18. Diktat Aneka Ternak-Rusa

  • 5. IP Aneka Ternak Oktober 2014
  • BAB XVIII. RUSA (Cervus spp)
    18.1. Pendahuluan
    Rusa merupakan salah satu alternatif sebagai hewan yang mempunyai potensi untuk ditingkatkan statusnya mengingat ketersediaannya yang meluas hampir di setiap pulau di Indonesia dan rendahnya kandungan lemak dalam venison (dagingnya) serta keunggulan lain berupa hasil ikutan yang mempunyai nilai ekonomis tinggi.
    Peternakan rusa telah dikenal dan berkembang semenjak lama di luar negeri, terutama di daerah-daerah sub-tropis seperti Australia, New Zealand, Cina, Amerika dan lain-lain. Penelitian yang dilakukan di New Zealand menunjukkan bahwa, peternakan rusa di negara tersebut menjadi penyumbang devisa terbesar dibandingkan dengan peternakan sapi potong, sapi perah dan domba (Subekti, 1995 dan Aliambar 2000).
    Sebenarnya pengembangan rusa di Indonesia sampai saat ini masih menimbul kan perdebatan. Kelompok pertama menganggap rusa termasuk golongan satwa langka yang harus dilindungi, sehingga apabila dilakukan pengembangan secara komersial akan menyebabkan kepunahan. Kelompok kedua, justru menganggap rusa merupakan hewan dengan nilai ekonomi yang tinggi, sehingga perlu dikembangkan secara komersial untuk memberikan manfaat bagi masyarakat. Kelompok ini berdalih, pengembangan secara komersial justru dapat menjaga rusa dari kepunahan.
    Untuk memperoleh solusi optimal dalam pengembangan budidaya rusa perlu dipertimbangkan daya dukung dan tetap memperhatikan pengembangan untuk tujuan konservasi. Pengembangan komoditas baru tentu harus disesuaikan faktor-faktor fisiologi, biofisik dan sosial ekonomi yang merupakan sumber keunggulan wilayah (Simatupang et al. 2004).
    Sebelum keluarnya PP No.7/1999 rusa tidak termasuk jenis yang dilindungi, melainkan sebagai satwa bekeru, penangkapannya diatur melalui undang-undang perburuan dan bebas sebagai satwa piaraan. Budidaya rusa juga dimungkinkan dengan adanya aturan dari pemerintah melalui SK Mentan No. 362/Kpts/TN.12/5/1990, sudah mengakomodir investasi di bidang peternakan satwa tersebut.
    Pada umumnya kegiatan budidaya rusa sebagai satwa langka yang tergolong appendix I harus memiliki ijin budidaya dan penangkaran oleh Kantor Balai Konservasi dan Sumber Daya Alam (BKSDA). “Aturan untuk budidaya dan penangkaran itu diperbolehkan, dengan syarat 15 persen dari ternak yang dibudidayakan harus dilepas kehabitatnya,”.
  • Pelaksanaan Kebijakan Pengembangan Ternak Rusa secara  komersial dilakukan dengan langkah-langkah antara lain :
    (a) perluasan areal;
    (b) sosialisasi pada masyarakat untuk pengembangan rusa dengan tujuan ganda;
    (c) penetapan peraturan pemerintah mengenai budidaya rusa;
    (d) publikasi mengenai tempat wisata, dan sebagainya.
  • Disarankan, infrastruktur hukum sebagai kendala utama harus segera mendapatkan perhatian dari pihak pemerintah, untuk mengubah opini masyarakat tentang usaha budidaya rusa di Indonesia. Sebagai aset komoditi peternakan yang dapat beredar secara terbuka, diperlukan juga penataan pasar dalam mengembangkan usaha budidaya rusa timor secara komersial.
    Banyak tempat pemeliharaan Ternak Rusa, namun jenis Rusa yang ada di Indonesia, antara lain :

    1. Rusa lokal Timor (Nervus Timorensis),
    2. Rusa sambar (Cerfus unicalor),
    3. Rusa Ujung Kulon dan
    4. Rusa dari Nepal (Axis-axis).
  • Pada umumnya pemeliharaan ternak Rusa dilakukan di lokasi-lokasi wisata, kebun binatang, Balai Konservasi dan Sumber Daya Alam serta di rumah Dinas serta Istana Negara.
    Selama belum ada usaha-usaha budidaya selama ini pula kelangsungan hidup rusa semata-mata hanya tergantung pada kebaikan alam (on forest potensials). Tidak mustahil akan menjadi fauna yang langka seiring dengan eksploitasi hutan yang tidak terkendali, apalagi pada tahun 2002 sekitar 7000 ekor rusa atau setara 524.5 ton, diburu oleh oknum yang tidak bertanggung jawab untuk dikonsumsi dagingnya secara tidak terkendali.
    Untuk mengatasi kondisi tersebut dan memenuhi permintaan masyarakat akan daging rusa yang terus meningkat, maka diperlukan usaha untuk meningkatkan populasi rusa dengan menerapkan metode-metode pembudidayaan yang baru. Pada tahun 90-an Pemerintah Daerah Propinsi Kalimantan Timur melalui Dinas Peternakan seperti terlihat di Desa Apiapi, Pasir yang sebelumnya hanya beberapa ekor kini jumlahnya lebih dari 100 ekor, hal itu cukup menggembirakan mengingat populasinya terus terancam akibat aksi pemburu serta kian menyusutnya habitat satwa langka ini. Penangkaran rusa bersifat melestarikan jenis rusa dari kepunahan, menyelamatkan plasma nuftah specific rusa sambar sekaligus sebagai awal domestikasi untuk dapat membudidayakan dan dimanfaatkan seperti ternak lainnya.
    Balai Konservasi dan Sumber Daya Alam (BKSDA) Bengkulu di Manna Bengkulu Selatan serta di kota Bengkulu berhasil melakukan penangkaran dengan populasinya mencapai hampir 50 ekor. Rusa yang dibudidayakan merupakan rusa lokal (Nervus Timorensis) dan rusa tutul dari Nepal (Axis-axis).
    Di Jawa Timur ada empat tempat penangkaran rusa timor yaitu yaitu di Taman Wisata Jatilangger di wilayah Blitar, Kebun Binatang Surabaya, Taman Safari II Prigen Pasuruan, dan Taman Wisata Coban Rondo di wilayah Batu Malang.
  • 18.2. Potensi Pengembangan Ternak Rusa.
    Dalam rangka diversifikasi pangan “untuk pemenuhan kebutuhan protein hewani, semua pihak termasuk pemerintah berusaha menciptakan dan mengembangkan berbagai alternatif. Salah satu usaha yang dapat dilakukan adalah budidaya rusa (Cervus spp).
    Jenis Rusa Timor (Cervus timorensis) dan Rusa Sambar (Cervus unicalor) adalah dua spesies rusa yang mungkin dikembangkan ke arah budidaya peternakan. Hal ini didukung oleh populasi dan penyebarannya yang luas serta daya adaptasi dan reproduksinya yang cukup tinggi.
  • Beberapa faktor yang menguntungkan untuk pengembangan (Budidaya) Ternak Rusa, antara lain :
    1. Ternak Rusa memiliki beberapa keunggulan sebagai hewan ternak, antara lain memiliki adaptasi yang tinggi, dan tingkat pengembangbiakan yang baik.
    2. Kegiatan pengembangan (Budidaya) ternak Rusa merupakan salah satu bentuk diversifikasi pangan, dimana peternakan juga sangat menentukan dalam mewujudkan ketahanan pangan tersebut, sehingga ketahanan pangan tidak lagi diartikan sebagai ketersediaan dan kecukupan pangan, tetapi kecukupan protein hewani dan pangan lainnya sesuai dengan Pola Pangan Harapan (PPH).
    3. Kegiatan pengembangan budidaya rusa untuk menghindari kepunahan di masa yang akan datang dapat dilakukan dengan tujuan ganda, yaitu gabungan usaha konservasi (mendukung pelestarian plasma nutfah Indonesia) dan mempunyai nilai komersil (Semiadi, 1998; Saragih,2000).
    4. Pengembangan Rusa khususnya Rusa Timor dalam bentuk usaha komersial di tempat-tempat wisata mampu memberikan keuntungan yang cukup besar dari hasil penjualan produk secara langsung (Daging, Tanduk/seranggah/rangga muda (velwet), rangga tua (antler), kulit, penjualan hewan hidup)maupun penjualan tiket rekreasi, serta mampu menurunkan biaya untuk membayar tenaga kerja dan biaya untuk perawatan rusa
    5. Pada ternak rusa, yang memiliki nilai jual tidak saja dagingnya tapi juga seluruh bagian yang melekat pada tubuh rusa itu, seperti tanduk/ceranggah, kulit tulang, darah, penis, tulang kaki belakang hingga ekornya yang kesemuanya bernilai ekonomi tinggi.
    6. Produk daging rusa juga sangat enak karena seratnya lembut dan halus, kandungan lemak dan kandungan kolesterol yang lebih rendah daripada daging sapi sehingga harga dagingnya lebih mahal. Harga mahal tidak akan mengurangi minat orang mengkonsumsinya.
  • 18.3. Karakateristik Ternak Rusa.
    Rusa suka hidup berkelompok, mudah beradaptasi dalam segala lingkungan / iklim dan cepat berkembang biak serta efisien dalam penggunaan pakan untuk diubah sebagai daging; lebih efisien daripada ternak sapi.
    Rusa termasuk golongan ruminansia mempunyai ketajaman pendengaran, penciuman, kecepatan melompat dan berlari yang cukup tinggi serta tidak punya kantong empedu. Pada umur dewasa berbadan besar, tungkai panjang, hidung gelap, dan suara melengking nyaring. Umumnya berwarna hitam kecoklatan dan cenderung coklat ke abu-abuan atau kemerahan, warna gelap sepanjang bagian atas. Bobot rusa dewasa (10-12 bulan), betina 40-50 kg dan jantan 50-60 kg, panjang badan berkisar 1,5 m dan tinggi badan 1,4-1,6 m, bobot lahir 3-4 kg dan disapih umur 6 bulan.
    Dewasa kelamin umur 1-1,5 tahun. Perkawinan alami secara umum berkisar antara bulan Juli sampai September. Lama bunting 6-7 bulan dan calving interval 10-12 bulan).
    Pada saat akan melahirkan rusa selalu mencari tempat yang aman seperti semak-semak. Anak akan bersembunyi selama 1-2 minggu kemudian bergabung dengan kelompok. Anak yang lahir dengan mendapat perlakuan yang baik akan menunjukkan sifat yang lebih jinak. Sementara itu, pertumbuhan tanduk hanya pada rusa jantan, tumbuh pada umur 14 bulan. Tanduk pertama hanya berbentuk lurus dan akan bercabang pada tumbuh tanduk berikutnya.
    Tanduk akan lepas pada umur 10-12 bulan setelah tumbuh selanjutnya akan tumbuh kembali. Rusa betina yang sedang bunting tua kadang-kadang bersifat agresif dan bisa membahayakan demikian juga rusa jantan bersifat agresif pada saat tanduk mulai mengeras dan musim kawin.
  • 18.4.Beberapa Penyakit Utama Dalam Usaha Budidaya Rusa (Cervus Spp)
    Teknis budidaya ternak rusa sebenarnya hampir sama dengan Teknis Budidaya ternak Ruminansia Kecil lainnya seperti Kambing dan Domba. Namun dalam prakteknya, oleh karena sifat liar masih mendominasi maka kita harus mengenal karakteristiknya terlebih dahulu sehingga akan diperoleh hasil budidaya yang sesuai dengan tujuan pemeliharaannya.
  • Beberapa Penyakit Utama Dalam Usaha Budidaya Rusa (Cervus Spp) menurut (Semiadi, 1998 ; Saragih, 2000 ; Thohari, 2000) antara lain :
    1. Kasus Capture Myophathy sering terjadi di berbagai tempat penangkaran rusa baik di Indonesia maupun di luar negeri. Hal ini disebabkan karena hewan tersebut mudah mengalami stres, dan penanganan yang dilakukan tidak hati-hati. Sindrom yang kelihatan adalah, kematian mendadak dan tiba-tiba, tanpa diketahui gejalanya IJl terIebih dulu. Kasus ini terjadi setelah penangkapan dan pembiusan untuk memindahkan hewan-hewan tersebut ke lokasi baru dari habitatnya. Untuk mencegah masalah ini perIu penanganan yang baik dan hati-hati, karena sampai sekarang belum ditemukan prosedur yang efektif untuk pengobatan jika telah timbul kasus (Spraker, 1993 ; Aliambar, 2000).
    2. Rusa seperti ruminansia lainnya, bisa terinfeksi berbagai macam penyakit yang disebabkan oleh virus, bakteri, protozoa, ektoparasit dan endoparasit. Penyakit virus yang sering dilaporkan adalah Malignant Catarrhal Fever, Blue Tongue, Epizootic Hemorrhagic Disease dan Chronic Wasting Disease. Kejadian penyakit virus bisa ditularkan dari ternak domestik seperti sapi dan domba, serta pakan tambahan yang tercemar virus tersebut (Reenen, 1982 ; Tapscott, 1998).
    3. Penyakit bakteri yang sering dilaporkan adalah : Penyakit Anthrax, Bruselosis, ParatuberkulosisUon;s Disease, Yersiniosis dan Salmonelosis. Penyakit -penyakit yang disebabkan oleh bakteri tersebut bersifat zoonosis (Reenen, 1982 ;
    4. Menurut Direktorat Bina Kesehatan Hewan, 1993 ; Akoso, 1996 ; Tapscott, 1998). Ektoparasit yang cukup berbahaya bagi rusa maupun hewan lainnya, termasuk manusia adalah Tick Paralysis yang disebabkan oleh gigitan caplak Dermacentor variabilis. Gigitan caplak tersebut bisa menimbulkan kematian mendadak pada induk semang. Infeksi cacing secara umum menyebabkan penurunan kondisi hewan yang bersangkutan (Reenen, 1982; Fowler, 1993).
  • Adanya informasi tentang penyakit yang bisa menginfeksi rusa ini, diharapkan akan membantu para peternak rusa di Indonesia. Sehingga persiapan dan antisipasi bisa dilakukan sedini mungkin untuk menghindari resiko penyakit, dalam upaya mencapai nilai ekonomis yang tinggi pada suatu usaha peternakan.
  • Selamat Mencoba Mengembangkan.

 

Pos ini dipublikasikan di Materi Kuliah dan tag . Tandai permalink.

2 Balasan ke 18. Diktat Aneka Ternak-Rusa

  1. liza berkata:

    di mana pak kita bisa beli bakalan rusa

    • Rusa memang tidak diperjualbelikan secara bebas, dahulu saya kebetulan menjadi konsultan sebuah tempat wisata yg salah satunya memelihara rusa. Biasanya pembelian lewat balai penangkaran rusa milik perhutani. Dulu tahun 2010 beli dari bogor

Tinggalkan komentar