruslah disusun serta diatur sedemikian rupa sehingga dapat menjamin kelancaran proses produksi. Pemikiran tentang penyusunan fasilitas-fasilitas pabrik seperti mesin-mesin, alat-alat kantor, alat-alat pengangkutan tempat penyimpanan barang jadi maupun bahan baku, tempat makan beserta dapurnya, rest-room bagi tenaga kerja, termasuk juga show-room merupakan persoalan tetang Layout Pabrik. Dalam hal ini tentu saja kita harus melaksanakan pembagian tempat atau “Zonning” bagi tanah atau lyang tersedia. Dengan melakukan Zonning itu dimaksudkan untuk membagi-bagi lahan yang ada ke dalam zone-zone yang akan diperuntukkan bagi masing-masing keperluan di atas.
  • Beberapa pertimbangan penting yang ada dalam mengatur susunan atau layout pabrik ada beberapa macam yaitu :
    1. Kelancaran aliran proses produksi
    2. Kebutuhan Administrasi/perkantoran
    3. Kebutuhan Penjualan
    4. Lalulintas pengangkutan barang serta bahan
    5. Penerangan dan ventilasi
    6. Bentuk pabrik dan biaya pembangunanya
    7. Biaya produks
  • E. PERENCANAAN BAHAN BAKU
  • Bahan baku harus direncanakan sedemikian rupa sehingga menopang tercapainya tujuan bagian produksi yaitu tepat jumlah., tepat mutu, tepat waktu dan tepat ongkos atau harganya.
  • Pengaturan bahan baku memiliki 2 aspek utama yaitu :
    1. Penyediaan
    2. Penggunaan
  • (A) Penyediaan Bahan
  • Konsekuensi biaya yang terjadi dalam pengadaan bahan itu ada dua macam yaitu :
  • a. Biaya Pembelian atau Pemesanan (Ordering Cost)
    • Biaya pembelian adalah biaya yang harus ditanggung oleh perusahaan dalam melakukan kegiatan pembeliannya atau pemesanan bahan bakunya.
    • Jadi biaya pembelian adalah biaya untuk melakukan kegiatan pembelian.
    • Hal ini perlu diingatkan bahwa sering kali terjadi kekeliruan pengertian bahwa biaya pembelian itu diperhitungkan sebagai biaya atau harga bahan yang kita beli pada saat kita membeli bahan itu.
    • Hal ini tidak benar. Harga bahan yang kita beli bukan merupakan biaya pembelian akan tetapi masuk sebagai biaya bahan, sedangkan biaya pembelian adalah biaya yang harus ditanggung dari kegitan pembeliannya seperti transportasi, komunikasi, penginapan dan pelaksanaan pembelian tersebut.
  • b. Biaya Penyimpanan (Carrying Cost)
    • Biaya penyimpanan adalah biaya yang harus ditanggung karena kita harus menyimpan bahan yang sudah dibeli dan belum dipergunakan dalam proses produksi.
    • Kedua biaya tersebut akan ditanggung bersama-sama oleh pengusaha. Oleh karena itu maka secara bersama akan membentuk total biaya persediaan yang merupakan jumlah dari kedua biaya tersebut.
    • Titik atau jumlah pembelian yang paling ekonomis yang dalam bahasa asing adalah “Economical Order Quantity” dan disingkat EOQ. Jumlah tersebut di pandang paling ekonomis karena total biaya yang ditanggungnya adalah yang tersendah.
    • Titik terendah dari total biaya persediaan yang menimbulkan titik EOQ tersebut akan tercapai bila biaya penyimpanan sama besarnya atau berpotongan dengan biaya pemasaran.
  • 6.6. BIAYA PRODUKSI
  • Konsep biaya produksi menggambarkan bagaimana suatu perusahaan akan mencari tingkat output optimal dalam mencapai tingkat keuntungan maksimum. Menurut Sadono Sukirno, definisi dari biaya produksi adalah semua pengeluaran yang dilakukan oleh perusahaan untuk memperoleh faktor-faktor produksi dan bahan-bahan mentah yang akan digunakan untuk menciptakan barang-barang yang diproduksikan perusahaan tersebut.
  • Biaya produksi dapat dibedakan menjadi: pertama, biaya produksi jangka pendek yang diartikan bahwa sebagian faktor produksi yang digunakan adalah tetap atau tidak dapat ditambah jumlahnya. Kedua, biaya produksi panjang yang mempunyai pengertian bahwa semua biaya dapat berubah, sehingga tidak ada lagi biaya tetap.
  • Pada jangka pendek, total biaya produksi terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. Sedangkan untuk jangka panjang semua biaya merupakan biaya variabel. Pada jangka panjang terjadi perubahan pada semua komponen biaya, sehingga total biaya hanya terdiri dari biaya variabel.
  • (1) Fungsi Keuangan dalam Biaya Produksi
    • Fungsi keuangan bertujuan untuk mengatur pencarian sumber – sumber dana yang dibutuhkan bagi perusahaan dan kemudian mengatur penggunaan dari dana yang telah diperolehnya itu.
    • Sumber dana yang dibutuhkan dapat diperoleh dari berbagai sumber, baik sumber dana intern yang berasal dari dalam perusahaan itu sendiri maupun sumber dana ekstern yang berasal dari luar perusahaan itu sendiri.
    • Sumber dana intern itu sendiri adalah merupakan dana yang telah dihasilkan oleh bagian pemasaran sebagai akibat dari transaksi penjualan yang telah dilakukan dalam proses pemasaran.
    • Sedangkan sumber dana ekstern adalah berasal dari masyarakat umum yang dalam hal ini berupa pembelian saham oleh masyarakat kepada saham-saham yang telah dikeluarkan atau diemisi oleh perusahaan tersebut.
    • Perusahaan yang telah mengeluarkan sahamnya dan menjualnya kepada masyarakat umum sering disebut perusahaan yang “Go Public”.
    • Sumber dana ekstern yang lain dapat berupa kredit dari bank atau pun kredit atau utang dari perusahaan lain baik utang dagang yang bersifat jangka pendek maupun utang obligasi serta hipotek yang berjangka waktu panjang. Dalam hal ini kredit jangka panjang ini perusahaan mengeluarkan surat pernyataan utang kepada pihak lain baik dari bank maupun orang atau perusahaan lain atas sejumlah uang tertentu untuk jangka waktu tertentu serta dengan tingkat bunga tertentu pula.
    • Sumber dana yang berasal dari kredit memerlukan beban financial tertentu yang berupa beban yang besar tetap pada tiap bulan atau tahun yaitu yang berupa beban bunga terhadap kreditnya itu. Dengan ditentukan besarnya bunga terhadap kreditnya maka perusahaan memiliki beban tetap sebesar persentase bunga kredit tersebut dikalikan dengan nilai nominal kreditnya. Lain halnya dengan sumber dana yang berasal dari penjualan saham. Modal saham yang dimiliki oleh perusahaan sebagai hasil emisinya itu akanmembawa konsekwensi financial yang berupa beban pembayaran deviden kepada para pemegang sahamnya itu. Oleh karena iti, pada umumnya sumber dana jangka pendek itu juga dipergunakan untuk membelanjai kebutuhan-kebutuhan yang bersifat jangka pendek pula. Selanjutnya sumber dana jangka panjang seperti utang jangka panjang, modal saham serta sumber dana intern dari laba usaha dapat digunakan untuk membelanjai kebutuhan jangka panjang.
    • Setelah sumber dana dapat diperoleh, maka tugas selanjutnya dari bagian keuangan adalah untuk mengatur penggunaan bagi dana yang telah diperoleh baik dari sumber intern maupun ekstern tersebut. Dana yang telah diperoleh itu dapat dipergunakan untuk kebutuhan-kebutuhannya.
    • Penggunaan sumber dana adalah merupakan persoalan sisi debit dari neraca. Sedangkan pencarian sumber dana merupakan persoalan mengenai sisi kredit dari neraca. Sisi debet neraca adalah berupa aktiva sedangkan sisi kredit dari neraca berupa pasiva. Jadi dengan kata lain kita dapat menyebutkan bahwa aktiva adalah merupakan penggunaan dana sedangkan pasiva adalah sumber dana kita.
  • (2) Kebutuhan Finansial
    • Kebutuhan financial sebenarnya dapat dibedakan menjadi dua yaitu :
      1. Kebutuhan Operasional
      2. Kebutuhan Sumber Dana
  • (3)  Kebutuhan Operasional
    • Kebutuhan operasional merupakan kebutuhan terhadap barang – barang modal yang dipergunakan untuk menjalankan kegiatan operasional sehari – hari.
    • Jadi secara ringkas kebutuhan operasional perusahaan terdiri dari :
      1. Kebutuhan Modal Kerja
      2. Kebutuhan Modal Tetap
      3. Kebutuhan Nama Baik (Goodwill)
  • (4)  Kebutuhan Sumber Dana
    • Dalam hal ini kita dapat mengambil atau menarik dana dari sumber dana yang berupa utang (modal asing) ataupun modal sendiri.
    • Baik modal asing ataupun modal sendiri tersebut adalah merupakan sumber dana yang akan dipergunakan dalam membelanjai kebutuhan modal kerja tersebut.
    • Di tinjau dari segi alasannya maka sumber dana dapat dibagi mjd 2 macam yaitu
      1. Sumber Dana Ekstern
      2. Sumber Dana Intern
    • Kalau ditinjau dari segi pemiliknya maka dapat dikelompokkan menjadi :
      1. Modal Asing
      2. Modal Sendiri
    • Pembagian yang lain adalah atas dasar waktu yang tercakup dalam sumber dana tersebut maka dapat dibagi menjadi :
      1. Sumber Dana Jangka Pendek
      2. Sumber Dana Jangka Panjang
    • Sumber dana asing adalah sumber dana yang mana pemilik dari sumber dana tersebut adalahmerupakan pihak luar dari perusahaan itu.
    • Sumber dana macam ini pada kongkritnya adalah berupa hutang kepada pihak luar, baik utang jangka pendek maupun utang jangka panjang.
    • Sebagai contoh dari modal asing ini dapat disebut sebagai berikut :
      1. Utang Dagang
      2. Utang Obligasi
      3. Utang Hipotek
      4. Kredit dari Bank
      5. KMKP (Kredit Modal Kerja Permanen)
      6. KIK (Kredit Investasi Kecil)
      7. KI (Kredit Investasi) dan sebagainya
    • Sumber dana sendiri yaitu sumber dana dimana pemilik dan itu adalah merupakan pemilik perusahaan itu sendiri.
    • Sumber dana ini sering disebut Modal Sendiri atau Owner’s Equty, sebagai contohnya sebagai berikut :
      1. Modal Saham Biasa (Common Stock)
      2. Modal Saham Preferen (Preffered Stock)
      3. Modal Statuta
      4. Modal Sendiri
      5. Laba Yang Ditahan (Retained Earning)
    • Sumber dana ekstern adalah sumber dana yang berasal dari luar perusahaan atau berasal dari masyarakat umum di luar perusahaan. Dalam hal ini maka modal asing maupun modal saham adalah merupakan sumber dana yang berasal dari luar perusahaan karena keduanya adalah berasal berasal dari masyarakat umum di luar perusahaan.
    • Sumber dana intern adalah sumber dana yang berasal dari dalam perusahaan itu sendiri. Sumber tersebut muncul dari adanya hasil yang diperoleh dari jalannya usaha yang dilakukan oleh perusahaan tersebut. Dari usaha itulah maka perusahaan akan memperoleh hasil serta laba atau profit.
  • (5)  Likuiditas
    • Likuiditas adalah merupakan kemampuan suatu perusahaan untuk membayar kewajiban-kewajiban financial yang segera harus dilunasi (yang bersifat jangka pendek).
    • Kewajiban financial jangka pendek yang harus segera dipenuhinya itu dapat berupa utang yang sudah akan jatuh tempo dalam jangka dekat, upah tenaga kerja, utang bahan yang dibelinya, pembayaran rekening listrik, air minum yang diperlukan dalam proses produksinya dan sebagainya.
    • Kewajiban tersebut dapat ditutup dari alat-alat likuid yang dimiliki perusahaan.
    • Adapun alat likuidnya yang yang paling likuid adalah uang kas.
  • (6)  Current Ratio
    • Suatu ukuran likuiditas dapat dinyatakan dalam bentuk ratio atau perbandingan antara alat-alat likuid yang dimiliki dengan utang-utangnya baik yang berupa utang pajak, utang dagang serta kewajiban financial yang lain yang segera harus dilunasi.
    • Alat likuid tersebut adalah berupa aktiva lancar (Current Asset) sedangkan kewajiban financial berupa utang jangka pendek (Current Liabilities).
    • Oleh karena itu likuiditas dapat dinyatakan dalam bentuk ratio antara Current Asset dengan Current Liabilitiesnya.
    • Ratio macam ini disebut ratio likuiditas atau “CURRENT RATIO”.
    • Aktiva lancar adalah merupakan alat likuid, jadi yang termasuk alat likuid adalah :
      1. Uang Kas
      2. Piutang (Account Recievable)
      3. Persediaan Barang Dagangan (Inventory)
      4. Surat-surat berharga yang mudah untuk diperjual belikan (Marketable Securities)
    • Uang kas adalah merupakan alat likuid yang paling likuid, artinya sangat mudah untuk digunakan guna membayar kewajiban financial.
    • Kewajiban financial dapat berupa utang, bunga pinjaman, dividen, upah buruh, rekening listrik, bayar pajak dan sebagainya.
  • (7)  Quick Ratio (Acid Test Ratio)
    • Dalam hal quick ratio ini kita membandingkan antara alat likuid yang mempunyai tingkat likuiditas tinggi yaitu uang kas dan piutang di satu pihak dengan kewajiban finansialnya.
    • Jadi dalam hal ini kita membandingkan antara kas dan piutang dibandingkan dengan utang-utang jangka pendek.
  • (8)  Cash Ratio
    • Dalam hal cash ratio ini likuiditas diperhitungkan dengan membandingkan alat-alat likuid yang paling likuid yaitu uang kas dengan utang-utang jangka pendeknya.
  • (9)  Rentabilitas
    • Rentabilitas adalah merupakan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba atau keuntungan dari seluruh modal yang dimiliki.
    • Ratio ini sering juga disebut rentabilitas ekonomis yang disingkat RE.
    • Disamping rentabilitas ekonomis kita juga mengenal rentabilitas modal sendiri yang sering disingkat RMS.
      1. RMS dapat dinyatakan sebagai berikut : Laba yang menjadi bagian dari modal sendiri itu adalah bukan seluruh laba akan tetapi total laba atau laba bruto dikurangi dengan beban bunga dan pajak penghasilan.
      2. Laba sesudah dikurangi bunga dan pajak ini sering disebut laba neto atau Earning After Tax yang disingkat EAT.
      3. Dalam hal rentabilitas Ekonomis maka laba yang diperhitungkan adalah laba bruto yang merupakan laba sebelum dikurangi bunga dan pajak sehingga sering disebut Earning Before Interest and Tax yang disingkat RBIT.
      4. Bagian laba yang dihasilkan oleh modal sendiri tidak termasuk bagian laba yang dihasilkan oleh modal asing.
      5. Adapun bagian laba yang dihasilkan oleh modal asing tidak lain adalah berupa bunga atau interest.
      6. Pajak penghasilan adalah merupakan bagian laba yang harus disetor kepada Negara cq Jawatan Pajak sebagai imbalan kepada Negara yang telah memberikan fasilitas bagi perusahaan untuk mencari keuntungan di Negara yang bersangkutan.
    • Rentabilitas Ekonomis sering juga disebut sebagai Earning Power, sedangkan Earning Power ini dapat ditingkatkan dengan meningkatkan factor-faktor yang mem-pengaruhi besar kecilnya Earning Power itu.
    • Adapun factor-faktor yang mem-pengaruhinya adalah sebagai berikut :
    • a). Profit Margin
      1. Profit Margin adalah bagian laba yang dihasilkan oleh penjualan yang dapat direalisasikan oleh perusahaan dalam periode tertentu.
      2. Perhitungan profit margin per unit adalah laba per unit dibandingkan dengan harga jual per unit produk.
    • b). Asset Turnover atau Tingkat Perputaran Aktiva
      1. Tingkat perputaran aktiva atau asset turnover adalah suatu angka yang menunjukan tingkat kecepatan perputaran dari aktiva tersebut didalam opersi perusahaan. Tingkat perputaran aktiva atau asset turnover (A.TO.)
    • Usaha Untuk Meningkatkan Rentabilitas Ekonomis
      1. Peningkatan Profit Margin
        • Peningkatan provit margin ini dapat dilaksanakan dengan beberapa cara yaitu :
          1. Meningkatkan harga jual
          2. Meningkatkan Efisiensi
      2. Peningkatan Asset Turnover
        • Tingkat perputaran aktiva dapat ditingkatkan dengan berbagai cara yaitu :
          1. Meningkatkan volume penjulan
          2. Mengurangi aktiva atau kekayaan yang tidak efektif
  • (10)   Likuiditas Versus Rentabilitas
    • Apabila kita ingin menjaga likuiditas yang tinggi maka kita haruslah meyediakan alat-alat likuid terutama uang kas yang cukup besar, agar setiap saat kita bisa membayar kewajiban financial tersebut.
    • Keadaan itu akan membawa konsekuensi bahwa kekayaan kita akan menjadi menganggur. Sedangkan pengaruh kekayaan ini akan mengakibatkan kurang efektifnya kekayaan tersebut, sehingga tingkat perputaran aktiva (asset turnover) kita akan menjadi rendah.
    • Aseet Turnover yang rendah ini akan dapat mengakibatkan turunnya rentabilitas ekonomis.
    • Perusahaan yang mengalami keadaan semacam ini disebut perusahaan yang likuid tetapi tidak rendabel. Sebaliknya apabila kita mementingkan kepentingan rentabilitas maka hal ini berarti bahwa semua kekayaan atau aktiva yang kita miliki haruslah kita putarkan terus dan jangan sampai ada aktiva yang menganggur atau idle.
  • (11)  Solvabilitas
    • Solvabilitas merupakan perbandingan antara total kekayaan dengan total utang yang dimiliki perusahaan. Jadi hal ini akan menunjukkan kemampuan perusahaan untuk mengembalikan seluruh hutangnya baik jangka pendek maupun jangka panjang dengan seluruh kekayaan yang ada padanya. Oleh karena itu maka untuk mengukur besar kecilnya solvabilitas dapat diukur dari ratio antar total aktiva dengan total utang
  • (12)   Leverage
    • Pengertian leverage sebenarnya cukup luas yaitu merupakan usaha untuk menggunakan sesuatu yang akan membawa konsekuensi beban tetap.
    • Terdapat 2 macam leverage yaitu :
      1. Operating Leverage
        • Operating leverage adalah penggunaan suatu kekayaan atau aktiva tertentu yang akanmengakibatkan beban tetap bagi perusahaan seperti mesin-mesin, gedung dan sebagainya. Dalam hal ini beban tetapnya akan berupa biaya depresiasi.
      2. Financial Leverage
        • Financial leverage adalah peggunaan sumber dana tertentu yang akan mengakibatkan beban tetap yang berupa biaya bunga. Sumber dana ini dapat berupa utang obligasi, kredit dari bank dan sebagainya.
    • Leverage Faktor
      • Factor leverage adalah merupakan angka (prosentase) yang menunjukan perbandingan besarnya kekayaan atau sumber dana yang mengakibatkan beban tetap dengan seluruh kekayaan atau sumber dana yang dipergunakan oleh perusahaan dalam menjalankan usahanya.
      • Pengertian leverage ini pada umumnya selalu dikaitkan dengan masalah financial leverage dan bukan operating leverage.
    • Kesehatan Financial
      • Kesehatan perusahaan itu dapat diukur dari beberapa ukuran seperti ratio – ratio likuiditas, solvabilitas, rentabilitas serta aktivitasnya. Berdasarkan atas criteria atau ukuran – ukuran kesehatan finangial yang ditentukan oleh pemerintah bagi badan – badan usaha milik Negara (BUMN) yang ada di Indonesia kita dapat mengetahui sehat tidaknya suatu perusahaan tertentu.
    • Kredit Modal Kerja
      • Dalam pembelanjaan modal kerja kita sering mendengar istilah – istilah KMKP yaitu singkatan dari Kredit Modal Kerja Permanen. Modal kerja itu dapat dibedakan menjadi 2 macam yaituModal Kerja Variabel dan Modal Kerja Tetap atau Permanen. Istilak KMKP ini erat hubungannya dengan kedua jenis modal kerja tersebut, khususnyatentang bagaimana cara kita untuk membelanjainya apabila kita akan membelanjainya dengan sumber dana ekstern atau kredit. Sumber dana yang cocok dan yang pada umumnya dipergunakan adalah berupa kredit baik Kredit Jangka Pendek maupun Kredit Jangka Panjang.
    • Dalam tinjauan atas beban financial terhadap cara pembelanjaan ini kita akan berhubungan dengan beberapa konsep seperti :
      1. Modal Optimum dan Optimum Modal
        • Modal optimum adalah merupakan jumlah modal (Modal Kerja) yang sebaliknya dibelanjai dengan Kredit Jangka Panjang. Pengertian optimum modal merupakan masalah untuk menentukan atau memperhitungkan seberapa besar jumlah modal optimum yang sebaiknya harus dibenjai dengan Kredit Jangka Panjang tersebut. Bgaimana cara menentukan modal optimum atau bagaimana cara kita memecahkan masalah optimum modal itu, hal ini menyagkut konsep berikutnya yaitu konep “Jangka Waktu Kritis” atau disingkat “Jangka Kritis”.
      2. Jangka Waktu Kritis
        • Jangka kritis adalah jangka waktu yang menunjukan bahwa jumlah kebutuhan modal kerja yang dibutuhkan selama jangka waktu tertentu (jangka waktu kritis) apabila dipenihi dengan Kredit Jangka Panjang (tahunan) akanmemakan biaya yang sama besarnya dengan apabila kebutuhan tersebut dibelanjai dengan kredit jangka pendek (bulanan).
        • Untuk memperhitungkan jangka kritisnya maka kita dapat menggunakan pedoman pembelanjaan sebagai berikut :
          1. Jumlah kebutuhan yang memiliki jangka waktu kebutuhan lebih panjang dari pada jangka kritis harus dibelanjai dengan kredit jangka panjang, karena biayanya akan lebih murah.
          2. Jumlah kebutuhan yang berjangka waktu kurang dari jangka kritis harus dibelanjai dengan kredit jangka pendek.
          3. Sedangkan jumlah kebutuhan yang jangka waktu dibutuhkannya adalah sama dengan jangka kritis maka untuk itu dibelanjai dengan kredit jangka panjang ataupun kredit jangka pendek biayanya akan sama.
  • (13)  Kriteria Investasi
    • Yang dimaksud criteria investasi adalah alat Bantu manajemen perusahaan untuk menilai usulan proyek investasi yang digunakan dalam pengambilan keputusan investasi.
    • Pada dasarnya kriteria investasi dapat digolongkan menjadi dua golongan yaitu :
      1. Kriteria investasi yang mendasarkan pada konsep keuntungan / income adalah Average Rate Of Return atau sering juga disebut Accounting Rate of Return.
      2. Kriteria investasi yang mendasar pada konsep Cash Flow, dapat dirinci :
        • Konsep Cash Flow yang tidak memperhatikan nilai waktu terhadap uang atau factor yang tidak didiskontokan (Undiscounted cash flow) yaitumetode Payback Periode.
        • Konsep Cash Flow yang memperhatikan nilai waktu terhadap uang atau factor diskonto (discounted cash flow) antara lain adalah :
          1. Net Present Value (NPV)
          2. Profitability Index (PI)
          3. Internal Rate of Return (IRR)
  • (14) Metode Payback Periode
    • Payback Periode adalah suatu periode yang diperlukan untuk dapat menutup kembali pengeluaran investasi denganmenggunakan “proceed” atau aliran kas neto (net Cash Flow).
    • Metode payback periode ini memiliki beberapa kelemahan seperti :
      1. Mengabaikan time of money
      2. Lebih mementingkan pada pengembalian investasi dari pada aspek laba dalam waktu umur investasi sehungga cash flow sesudah umur payback periode tidak diperhatikan
    • Adapun keunggulan dari metode ini adalah metode ini sangat sederhana sehingga mudah memperhitungkannya.
  • (15) Metode Net Present Value
    • Metode ini memperhatikan nilai waktu dari uang, maka proceed atau cash flow maupun investasi harus didiskontokan atas dasar factor diskonto yang berlaku pada saat itu.
    • Dalam hal ini kita mendasarkan diri pada present value of money atau nilai waktu terhadap uang, yaitu suatu pandangan bahwa nilai uang pada saat ini tidak sama dengan nilai uang dikemudian hari.
    • Nilai uang sekarang akan dinilai lebih tinggi dari pada nilai uang dikemudia hari. Sebaliknya nilai uang pada tahun yang akan dating dikemudian hari tentu saja akan dinilai lebih redah dari nilai uang sekarang.
  • (16) Metode Internal Rate Of Return
    • Internal rate of return ini dapat diartikan sebagai tingkat bunga yang akan menjadi nilai sekarang dari proceed yag diharap akan diterima (PV of future proceeds) sama dengan jumlah nilai sekarang dari keseluruhan modal (PV of Capital Outlays) atau nilai investasinya.
  • images (7)Mumet-0001i4-A3-A

Tinggalkan komentar