20. Diktat Aneka Ternak-Semut RangRang

  • 5. IP Aneka Ternak Oktober 2014
  • BAB XX. SEMUT RANGRANG
    20.1. Pengantar
    Hampir semua orang pencinta burung berkicau, atau hoby memancing pasti mengenal Semut rangrang penghasil kroto. Semut ini memiliki banyak sebutan diantaranya semut rangrang, semut merah, kranggan, semut kroto dan sebagainya, akan tetapi yang lebih umum dikenal adalah krotonya daripada nama semutnya. Semut Rangrang bukan sembarang semut. Mereka unik dan berbeda dari jenis semut lainnya. Manusia telah menggunakan jasa mereka dalam perkebunan berabad-abad yang lalu. Tercatat, sekitar tahun 300 Masehi di Canton (China), semut ini digunakan untuk mengusir hama pada tanaman jeruk.
    Orang mengambil sarang-sarang semut ini dari hutan, memperjualbelikannya, lalu meletakkannya di pohon-pohon jeruk jenis unggul. Teknik yang sama tetap dilakukan sampai abad ke-12, dan masih diterapkan di selatan China sampai saat ini. Di perkebunan kopi di Lampung, kita dapat menemukan koloni semut ini bersarang di daun-daun kopi. Ternyata, pada tanaman kopi yang ditempati sarang ini lebih baik keadaannya daripada tanaman yang tidak ditempati semut Rangrang. Produksi kopi pun jadi lebih meningkat.
    Para pakar serangga di Ghana telah menggunakan jenis semut Rangrang Afrika (Oecophylla longinoda) untuk mengendalikan hama tanaman cokelat. Kehadiran semut ini ternyata mampu mengurangi dua macam penyakit serius yang disebabkan oleh virus dan jamur, yaitu dengan jalan menyerang dan membunuh kutu daun yang menjadi penyebar penyakit ini. Kutu daun sangat merugikan, karena menghisap cairan tanaman sekaligus memakan jaringannya. Cara pengendalian hama seperti ini kita kenal sebagai “biological control” dan ini merupakan contoh tertua dalam sejarah pertanian.
  • 20.2. Mendulang emas Semut Rangrang (Oecophylla smaragdina)
    Selama ini pasokan kroto ke pasar burung atau toko yang menjual pakan burung hanya menggantungkan dari pengumpul kroto hasil tangkapan alam. Kita tahu alam tidak setiap saat menyediakan kroto apalagi saat musim penghujan. Hal lain yang mendorong kegiatan budidaya adalah usaha ini tidak banyak membutuhkan modal dan juga tingkat teknologi yang tinggi. Semua orang bisa mengusahakan kegiatan budidaya ini baik untuk tujuan komersial atau hanya untuk mencukupi kebutuhan kita sendiri apabila memelihara burung ocehan atau berkicau. Kami yakin, kalau kegiatan ini dikelola dengan manajemen yang baik tidak mustahil akan menjadi peluang usaha yang cukup menjanjikan.
    Kehidupan semut rangrang memang identik dengan kehidupan masyarakat perdesaan. Bagi sebagian orang, kroto dari semut rangrang merupakan sumber penghasilan baru dan dianggap sebagai salah satu cara bagi masyarakat miskin untuk memperoleh penghasilan tambahan. Sebuah penghasilan yang bisa diperoleh secara cuma-cuma dan tanpa mengganggu waktu dan kegiatan bertani mereka. Dengan cara yang praktis dan mudah saja mereka bisa mendapatkan kroto semut rangrang tersebut.
    Kroto adalah telur yang dihasilkan oleh semut rangrang. Kroto merupakan salah satu sumber protein hewani terbaik dan bagus untuk pakan burung terutama burung ocean atau berkicau. Dengan semakin banyaknya pencinta burung ocean maka semakin besar pula pemintaan produk kroto ini.
    Kata emas pada judul di atas mungkin sepadan dengan bentuk warna tubuh dari hewan ini. Semut rangrang memang tergolong semut api (fire ants) dengan genus Oecophylla, Famili Formicidae dan ordo Hymenoptera. Tapi jangan salah, semut ini ternyata memiliki kelebihan tersendiri. Selain sebagai penghasil kroto, bagi para petani semut rangrang cukup berguna sebagai pembasmi dan pengendali hama tanaman. Semut rangrang dapat membunuh hama tanaman yang menyebabkan tanaman para petani itu tidak tumbuh dengan baik.
  • 20.3. Karakteristik Semut Rangrang
    A. Ratu dilindungi
    Mengenal kehidupan serangga semut rangrang yang berjasa ini memang cukup mengesankan. Serangga sosial ini membuat sarang di kanopi hutan-hutan tropis sampai kebun-kebun kopi maupun cokelat. Mereka membentuk koloni yang anggotanya bisa mencapai 500.000 ekor, terdiri atas ratu yang sangat besar, anak-anak, dan para pekerja merangkap prajurit. Semuanya betina, kecuali beberapa semut jantan yang berperan kecil dalam kehidupan koloni. Semut-semut jantan itu segera pergi jika telah dewasa untuk melangsungkan wedding fight yaitu terbang untuk mengawini sang ratu, lalu mereka tidak kembali lagi ke sarangnya.
    Di antara anggota koloni, yang paling giat adalah kelompok pekerja. Mereka rajin mencari makan, membangun sarang, dan gigih melindungi wilayah mereka siang dan malam hari. Sekitar setiap satu menit, salah satu pekerja memuntahkan makanan cair ke dalam mulut ratu. Mereka menyuapi ratu dengan makanan yang telah dilunakkan sehingga memungkinkan sang ratu menghasilkan ratusan telur per hari. Jika ratu telah bertelur, para pekerja akan memindahkan telur-telur itu ke tempat yang terlindung, membersihkannya, dan memberi makan larva-larva halus jika telah menetas.
    Semut Rangrang dikenal pula sebagai senyum penganyam, karena cara mereka membuat sarang seperti orang membuat anyaman. Sarang mereka terbuat dari beberapa helai daun yang dilekukkan dan dikaitkan bersama-sama membentuk ruang-ruang yang rumit dan menyerupai kemah. Dedaunan itu mereka tarik ke suatu arah, lalu dihubungkan dengan benang-benang halus yang diambil dari larva mereka sendiri. Para pekerja bergerak bolak-balik dari satu daun ke daun lainnya membentuk anyaman.
    Makhluk asing yang mencoba menyusup ke daerah sarang, akan mereka halau dengan sengatan asam format yang keluar dari kelenjar racun mereka. Kalau semut jenis lain sengaja membiarkan bahkan memelihara kutu daun hidup dalam wilayah kekuasaan mereka, maka semut Rangrang justru sebaliknya. Mereka berusaha mati-matian menyingkirkan serangga lain yang hidup pada pohon tempat sarang mereka berada. Oleh karena itu, jika kita membedah sarang mereka seringkali kita menemukan bangkai kumbang atau serangga lain yang lebih besar dari semut ini.
    Itulah keistimewaan yang dimiliki semut Rangrang sehingga membuat mereka memegang arti penting dalam pengendalian hama secara alami. Cukup sederhana, namun tidak berisiko terhadap lingkungan seperti halnya jika kita menggunakan insektisida kimia.
  • B.Pesan Kimiawi
    Semut ternyata mempunyai semacam kelenjar yang menghasilkan cairan khusus yang digunakan untuk menandai wilayah mereka. Kelenjar itu disebut kelenjar dubur. Cairan khusus yang dihasilkannya (disebut pheromone) mereka sapukan ke tanah dan hanya para anggota sarang saja yang dapat mengenali baunya. Jadi semut penganyam ini menggunakan pesan kimiawi untuk menuntut rekan satu sarang menuju daerah baru mereka.
    Tentu saja jejak bau itu tidak hanya mereka tinggalkan ketika mencari daerah baru dan ketika mempertahankannya, tetapi juga digunakan saat mereka mencari makan. Jika seekor semut menemukan seonggok makanan, dia akan mengerahkan teman-temannya untuk mengangkuti makanan itu ke sarang. Kelenjar duburnya akan meninggalkan jejak bau di sepanjang jalan antara sarang dan lokasi temuan itu. Ketika berpapasan dengan temannya, semut ini memberi rangsangan dengan memukulkan antenanya seraya memuntahkan sedikit makanan yang ditemukan tadi ke mulut rekannya itu.
  • C.Lokasi atau habitat
    Karkateristik jenis semut rangrang adalah semut yang menyukai udara yang bersih dan sangat anti dengan udara berpolusi. Makanya keberadaan semut rangrang jarang dijumpai di daerah perkotaan karena kita ketahui bersama bagaimana keadaan udara di daerah perkotaan.
    Habitat yang cocok untuk membudidayakan semut ini antara lain daerah perdesaan yang banyak memiliki pepohonan tahunan seperti perkebunan atau perhutani. Semut-semut ini bisa menyerbu hampir semua jenis pohon, tetapi lebih menyukai pohon buah-buahan dan mempunyai ukuran daun yang agak lebar seperti nangka, mahoni atau mangga. Pohon lain yang banyak disukai adalah randu, mente (jambu monyet), jambu air, duwet atau juwet, dan lainnya.
    Alam Indonesia sebenarnya masih sangat potensial untuk dimanfaatkan budidaya semut rangrang. Daerah perdesaan dengan beranekaragam tanamannya, areal perkebunanan, kawasan perhutani adalah lokasi yang sangat potensial untuk budidaya semut rangrang. Tidak perlu membeli perkebunan, cukup dengan menyewa lahan tersebut. Tapi memang ada satu kelemahan yaitu lambat laun orang yang menyewakan lahan tersebut karena mengetahui peluang bisnis budidaya semut rangrang ini atau bahkan akan mengambil alih kegiatan ini. Jika demikian yang ditakutkan maka memiliki pohon sendiri adalah lebih baik untuk usaha jangka panjang.
  • 20.4.Manfaat Membudidayakan Semut Rangrang
    Banyak manfaat yang akan kita peroleh apabila kita memelihara semut rangrang, diantaranya :

    1. Sebagai pengendali hama tanaman tertentu, sehingga anda tidak perlu membeli insektisida untuk membasmi kutu daun. Ada ciri khusus dari sebuah pohon tanaman, bahwa apabila di pohon tanaman terdapat semut rangrang maka diyakini pohon tersebut tidak terdapat ulat/uler.
    2. Digunakan sebagian para pemancing dan nelayan sebagai umpan ikan
    3. Sebagai makanan tambahan untuk meningkatkan ketrampilan burung berkicau
    4. Membantu penyerbukan jenis tanaman tertentu
    5. Dapat membantu menjaga kebun.
    6. Dapat digunakan sebagai Biokoktrol dan Bioindikator.
  • Penggunaan semut Rangrang sebagai biokontrol ternyata sudah dilakukan pula oleh sebagian penduduk Indonesia, meskipun tidak besar-besaran. Misalnya jika pohon jambu atau pohon mangga di pekarangan terserang hama, mereka akan memindahkan semut-semut Rangrang ke pohon tersebut. Sebenarnya bukan itu saja manfaat yang diberikan semut Rangrang kepada manusia. Dengan sifatnya yang sangat peka terhadap perubahan udara, manusia dapat menggunakan semut ini sebagai indikator keadaan udara di suatu lingkungan.
  • 20.5.Pemasaran
    Pemasaran kroto tidaklah sesulit yang kita bayangkan. Daerah dimana banyak masyarakat yang memelihara burung ocehan atau berkicau, maka daerah tersebut sangat potensial untuk pemasaran kroto.
    Oleh karena sampai saat ini jumlah permintaan produk kroto ini masih tinggi dan keberadaannya belum bisa digantikan oleh produk lain, maka pemasaran kroto bukan menjadi permasalahan yang utama.
    Menjual kroto yang larvanya masih hidup lebih mudah dan dengan harga yang lebih mahal dibandingkan dengan menjual kroto yang larvanya sudah mati atau kroto kering. Burung ocehan atau berkicau menyukai pakan dari larva kroto yang masih hidup. Larva kroto memiliki daya hidup yang pendek yaitu selama ± dua-tiga hari sehingga kroto jenis ini memiliki harga yang lebih mahal.
    Kroto kering ini bisa disimpan selama enam bulan, tetapi harga jualnya hanya setengah harga larva hidup. Jalur pemasaran kroto biasanya dari para pengumpul kroto dikirim ke pedagang/toko pakan burung, kemudain dari pedagang/toko pakan burung  akan dijual lagi ke pengecer kecil. Dengan demikian jika menginginkan keuntungan yang lebih besar kita harus memperpendek jalur pemasaran atau yang lebih bagus lagi apabila kita memproduksi sendiri dan menjual secara langsung ke konsumen akhir yaitu para peternak/pemelihara burung ocehan.
  • Sumber  : www.sentralternak.com

 

Pos ini dipublikasikan di Materi Kuliah dan tag . Tandai permalink.

Tinggalkan komentar