09. Diktat Aneka Ternak-Ulat Sutra

  • 5. IP Aneka Ternak Oktober 2014
  • BAB IX. Ulat Sutera (Bombyx mori L)
    9.1. Pendahuluan
    Di Tiongkok kuna, terdapat legenda bahwa sutra yang didapati dari ulat sutra dilihat oleh Ratu Xi Ling-Shi (Hanzi, pinyin: Léi Zǔ). Ia sedang bertamasya ketika ia melihat kepompong ulat sutra. Lalu digunakanlah jarinya untuk menyentuhnya, dan menakjubkan, selembar benang terkeluar ! Apabila semakin banyak keluar dan membaluti disekeliling jarinya, dia perlahan-lahan merasa panas. Apabila sutera itu habis, dia melihat kepompong kecil. Dengan serta merta, sang ratu menyadari bahawa kepompong itu merupakan sumber sutra.
    Dia lalu bercerita kepada semua orang dan hal ini menjadi dikenal secara luas. Selain legenda ini, terdapat banyak legenda lain mengenai ulat sutra
    Persuteraan Alam sudah cukup lama dikenal dan dibudidayakan oleh penduduk Indonesia. Mengingat sifat dan menfaatnya, maka Pemerintah melalui Departemen Kehutanan berupaya membina dan mengembangkan kegiatan persuteraan alam tersebut.
    Budidaya ulat sutera dimaksudkan untuk menghasilkan benang sutera sebagai bahan baku pertekstilan. Untuk melaksanakan pemeliharaan ulat sutera, terlebih dahulu dilakukan penanaman murbei, yang merupakan satu-satunya makanan (pakan) ulat sutera  (Bombyx mori L).
  • 3.2. Sutra
  • Sutra bertekstur mulus, lembut, namun tidak licin. Rupa berkilauan yang menjadi daya tarik sutra berasal dari struktur seperti prisma segitiga dalam serat tersebut yang membolehkan kain sutra membiaskan cahaya pada pelbagai sudut.
    “Sutra liar” dihasilkan oleh ulat selain ulat sutra murbei dan dapat pula diolah. Pelbagai sutra liar dikenali dan digunakan di Cina, Asia Selatan, dan Eropa sejak zaman silam, namun skala produksinya selalu jauh lebih kecil daripada sutra ternakan. Sutra liar berbeda dari sutra ternakan dari segi warna dan tekstur, dan kepompong liar yang dikumpulkan biasanya sudah dirusak oleh ngengat yang keluar sebelum kepompong tersebut diambil, sehingga benang sutra yang membentuk kepompong itu sudah terputus menjadi pendek. Ulat sutra ternakan dibunuh dengan dicelup ke dalam air mendidih sebelum keluarnya ngengat dewasa, atau dicucuk dengan jarum, sehingga seluruh kepompong dapat diurai menjadi sehelai benang yang tak terputus. Ini membolehkan sutra ditenun menjadi kain yang lebih kuat. Sutra liar biasanya juga lebih sukar dicelup warna daripada sutra ternakan.
    Sutra juga dihasilkan oleh beberapa jenis serangga lain, namun hanya jenis sutra dari ulat sutra yang digunakan untuk pembuatan tekstil. Pernah juga dijalankan kajian terhadap sutra-sutra lain yang menampakkan perbedaan dari aspek molekul. Sutra dihasilkan terutama oleh larva serangga yang bermetamorfosis lengkap, tetapi juga dihasilkan oleh beberapa serangga dewasa seperti Embioptera. Produksi sutra juga kerap dijumpai khususnya pada serangga ordo hymenoptera (lebah, tabuhan, dan semut), dan kadang kala digunakan untuk membuat sarang. Jenis-jenis arthropoda yang lain juga menghasilkan sutra, terutama arachnida seperti laba-laba.
  • 9.3. Manfaat
    Manfaat kegiatan persuteraan alam sebagai berikut :
    a. Mudah dilaksanakan dan memberikan hasil dalam waktu yang relatif singkat;
    b. Memberikan tambahan pendapatan kepada masyarakat khusunya di pedesaan;
    c. Memberikan lapangan kerja bagi masyarakat sekitarnya;
    d. Mendukung kegiatan reboisasi dan penghijauan.
    e. Manfaat medis
    Ulat sutra yang digunakan untuk pengobatan tradisional China adalah “Bombyx batryticatus” atau “ulat sutra kaku” (Hanzi sederhana, tradisional: pinyin: āngcán). Ia adalah larva kering 4–5th yang mati akibat penyakit muskadin putih disebabkan oleh jamur Beauveria bassiana, dimanfaatkan untuk mengobati masuk angin, mencairkan dahak dan meringankan kejang-kejang
    f. Manfaat untuk Makanan
    Ulat sutra dikonsumsi di sejumlah kebudayaan. Di Korea, ulat sutra yang direbus sertadibumbui merupakan makanan ringan yang populer dan dikenal sebagai beondegi. Di China, sejumlah pedagang jalanan menjual ulat sutra yang dipanggang.
  • 9.4. Klasifikasi Ilmiah
    Karena sejarahnya yang panjang dan nilai ekonominya yang tinggi, genom ulat sutra menjadi salah satu objek penelitian ilmiah
  • 9.5. Siklus Hidup
    a. Ngengat Ulat Sutra
    Ngengat sutera atau sutra (Bombyx mori: “ulat murbei“) adalah ngengat yang memiliki nilai ekonomi tinggi sebagai penghasil serat/benang sutra. Makanan ulat sutra hanyalah daun murbei (Morus alba).Telur ngengat sutra membutuhkan waktu sekitar 10 hari untuk menetas. Ulatnya membentuk kepompong sutera mentah, yang setelah dipintal bisa menghasilkan benang sutra sepanjang 300 hingga 900 meter per kepompong. Seratnya berdiameter sekitar 10 mikrometer.
    Sebagaimana umumnya larva/ulat, ulat sutra sangat rakus; makan sepanjang siang dan malam sehingga tumbuh dengan cepat. Apabila warna kepalanya sudah menjadi semakin gelap, ulat sutra akan segera berganti kulit/cangkang. Dalam hidupnya, ulat sutra mengalami empat kali ganti kulit, hingga berwarna kekuningan dan lebih ketat, yang menjadi tanda akan segera membungkus diri dengan kepompong.
    Sebelum ulat sutra menjadi matang dan keluar dari kepompongnya (kepompong digigiti hingga rusak dan tidak bernilai ekonomi), kepompong tersebut kemudian direbus untuk membunuh ulat sutra dan memudahkan penguraian seratnya. Adapun kupu-kupu dewasa yang dipelihara untuk bibit ulat sutra tidak bisa terbang.
  • b. Siklus Hidup
  • 9.6. Persiapan Pemeliharaan Ulat Sutera
    Sebelum kegiatan pemeliharaan ulat sutera dimulai, beberapa hal yang perlu diperhatikan seperti : tersedianya daun murbei sebagai pakan ulat sutera, ruang dan peralatan pemeliharaan serta pemesanan bibit/telur ulat sutera.
    a.Penyediaan Daun Murbei :
    1. Daun murbei untuk ulat kecil berumur pangkas $ 1 bulan dan untuk ulat besar berumur pangkas 2-3 bulan;
    2. Tanaman murbei yang baru ditanam, dapat dipanen setelah berumur 9 bulan;
    3. Untuk pemeliharaan 1 boks ulat sutera, dibutuhkan 400-500 kg daun murbei tanpa cabang atau 1.000 – 1.200 kg daun murbei dengan cabang;
    4. Daun murbei jenis unggul yang baik untuk ulat sutera adalah : Morus alba, M. multicaulis, M. cathayana dan BNK-3 serta beberapa jenis lain yang sedang dalam pengujian oleh Balai Persuteraan Alam Sulawesi Selatan.
    5. (Secara terperinci tentang Budidaya Tanaman Murbei tertera pada Bagian Terakhir dari Materi ini).
  • b.Ruangan Peralatan.
    1. Tempat pemeliharaan ulat kecil sebaiknya dipisahkan dari tempat pemeliharaan ulat besar;
    2. Pemeliharaan ulat kecil dilaksanakan pada tempat khusus atau pada Unit Pemeliharaan Ulat Kecil (UPUK);
    3. Ruang pemeliharaan harus mempunyai ventilasai dan jendela yang cukup:
    4. Bahan-bahan dan peralatan yang perlu disiapkan adalah : Kapur tembok, kaporit/papsol, kotak/rak pemeliharaan, tempat daun, gunting stek, pisau, ember/baskom, jaring ulat, ayakan, kain penutup daun, hulu ayam, kerta alas, kerta minyak/parafin, lap tangan dan lain-lain;
    5. Desinfeksi ruangan dan peralatan, dilakukan 2-3 hari sebelum pemeliharaan ulat sutera dimulai, menggunakan larutan kaporit 0,5% atau formalin (2-3%), disemprotkan secara merata;
    6. Apabila tempat pemeliharaan ulat kecil berupa UPUK yang berlantai semen, maka setelah didesinfeksi dilakukan pencucian.
  • c. Pesanan Bibit.
    1. Pesanan bibit disesuaikan dengan jumlah daun yang tersedia dan kapasitas ruangan serta peralatan pemeliharaan;
    2. Bibit dipesan selambat-lambatnya 10 hari sebelum pemeliharaan ulat dimulai melalui petugas / penyuluh atau langsung kepada produsen telur;
    3. Apabila bibit/telur telah diterima, lakukan penanganan telur (inkubasi) secara baik agar penetasannya seragam.
  • Caranya adalah sebagai berikut :
    1. Sebarkan telur pada kotak penetasan dan tutup dengan kertas putih yang tipis;
    2. Simpan pada tempat sejuk dan terhindari dari penyinaran matahari langsung, pada suhu ruangan 25° -28° C dengan kelembaban 75-85%;
    3. Setelah terlihat bintik biru pada telur, bungkus dengan kain hitam selama ± 2 hari
  • 9.5. PELAKSANAAN PEMELIHARAAN ULAT SUTERA
    Rangkaian Kegiatan pemeliharaan ulat sutera meliputi pemeliharaan ulat kecil, pemeliharaan ulat besar serta mengokonkan ulat.
    1) Pemeliharaan Ulat Kecil
    Pemeliharaan ulat kecil didahului dengan kegiatan “Hakitate” yaitu pekerjaan penanganan ulat yang baru menetas disertai dengan pemberian makan pertama.

    1. Ulat yang baru menetas didesinfeksi dengan bubuk campuran kapur dan kaporit (95:5), lalu diberi daun murbei yang muda dan segar yang dipotong kecil-kecil;
    2. Pindahkan ulat ke sasag kemudian ditutup dengan kertas minyak atau parafin;
    3. Pemberian makanan dilakukan 3 kali sehari yakni pada pagi, siang, dan sore hari;
    4. Pada setiap instar ulat akan mengalami masa istirahat (tidur) dan pergantian kulit. Apabila sebagian besar ulat tidur ($ 90%), pemberian makan dihentikan dan ditaburi kapur. Pada saat ulat tidur, jendela/ventilasi dibuka agar udara mengalir;
    5. Pada setiap akhir instar dilakukan penjarangan dan daya tampung tempat disesuaikan dengan perkembangan ulat;
    6. Pembersihan tempat ulat dan pencegahan hama dan penyakit harus dilakukan secara teratur.
  • Pelaksanaanya sebagai berikut :
    1. Pada instar I dan II, pembersihan dilakukan masing-masing 1 kali. Selama instar III dilakukan 1-2 kali yaitu setelah pemberian makan kedua dan menjelang tidur;
    2. Penempatan rak/sasag agar tidak menempel pada dinding ruangan dan pada kaki rak dipasang kaleng berisi air, untuk mencegah gangguan semut;
    3. Apabila lantai tidak ditembok, taburi kapur secara merata agar tidak lembab;
    4. Desinfeksi tubuh ulat dilaksanakan setelah ulat bangun tidur, sebelum pemberian makan pertama.
  • Penyalur ulat kecil dari UPUK ke tempat pemeliharaan petani / kolong rumah atau Unit Pemeliharaan Ular Besar (UPUB), dilakukan ketika sedang tidur pada instar III. Perlakuan pada saat penyaluran ulat sebagai berikut :
    1. Ulat dibungkus dengan menggulung kertas alas;
    2. Kedua sisi kertas diikat dan diletakkan pada posisi berdiri agar ulat tidak tertekan;
    3. penyaluran ulat sebaiknya dilaksanakan pada pagi atau sore hari.
  • Hakitat Jadwal Pemeliharaan Ulat Kecil
  • b. Pemeliharaan Ulat Besar.
    Kondisi dan perlakuan terhadap ulat besar berbeda dengan ulat kecil. Ulat besar memerlukan kondisi ruangan yang sejuk. Suhu ruangan yang baik yaitu 24-26° C dengan kelembapan 70-75%.
  • Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemeliharaan ulat besar adalah sebagai berikut :
    1. Ulat besar memerlukan ruangan/tempat pemeliharaan yang lebih luas dibandingkan dengan ulat kecil;
    2. Daun yang dipersiapkan untuk ulat besar, disimpan pada tempat yang bersih dan sejuk serta ditutup dengan kain basah;
    3. Daun murbei yang diberikan pada ulat besar tidak lagi dipotong-potong melainkan secara utuh (bersama cabangnya).
    4. Penempatan pakan diselang-selingi secara teratur antara bagian ujung dan pangkalnya;
    5. Pemberian makanan pada ulat besar (instar IV dan V) dilakukan 3-4 kali sehari yaitu pada pagi, siang, sore dan malam hari;
    6. Menjelang ulat tidur, pemberian makan dikurangi atau dihentikan. Pada saat ulat tidur ditaburi kapur secara merata;
    7. Desinfeksi tubuh ulat dilakukan setiap pagi sebelum pemberian makan dengan menggunakan campuran kapur dan kaporit (90:10) ditaburi secara merata;
    8. Pada instar IV, pembersihan tempat pemeliharaan dilakukan minimal 3 kali, yaitu pada hari ke-2 dan ke-3 serta menjelang ulat tidur;
    9. Pada instar V, pembersihan tempat dilakukan setiap hari;
    10. Seperti pada ulat kecil, rak/sasag ditempatkan tidak menempel pada dinding ruangan dan pada kaki rak dipasang kaleng yang berisi air.
  • c. Mengokonkan Ulat.
    Pada instar V hari ke-6 atau ke-7 ulat biasanya akan mulai mengokon. Pada suhu rendah ulat akan lebih lambat mengokon. Tanda-tanda ulat yang akan mengokon adalah sebagai berikut :
  • Nafsu makan berkurang atau berhenti makan sama sekali;
  • tubuh ulat menjadi bening kekuning-kuningan (transparan);
  • Ulat cenderung berjalan ke pinggir;
  • Dari mulut ulat keluar serat sutera.
  • Apabila tanda-tanda tersebut sudah terlihat, maka perlu di ambil tindakan sebagai berikut :
    1. Kumpulkan ulat dan masukkan ke dalam alat pengokonan yang telah disiapkan dengan cara menaburkan secara merata.
    2. Alat pengokonan yang baik digunakan adalah : rotari. Seri frame, pengokonan bambu dan mukade (terbuat dari daun kelapaatau jerami yang dipuntir membentuk sikat tabung)
  • 9.8. Panen dan Penanganan Kokon.
    Panen dilakukan pada hari ke-5 atau ke-6 sejak ulat mulai membuat kokon. Sebelum panen, ulat yang tidak mengokon atau yang mati diambil lalu dibuang atau dibakar.
    Selanjutnya dilakukan penanganan kokon yang meliputi kegiatan sebagai berikut :

    1. Pembersihan kokon, yaitu menghilangkan kotoran dan serat-serat pada lapisan luar kokon;
    2. Seleksi kokon, yaitu pemisahan kokon yang baik dan kokon yang cacat/jelek;
    3. Pengeringan kokon, yaitu penanganan terhadap kokon untuk mematikan pupa serta mengurangi kadar air dan agar dapat disimpan dalam jangka waktu tertentu;
    4. Penyimpanan kokon, dilakukan apabila kokon tidak langsung dipintal/dijual atau menunggu proses pemintalan.
  • Cara penyimpanan kokon adalah sebagai berikut :
    1. Dimasukkan ke dalam kotak karton, kantong kain/kerta;
    2. Ditempatkan pada ruangan yang kering atau tidak lembab;
    3. Selama penyimpanan, sekali-sekali dijemur ulang di sinar matahari;
    4. Lama penyimpanan kokon tergantung pada cara pengeringan, tingkat kekeringan dan tempat penyimpanan
  • 9.9. Pemintalan Benang sutra
  • 9.10. Analisis Usaha Tani
  • 9.11. BUDIDAYA MURBEI
    A. Biologi dan Kimia Murbei
    Pohon murbei merupakan tumbuhan asli Pegunungan Himalaya. Sekarang, pohon murbei menyebar baik di daerah tropik maupun daerah sub tropik mulai dari ketinggian 0 – 4000 m dpl. Pohon murbei termasuk ke dalam genus Morus.
  • B. Klasifikasi
    Murbei termasuk ke dalam genus Morus, family Moraceae.Ordo Klas Dicotyledonae. Pohon murbei memiliki lebih dari 35 species dan sub species (Ryu, 1998). Berdasarkan long style bunga jantan species murbei dikelompokkan ke dalam Dolychostyle dan Macromorus .
  • C. Species dan Varietas
    Tidak kurang dari 100 species murbei yang telah dikenal. Akan tetapi yang sering dibudidayakan untuk kepentingan budidaya ulat sutera adalah Morus Alba, Morus Cathayana dan Morus Multicaulis.
  • D. PENANAMAN
    1. Pemilihan Varietas
    Murbei varietas lokal adalah varietas yang mampu beradaptasi dengan lingkungan setempat secara baik. Karenanya pemelihan jenis lokal yang mempunyai produksi tinggi adalah cara yang terbaik. Akan tetapi, produksi daun jenis lokal umumnya rendah, sehingga secara ekonomis kurang menguntungkan. Apabila ingin mengintroduksi varietas murbei asing (didatangkan dari luar) maka harus dipilih varietas yang betul-betul bisa beradaptasi dengan kondisi lingkungan baru.
    Di bawah ini disajikan beberapa varietas murbei unggul dan dapat beradaptasi dengan kondisi lingkungan Indonesia.
  • 2. Persiapan Lahan
    Persiapan lahan meliputi kegiatan pembersihan lapangan, pengolahan tanah dan pembuatan bangunan konservasi tanah. Tujuan kegiatan persiapan lahan adalah untuk menyediakan media tumbuh yang baik guna pertumbuhan dan perkembangan tanaman.

    • a. Pembersihan lapangan
      (1) Lahan bervegatasi alang-alang
      Cara manual
      Setelah alang-alang dan semak belukar dibabat kemudian disimpan di suatu tempat. Dikenal dua cara pemusnahan hasil babatan, yaitu dengan cara dibuat kompos dan cara pembakaran terkendali. Sebelum dilakukan pembakaran, buat ilaran api, yaitu dengan cara membersihkan lahan di sekitar batas lahan selebar 2-3 m. Untuk area yang luas, lahan dibagi kedalam beberapa petak. Luas masing-masing petak tidak lebih dari 0,5 Ha. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pembakaran adalah : 1) dilakukan tidak pada saat kecepatan angin tinggi, 2) berlawanan dengan arah angin, dan dikerjakan pada malam hari. Setelah dilakukan pembakaran, lanjutkan dengan kegiatan pem karan tunggul dan akar tanaman.
    • Cara Kimia
      Cara ini dikerjakan apabila kondisi alang-alang masih relatif pendek dan populasi perdu masih jarang. Herbisida yang dapat diaplikasikan adalah round up dengan dosis 10 lt/ Ha. Setelah vegetasi mengering dapat dilanjutkan dengan kegiatan pengolahan tanah.
    • (2) Lahan bekas hutan skunder
      Cara Manual ; Pepohonan ditebang, kemudian tunggulnya di kar. Tidak menebang pohon didekat sumber air merupakan kegiatan yang sangat bijaksana. Lanjutkan kegiatan dengan pembakaran terkendali.
      Cara mekanis; Pepohonan yang berdiameter <> 30 cm di kar dengan traktor yang dilengkapi pisau (blade) dan pendorong pohon. Cara mekanis hanya bisa dikerjakan pada lahan kemiringan <>
      Cara Kimia : Cara ini dikerjakan apabila kedua cara diatas tidak memperlihatkan hasil yang memuaskan. Bahan kimia yang digunakan adalah round-up atau trioxon yang dicampur dengan solar. Untuk mengaplikasikan cara ini, lukai kulit pohon dan kemudian oleskan 5 % trioxon pada. Gunakan kuas untuk pelaksanaan pengolesan.
    • (3) Lahan bekas kebun murbei
      Alang-alang atau rumput lainnya dibabat atau disemprot dengan herbisida. Pohon murbei di tebang dan golnya di kar. Upayakan pemotongan sampai ke daerah perakaran. Apabila dengan cara ini pohon murbei masih mengeluarkan cabang, gunakan cara kimia yaitu dengan mencampur roubd-up dan olie bekas kedalam solar. Dengan menggunakan kuas, oleskan cairan tersebut pada bagian yang dipotong. Pekerjaan ini, sebaiknya diaplikasikan pada musim kemarau. Untuk mencegah penyakit akar (yang ditinggalkan oleh tanaman lama), semprot tanah dengan bacterisida.
    • b. Penentuan Arah Barisan
      Pada lahan miring, arah barisan tanaman sejajar garis kontur. Hal ini dimaksudkan utnuk meminimalkan tingkat erosi yang terjadi. Untuk tempat yang datar, arah barisan sebaiknya mengikuti arah barisan pada tempat yang miring.
  • 3. Lubang Tanam
    Sebelum murbei mencapai umur 6 bulan, akar masih muda dan mudah patah. Karenanya, supaya tanah dapat ditembus oleh akar, diperlukan kondisi tanah yang gembur dan memiliki kandungan hara mineral yang cukup. Untuk kepentingan ini, maka perlu dubuat lubang tanam yang dilengkapi dengan hara mineral yang cukup. Disamping itu, lubang tanam yang yang dibuat harus dalam, karena setelah dewasa akar murbei dapat mencapai kedalaman lebih dari 1 m dan akar menyebar paling banyak pada kedalaman 40 – 80 cm (gambar ). Untuk itu, maka kedalaman lubang tanamn minimal 40 cm.
    Dikenal 2 jenis lubang tanam, yaitu lubang dalam bentuk bujur sangkar (parsial) dan lubang dalam bentuk parit (memanjang). Lubang dalam bentuk bujur sangkar, diaplikasikan apabila jarak dalam barisan agak lebar, sedang sistem parit diterapkan apabila jarak dalam barisan cukup rapat dan ukuran lubang tanam cukup lebar.
  • Langkah kerja untuk membuat lubang tanam adalah sebagai berikut :
    – Lubang Bujursangkar
    Setelah ditentukan arah barisan tanaman, buat lubang ukuran 30 cm x 30 cm x 30 cm atau 40 cm x 40 cm x 40 cm. Dalam proses pembuatan, pisahkan antara lapisan top soil dan lapisan sub soil. Untuk memudahkan pekerjaan di lapangan, (sebelum pembuatan lubang) tugaskan para pekerja menghadap kearah timur. Tanah digali kemudian top soil diletakkan sebelah utara lubang sedangkan, sub soil diletakkan disebelah Selatan. Dua minggu kemudian, masukkan kompos / pupuk kandang matang kedalam lubang dan diaduk dengan lapisan top soil yang diletakkan di sebelah utara. Pada saat ini, bila tanah masam dapat diaplikasikan kapur pertanian secukupnya. Setelah pengadukan selesai, lubang diurug dengan lapisan sub soil dan beri tanda dengan ajir untuk menandai lubang. Dua minggu kemudian, lakukan penanaman.
  • Lubang bentuk parit.
    Di Lahan Datar
    Seteleh ditentukan arah barisan, lakukan penggalian tanah disepanjang letak barisan tanaman. Lebar 40 cm , dan dalam 40 – 45 cm. Simpan top soil di sebelah Utara dan sub soil di sebelah Selatan (posisi tenaga kerja menghadap ke Timur). Dua minggu kemudian, tebarkan 1 karung (40 Kg) kompos / pupuk kandang yang matang di setiap 160 meter parit, kemudian ratakan dan aduk dengan lapisan top soil yang disimpan di sebelah utara parit. Tutup parit dengan tanah sub soil (yang disimpan di sebelah Selatan) Dua minggu kemudian, lakukan kegiatan penanaman.
  • Dilahan Miring
    Tentukan arah dan letak barisan tanaman. Penentuan letak barisan tanaman dilakukan dengan cara menancapkan ajir pada tempat yang memiliki ketinggian yang sama (garis kontur). Gali tanah di sepanjang rencana barisan tanaman. Tanah hasil penggalian di tempatkan di sebelah bawah lubang hasil penggalian, yang selanjutnya diratakan. Masukkan top soil sebelah atas lubang ke dalam lubang yang dibuat, kemudian aduk dengan pupuk organik. Bila tanah masam beri kapur secukupnya. Lakukan penanaman murbei. Untuk menimbun dan menutupi lubang tanam, tanah di ambil dari rencana parit. Tanah disepanjang barisan tanaman agak ditinggikan. Untuk membuang air yang ditampung parit (pada musim hujan), buat saluran Pembuangan Air (SPA) dengan arah memotong parit / barisan tanaman. Interval SPA yang satu dengan yang lainnya + 100 m.
  • E. Pangkas
    1. Pangkas
    Dalam serikulture, budidaya murbei bertujuan untuk menyediakan pakan bagi ulat sutera dalam jumlah cukup, berkualitas baik, sinambung dan mudah dipanen. Pohon murbei yang tidak dilakukan pemotongan batang atau cabang, tumbuhnya seperti pohon lainnya, yaitu dapat mencapai ketinggiaan di atas 10 m. Keadaan ini akan menyulitkan dalam panen daun disamping rendahnya kualitas dan kuantitas daun yang dihasilkan.
    Kegiatan pemangkasan batang / cabang dapat merangsang pertumbuhan cabang baru, karena setelah dipotong, energi yang dimiliki pohon murbei di arahkan ke tunas dan tidak lama kemudian (+ 10 hari ) tunas baru akan merekah. Namun demikian kegiatan pemangkasan akan berpengaruh kurang baik terhadap kesehatan pohon murbei, yaitu dapat menguras zat cair (getah) dalam tubuh murbei. Dan hal ini (bila teralu banyak getah yang keluar) akan mengakibatkan kematian. Untuk meminimalkan kerugian akibat pangkas, maka kegiatan pemangkasan perlu diatur dan disesuaikan dengan kondisi lingkungan.

    • a.Pangkas bentuk
      Pangkas ini bertujuan untuk membentuk pohon murbei seperti perdu. Berdasarkan tinggi batang pokok, dibedakan ke dalam : perdu rendah, perdu sedang dan perdu tinggi. Pangkas bentuk merupakan pangkas yang pertama setelah murbei di tanam di lapangan dan biasanya dilakukan setelah 6 bulan sejak tanam.
    • Tabel Klassifikasi pohon murbei berbadarkan tinggi batang pokok
    • Perdu rendah mempunyai kelebihan bila dibanding dengan perdu sedang dan tinggi, yaitu 1) produksi tinggi, 2) ukuran cabang dan daun seragam, 3) mudah dalam pengendalian hama dan penyakit dan 4) kandungan air tinggi. Namun demikian perdu rendah tidak layak dikembangkan di daerah rawan banjir atau rawa.
      Pelaksanaan pangkas bentuk dilakukan pada tanaman umur 6 – 9 bulan sejak tanam. Akan tetapi, apabila terjadi kasus seperti tanaman telah berumur 6 bulan, tetapi kondisi lingkungan kering (menghadapi musim kemarau atau tidak ada irigasi), pangkas bentuk dapat ditangguhkan sampai kondisi tanah cukup air. Pemangkasan pada saat kering bisa mematikan tanaman. Sedang untuk memanfaatkan daun yang tumbuh, dapat dilakukan dengan cara panen rempel.
      Pada setiap bentuk perdu dikenal dua macam bentuk bongol, yaitu bentuk bongol jari tangan (finger form atau non-fistform) dan bentuk bongol kepalan tangan (Fist form).
    • Bentuk bonggol jari tangan (finger form / non-fist form)
      Bentuk ini merupakan model lama dari bentuk bongol murbei. Cabang yang tumbuh berasal dari mata tunas yang berumur kurang satu tahun. Untuk membuat bentuk bongol jari tangan ikuti langkah berikut :

      1. Pada tanaman yang telah berumur 6 bulan sejak tanam, lakukan pangkas bentuk atau pemotongan batang pokok setinggi 20 cm di atas permukaan tanah
        Cabang yang muncul dari batang pokok (cabang primer) dipelihara sebanyak 2 cabang. Setelah cabang primer layak panen, lakukan pemangkasan pada ketinggian 20 cm dari dasar cabang primer.
      2. Dari setiap cabang primer, selanjutnya dipelihara 2 cabang baru (cabang skunder), sehingga total cabang skunder sebanyak 4 cabang. Selanjutnya setelah layak panen, cabang dipangkas pada ketinggian 10 cm dari dasar cabang sekunder
      3. Dari setiap cabang skunder masing-masing dipelihara 2 cabang baru (cabang tersier) sehingga total cabang tersier sebanyak 8 cabang. Setelah layak panen dipangkas pada ketinggian 10 cm dari dasar cabang tersier.
      4. Dari setiap cabang tersier masing-masing dipelihara 2 cabang baru (cabang kuarter) sehingga total cabang kuarter sebanyak 16 cabang. Setelah layak panen, dipangkas pada ketinggian 10 cm dari dasar cabang tersier.
      5. Untuk membentuk kepala bongol seperti tangan mengepal, pelaksanaannya hampir sama dengan bentuk sebelumnya. Adapun yang membedakannya adalah, terletak pada pemangkasan cabang primer, skunder, tersier dan kuarter dilakukan pada ketinggian 2-3 cm dari dasar cabang. Sedangkan pemangkasan cabang produksi berikutnya, dilakukan pada ketinggian 1 cm diatas dasar cabang.
    • Bentuk bonggol Kepalan Tangan (fist form)
      Untuk membentuk kepala bongol seperti Kepalan tangan, pelaksanaannya adalah :

      1. Enam bulan hst, dipotong pada ketinggian 15 cm dari permukaan tanah
      2. Tiga bulan berikutnya, cabang yang muncul dipotong pada ketinggian 2-3 cm dari pangkal cabang sebelumnya. Kegiatan ini dilakukan hingga  berumur 2 tahun.
      3. Setelah murbei mencapai diatas 2 tahun, pemangkasan dilakukan pada ketinggian 1 cm diatas cabang sebelumnya
  • F. Pemangkasan Cabang
    1. Pangkas Bawah (base cutting)
    Cabang murbei dipotong pada ketinggian 1 cm diatas cabang sebelumnya. Metoda ini 1) cocok untuk penyediaan pakan bagi ulat besar, 2 ) cocok untuk pengadaan stek, 3 ) mudah dikerjakan, baik menggunakan gunting maupun grass cutter dan 4) hemat tenaga dibanding metoda rempel. Kelemahannya yaitu : 1) bulu-bulu akar banyak yang rontok, 2) cabang yang muncul pasca pangkas, peka terhadap penyakit, 3) diperlukan pupuk yang lebih banyak.
  • 2. Pangkas sedang
    Cabang murbei dipotong ditengah-tengah cabang. Kelebihannya, 1) layak untuk penyediaan pakan ulat besar, 2) menghemat tenaga kerja, terutama dalam pengangkutan, serta 3) dapat meminimalkan serangan penyakit. Kelemahannya, grass cutter sulit diaplikasikan.
  • 3. Pangkas Tinggi
    Cabang murbei dipotong pada ketinggian sepertiga panjang cabang kearah pucuk. Kelebihan cara ini yaitu : 1) mampu meminimalkan serangan penyakit, 2) layak untuk tahapan pengadaan stek. Kelemahannya : Boros tenaga, yaitu panen daun yang terletak dua pertiga kearah pangkal harus dipanen secara rempel.
  • 4. Jenis Pangkas cabang
    Pemotongan cabang tidak dilakukan pada semua cabang yang tumbuh, tetapi hanya sepertiga atau setengah jumlah cabang. Untuk pemanenan cabang yang belum dipotong dilakukan pada periode berikutnya.

    1. Kelebihan cara panen semacam ini, yaitu:
      • dapat meminimalkan kerusakan fisiologis (JOCV, 1975) dan
      • mencegah tumbuhnya tunas air. Kelemahannya boros tenaga dan grass cutter tidak bisa dioperasionalkan.
    2. Pemotongan dengan meninggalkan satu cabang
      Pemotongan cabang tidak dilakukan pada seluruh cabang, tetapi ditinggalkan satu cabang. Hal ini dimaksudkan supaya tanaman tidak mengalami strees yang berat.
  • G. Panen
    1. Metoda Rempel
    Dari cabang murbei daun dipetik satu persatu bersama petiol. Sedangkan cabang murbei tetap tumbuh dalam pohon. Panen semacam ini biasanya dilakukan untuk pengadaan pakan ulat kecil atau pengendalian hama penyakit. Pada penyediaan pakan bagi ulat besarpun dapat diterapkan, apabila cabnagnya diarahkan untuk pengadaan bibit (stek). Kelebihan panen secara rempel adalahdaun yang dipanen umumnya sehat, karena pada saat panen hanya daun yang baik yang dipetik. Kelemahannya boros tenaga kerja.
    Panen daun secara rempel a) panen seluruh daun kecuali pucuk, b) panen seluruh daun (kecuali pucuk ) yang dilanjutkan dengan kegiatan pangkas tinggi.
  • 2. Pengaturan jenis panen
  • Pangkas bawah merupakan pengambilan organ tanman yang paling besar. Bila setiap panen dilakukan dengan cara ini, maka panjang hidup tanaman akan diperpendek, karena sering terganggunya aktivitas fisiologis. Untuk menekan kerugian semacam ini, maka perlu dilakukan pengaturan panen, yaitu dengan cara mengkombinasikan beberapa metoda panen.
  • H. Hama dan Penyakit Murbei

  • Sekian terimakasih dan semoga sesuatu yang alami tetap terjaga kelestariannya.
Pos ini dipublikasikan di Materi Kuliah dan tag . Tandai permalink.

Tinggalkan komentar